Gambaran Ringkas Hasil Analisis
lingkungan disebabkan karena keluarga Iwan tinggal di daerah yang sebagian besar masyarakatnya menjadikan pekerjaan sopir dan buruh sebagai pekerjaan
favorit mereka. Hal ini yang membuat masyarakat, termasuk Bapak dari Iwan tidak berfikir tentang pekerjaan yang lebih baik lagi. Faktor pendidikan terlihat
dari latar pendidikan orang tua Iwan yang tidak tinggi. Bapaknya hanya dapat mengenyam pendidikan sampai SMP dan hanya memiliki keterampilan menjadi
sopir angkot. Ibunya tidak lulus SD dan hanya memiliki pengalaman sebaagai penjual baju bekas di pasar. Pendidikan yang rendah daan keterampilan terbatas
ini membuat mereka sulit mendapatkan peluang pekerjaan yang lebih baik. Faktor gaya hidup atau prinsip hidup yang menyebabkan terjadinya kemiskinan nampak
pada prinsip hidup yang dip egang leluhur Iwan, yaitu ―Mangan ora mangan sing
penting kumpul ‖. Prinsip ini yang membuat keluarga leluhur Iwan tidak dapat
merantau ke luar kota padahal lapangan pekerjaan yang tersedia di kotanya tidak menjanjikan pendapatan yang tinggi. Prinsip ini pula yang membuat kakek Iwan
berhenti menjadi polisi karena pekerjaan ini menuntutnya sering ke luar kota bahkan ke luar negeri. Kakeknya memutuskan hanya menjadi penjual jam tangan
bekas di pasar agar tidak jauh dari keluarga. Penyebab-penyebab tersebutlah yang membuat keluarga Iwan secara turun-temurun selalu berada dalam lingkaran
kemiskinan. Prinsip ―Mangan ora mangan sing penting kumpul‖ tidak dialami Iwan dan saudara-saudaranya. Hal tersebut terbukti dari kesediaan orang tua Iwan
mengijinkan Iwan dan saudara-saudaranya kuliah di luar kota Batu dan bahkan Iwan mampu bekerja di New York sebagai manager di salah satu perusahaan
pengelolaan data. Peristiwa ini merupakan suatu pencapaian terbesar dalam
sejarah hidup keluarga Iwan. Dampak dari hal tersebut adalah terhentinya lingkaran kemiskinan di dalam keluarga Iwan. Novel 9 Summers 10 Autumns:
Dari Kota Apel ke the Big Apple merupakan kisah yang terinspirasi dari kisah nyata sang pengarang dan menjadi bukti bahwa pendidikan selain mencerdaskan
juga mampu menjadi akses keluar dari kemiskinan jika dilakukan dengan tekat dan bekerja keras.
5.2 Potensi novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple Karya Iwan Setyawan sebagai Materi Pembelajaran Sastra di SMA
Berbagai aspek pendidikan dapat diperoleh melalui pengajaran sastra; misalnya aspek pendidikan moral, keagamaan, kemasyarakatan, sosial, sikap,
keindahan, kebahasaan dan sebagainya. Tetapi sesuai dengan hakikat sastra itu sendiri, ada dua tujuan pokok yang harus diusahakan dapat dicapai dengan
pengajaran sastra tersebut, ialah dihasilkannya subyek didik yang memiliki apresiasi dan pengetahuan sastra yang memadai Jabrohim, 1994:70. Rahmanto
1988:16 mengungkapkan pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu: membantu keterampilan
berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak. Berdasarkan penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa pengajaran sastra penting diajarkan di sekolah karena memiliki banyak manfaat bagi siswa.
Prinsip penting dalam pengajaran sastra adalah penyajian bahan pengajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa pada tahapan pengajaran
tertentu. Dengan kata lain, pengajaran memerlukan pentahapan. Agar bahan
pengajaran sesuai dengan tahap-tahap kemampuan siswa, maka bahan pengajaran harus diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesukaran dan kriteria-kriteria lainnya.
Menurut Rusyana 1982:6 dalam pengajaran sastra, kita harus menyediakan kesempatan agar murid mengalami kegiatan membaca atau mendengarkan hasil
sastra, dan mengalami kegiatan mengarang sehingga kita mendorong murid untuk berbuat kreatif, dan mendorong agar mereka mampu menikmati keindahan dalam
kehidupannya. Pengajaran sastra berdasarkan KTSP diharapkan guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan
sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya. Dalam kaitannya dengan penyajian bahan pengajaran sastra, ada hal-hal yang
perlu diperhatian agar pengajaran itu mencapai hasil yang sebesar-besarnya. Beberapa hal itu antara lain: 1 aspek psikologis, 2 aspek lingkungan, 3 aspek
taraf kemampuan, dan 4 aspek bakat Jabrohim, 1994:23. Aspek kematangan jiwa meliputi perkembangan psikologis pembelajar.
