Latar Belakang Usulan program pendampingan keluarga muda Katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran demi kebahagiaan dan keutuhan perkawinan.

ketiga, maksudnya bukan hanya adanya orang ketiga yang tinggal bersama dengan keluarga itu, namun juga orang lain yang berelasi dengan keluarga atau salah satu anggota keluarga tersebut, misalnya bekas pacar. Pada keluarga yang belum mendapat anak, masalah muncul biasanya dari luar, antara lain karena tetangga selalu menanyakan perihal anak, maklum anggapan sebagian besar orang, menikah harus punya anak, orang tua ingin menimang cucu dan lain-lain. Kenyataannya, pelaksanaan pastoral keluarga saat ini belum maksimal. Kalaupun ada pendampingan, biasanya tidak kontinu dan programnya tidak berkesinambungan. Pendampingan yang sudah berjalan baru sebatas pada Kursus Persiapan Perkawinan yang keikutsertaan pesertanya pun sering dengan keterpaksaan. Selain itu program pastoral yang ada dengan segala keterbatasannya juga baru menjangkau sedikit keluarga. Selain itu, tenaga terampil yang menangani pastoral pendampingan keluarga juga masih amat kurang. Buku-buku pegangan, pedoman, dan referensi untuk menangani pastoral pendampingan keluarga masih amat terbatas. Kalaupun ada, buku- buku tersebut umumnya jarang dibaca dan dimanfaatkan. Pendampingan keluarga muda yang berkelanjutan juga masih sangat kurang. Ada kesan, pendampingan keluarga dalam wadah Marriage Encounter ME cenderung membentuk kelompok eksklusif. Marriage Encounter ME merupakan gerakan pastoral yang dikemas dalam bentuk weekend. Gerakan pastoral ini bersifat regional yang mencakup teritori daerah tertentu misal distrik Jakarta, distrik Bandung dan sebagainya dan tidak masuk dalam struktur hierarki keuskupan ataupun paroki tertentu. Peserta yang dilayani dalam pastoral keluarga dalam wadah ME-pun keluarga-keluarga dengan umur pernikahan lebih dari lima tahun. Padahal yang masih rentan dalam menghadapi masalah adalah keluarga yang usia perkawinannya masih muda Relasi, mengenal lebih mendalam “Mariage Encounter.htm : 2013. Secara konkret kurangnya pastoral keluarga menyebabkan pemahaman keluarga muda akan perkawinan kurang mendalam. Hal ini bisa diketahui dari hasil perbincangan sederhana ketika keluarga muda ditanya soal tujuan, hakikat, maksud, dan inti dasar perkawinan, yang umumnya tidak mereka ketahui. Keluarga menurut ajaran Katolik adalah hasil kesepakatan seorang laki-laki dan seorang perempuan yang saling mencintai dan secara bebas membentuk persekutuan yang tak terceraikan, sampai salah satu meninggal KHK kanon 1055- 1056. Mereka berdua memiliki kekhasan masing-masing yang membuat mereka berdua berbeda. Perbedaan ini disatukan dalam perkawinan, sehingga tidak ada satu perkawinanpun yang tanpa masalah. Permasalahan yang sering dihadapi keluarga muda adalah adanya pasangan yang egois, yang tidak mampu terbuka satu sama lain dan tak bisa saling menghargai. Masalah yang ada sering meruncing karena ketidakdewasaan pasangan suami-istri untuk memberikan respons dalam menghadapi masalah yang sedang dialami. Masalah khas tersebut akhirnya mengerucut pada persoalan yang terkait dengan relasi mereka berdua. Relasi suami-istri yang kurang harmonis biasanya berpengaruh kepada relasi terhadap anak, dan relasi terhadap masyarakat. Oleh karena itu, keluarga muda membutuhkan pendampingan yang lebih luas jangkauannya dan juga lebih berkualitas. Layanan pastoral yang sudah ada amat perlu untuk ditingkatkan. Berkaitan dengan ini, alternatif-alternatif layanan pastoral