Metode Penulisan Usulan program pendampingan keluarga muda Katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran demi kebahagiaan dan keutuhan perkawinan.

BAB II PENDAMPINGAN KELUARGA KATOLIK MENURUT AJARAN

GEREJA KATOLIK

A. Keluarga Katolik

1. Pengertian Keluarga

Keluarga dibentuk melalui ikatan perkawinan. Perkawinan merupakan sebuah perjanjian antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk membentuk kebersamaan seluruh hidup. Kebersamaan dalam perkawinan dilandaskan atas dasar persetujuan bebas tanpa paksaan, saling pasrah diri jiwa- raga atas dasar cinta kasih yang tulus Gilarso, 1996 : 9. Perkawinan mempunyai tujuan untuk kesejahteraan suami-istri, prokreasi dan pendidikan anak KHK 1983 Kanon 1055. Sedangkan menurut Undang-Undang perkawinan tahun 1974, perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami- istri, dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa UU perkawinan 1974 pasal 1. Menurut Heuken keluarga dalam arti sempit adalah ibu, bapak dan anak- anaknya; dalam arti luas seluruh sanak saudarafamili. Dasar pembentukan keluarga adalah perkawinan ayah dan ibu. Keluarga merupakan unsur terkecil pembentuk masyarakat Heuken, 2005:122. Keluarga Katolik berlandaskan ikatan sakramental suami-istri. Sakramen perkawinan merupakan sumber rahmat kekuatan yang tetap untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tak terhindarkan dan untuk membangun keluarga bahagia. Kesulitan-kesulitan bisa timbul karena persatuan suami-isteri bersifat dinamis, bisa berkembang tetapi juga bisa mengalami kemunduran atau bahkan mengalami kehancuran Gilarso, 1996 : 10. Oleh karena itu ikatan Sakramental suami-istri menjadi alat bagi Tuhan sumber hidup untuk mengalirkan hidup lewat keluarga. Konsili Vatikan II, dalam Konstitusi Pastoral tentang Gereja di dunia moderen Gaudium et Spes GS dikatakan: “Pria dan wanita yang karena perjanjian nikah “bukan lagi dua tetapi satu daging” saling membantu dan melayani dalam persatuan pribadi dan karya yang mesra. Mereka mengalami makna kesatuannya dan seharusnya meraihnya makin hari makin dalam. harapannya kesatuan suami-istri setiap hari berkembang semakin baik, sehingga dengan bertambahnya usia pernikahan diharapkan kesatuan suami-istri juga semakin erat GS artikel 48.

2. Keluarga Katolik

Keluarga Katolik bukan hanya sekedar komunitas, melainkan juga merupakan persekutuan anggota berdasarkan semangat persaudaraan dan iman. Dalam keluarga Katolik yang pertama harus ada yaitu iman. Iman yang dimaksud bukannya pengetahuan iman, namun sungguh sikap yang terwujud dalam tindakan dan kata-kata dalam kehidupan sehari-hari. Keluarga Katolik adalah persekutuan dasar iman dan tempat persemaian iman sejati Gilarso, 1996: 13. Untuk selanjutnya bila dipakai istilah keluarga yang dimaksud adalah keluarga Katolik.