98
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMBELI HAK ATAS TANAH
BERDASARKAN ALAS HAK YANG BERASAL DARI SURAT KETERANGAN CAMAT
A. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Tanah Atas Gugatan Pihak Ketiga Yang Mengakibatkan Dibatalkannya Hak Atas Tanah Yang
Dibelinya
Pembeli tanah memperoleh perlindungan hukum antara lain melalui :
1. Perlindungan Pembeli Tanah Dalam Pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA
Pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA yang pada intinya dimaksudkan bahwa dalam pendaftaran tanah diikuti dengan pemberian surat-surat tanda bukti hak, berlaku
sebagai pembuktian yang kuat. Jual beli tanah yang diikuti dengan pendaftarannya di Kantor Pertanahan akan
memperoleh sertipikat sebagai tanda bukti haknya sebagaimana diatur dalam Pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA tersebut di atas. Setiap permasalahan yang timbul ketika
adanya sengketa di pengadilan yang terkait dengan hak atas tanah, penyelesaiannya akan melalui proses pembuktian. Alat bukti terpenting yang harus dimiliki oleh para
pihak yang bersengketa adalah sertipikat sebagai hasil dari proses pendaftaran tanah yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya.
2. Perlindungan Pembeli Tanah Dalam Peraturan Pemerintah nomor 24 Tahun 1997
a. Pasal 32 Peraturan Pemerintah nomor 24 Tahun 1997
Universitas Sumatera Utara
Mencermati isi ketentuan Pasal 32 Peraturan Pemerintah nomor 24 Tahun 1997 dapat disimpulkan bahwa pada pokoknya ketentuan tersebut hendak
memberikan perlindungan terhadap masyarakat pemilik tanah yang telah didaftarkan dan memiliki sertipikat bukti hak atas tanah termasuk bagi masyarakat yang memiliki
tanah melalui jual beli. Pasal 32 ayat 1 Peraturan Pemerintah nomor 24 Tahun 1997 telah
memberikan jaminan kekuatan hukum yang kuat dengan persyaratan atau kekecualian terhadap pemilik tanah yang telah memegang sertipikat hak atas tanah. Dengan kata
lain, kekuatan hukum yang melekat atasnya tidak tergoyahkan kecuali apabila adanya keadaan atau peristiwa hukum yang terkait dengan ketentuan Pasal 32 ayat 2
Peraturan Pemerintah nomor 24 Tahun 1997, sebagai berikut: 1. Data yang tertulis pada sertipikat tidak sama dengan yang tertera dalam surat ukur
danatau dalam buku tanah. 2. Ada pihak yang mengajukan keberatan terhadap hak atas tanah tersebut melalui
Kantor Pertanahan dalam kurun waktu selama 5 lima tahun. 3. Ada pihak yang mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri setelah lewat masa
waktu 5 lima tahun. Walaupun keadaan atau peristiwa tersebut mungkin timbul akan tetapi
kesempatan untuk mempertahankan hak bagi pembeli tanah yang digugat masih berkesempatan untuk mempertahankan kepemilikannya melalui perlawanan hukum di
Pengadilan.
Universitas Sumatera Utara
b. Pasal 39 Peraturan Pemerintah nomor 24 Tahun 1997 Pada intinya pasal tersebut mengatur bahwa PPAT wajib menolak untuk
membuat akta apabila ditemukan data danatau fakta yang dapat mengakibatkan jual beli tanah yang dibuatkan akta olehnya mengandung cacat hukum.
c. Pasal-pasal 23, 24, dan 25 Peraturan Pemerintah nomor 24 Tahun 1997 Pasal-pasal tersebut di atas pada intinya mengatur tentang pembuktian hak
atas tanah. Dengan mengikuti ketentuan tersebut diharapkan dapat meminimalkan adanya gugatan pihak ketiga dikemudian hari setelah terjadinya jual beli tanah.
Peraturan pelaksanaannya antara lain diatur dalam Pasal 82 dan 83 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN nomor 3 Tahun 1997 dimana pengumpulan dan
penelitian data yuridis dalam rangka meneliti kebenaran dari bukti kepemilikan atas tanah dilakukan oleh panitia ajudikasi untuk pendaftaran tanah secara sistematis dan
oleh kepala kantor pertanahan yang dibantu oleh panitia pemeriksaan tanah untuk pendaftaran tanah secara sporadik dan kemudian hasil dari penelitian dari tim atau
panitia tersebut dituangkan dalam suatu risalah yang kemudian akan diumumkan dengan tujuan ketika hak tersebut didaftarkan tidak ada lagi pihak yang merasa
berhak atas tanah tersebut kecuali pemegang hak yang didaftarkan hak atas tanahnya.
91
91
Mhd. Yamin Lubis, dan Abd. Rahim Lubis, Op.cit., hal. 459-460
Universitas Sumatera Utara
3. Perlindungan Pembeli Tanah Melalui Peraturan Pemerintah nomor 37 Tahun 1998