Ada empat tahap perkembangan psikologis: 1 tahap pengkhayalan 8 sampai 9 tahun, 2 tahap romantik 10 sampai 12 tahun, 3 tahap realistik 13 sampai 16
tahun, dan 4 tahap generalisasi umur 16 tahun dan selanjutnya. Pembelajar SMA XI termasuk dalam tahap kematangan jiwa keempat, yaitu tahap generalisasi
karena pada umumnya siswa kelas XI berusia 16-17 tahun. Anak-anak pada tahap ini sudah tidak lagi hanya berminat pada hal-hal praktis saja tetapi juga berminat
untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena. Analisis ini membuat anak berusaha menemukan dan merumuskan penyebab
fenomena dan mengarah ke pemikiran filsafati untuk menentukan keputusan- keputusan moral.
Aspek lingkungan meliputi latar belakang kehidupan dan kebudayaan siswa. Biasanya siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar
belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama bila karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan
mereka dan mempunyai kesamaan dengan mereka atau orang-orang disekitar mereka. Karya sastra yang akan dijadikan bahan pengajaran harus disesuaikan
dengan latar belakang kehidupan siswa agar mereka lebih mudah tertarik dan paham dengan karya sastra tersebut .
Aspek taraf kemampuan siswa meliputi kemampuan daya pikir, kepekaan rasa estetik, dan juga kemampuan bahasa yang dimilikinya. Hal ini perlu
dipertimbangkan mengingat masing-masing siswa mempunyai taraf kemampuan berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut, karya sastra juga harus diperhatikan dari
aspek kebahasaan, aspek isi karya sastra, dan tujuan dari karya sastra tersebut agar tidak bertentangan dengan taraf kemampuan siswa.
Aspek bakat meliputi bakat-bakat yang dimiliki setiap siswa, khusus dalam hal ini bakat dalam kebahasaan dan kesastraan. Jika terdapat siswa yang
memiliki bakat tulis-menulis maka pengajar harus pintar menghubungkan pengajaran sastra dengan bakat siswa tersebut.
Berdasarkan kriteria tersebut di atas novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple karya Iwan Setyawan dapat digunakan sebagai bahan
pembelajaran sastra Indonesia di SMA dengam pertimbangan sebagai berikut:
a. Aspek Kematangan Jiwa
Ditinjau dari aspek kematangan jiwa, novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple relevan untuk materi pembelajaran sastra
bagi peserta didik SMA. Peserta didik yang duduk di bangku SMA sudah termasuk dalam tahap generalisasi usia 16 tahun ke atas sehingga sudah
selayaknya diajarkan tentang fenomena kehidupan atau realita hidup dan melatih mereka menentukan keputusan-keputusan bermoral berdasarkan
fenomena tersebut. Hal ini sesuai dengan bobot cerita dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple. Cerita dalam novel 9 Summers
10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple memberikan pengajaran pada peserta didik tentang cara memecahkan permasalahan hidup secara bijak yaitu
melalui dunia pendidikan. Berikut kutipan yang memberikan pendeskripsian salah satu masalah kemiskinan yang sering dihadapi masyarakat dan cara
yang dilakukan tokoh untuk menghadapinya. 1
Perjuangan keluargaku bagaikan sesuatu yang tak mungkin dilakukan. Seorang sopir truk dengan dua anak kuliah, di
Bogor dan di Malang, dua anak lagi masih di SMA dan SMP Gelombang semakin besar, tapi pelayaran kami tak berhenti.
Kami terus maju, kami terus memberanikan diri, karena berdiam hanya menunggu badai.
9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 99. 2
Aku belajar dengan tekun, mungkin lebih daripada teman- temanku. Aku lebih sering bangun pagi sekai dan belajar lebih
lama. Tak jarang aku bangun sekitar jam satu pagi, di bawah lampu redup dan di tengah ketakutan akan hantu-hantu yang
sering diceritakan orang-orang tua di sekitarku. Akyu melawan rasa kantuk dan rasa takut untuk belajar, untuk melawan rasa
takut akan kegagalan. Aku memulai perjuangan untuk membebaskan rasa kecilku ini.
9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 69.
b. Aspek lingkungan
Ditinjau dari aspek lingkungan yaitu latar belakang kehidupan dan kebudayaan peserta didik, latar belakang cerita novel 9 Summers 10 Autumns:
Dari Kota Apel ke the Big Apple relevan diajarkan untuk semua peserta didik SMA di Indonesia. Hal ini terlihat dari pemilihan latar tempat dan jenis
profesi masyarakat dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia pada
umumnya. Novel ini sebagian besar cerita mengambil latar tempat di Kota Batu, malang dan diceritakan bahwa masyarakat Kota Batu saat itu berprofesi
sebagai sopir angkot, pedagang, dan pekerjaan kecil lainnya. Novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple juga mengambil latar
tempat di Amerika sehingga selain sesuai untuk materi pembelajaran sastra di SMA juga memberikan wawasan pengetahuan mengenai nama-nama tempat
di Amerika dan beberapa kebudayaan masyarakat di sana. Berikut kutipan yang menggambarkan latar tempat Kota Batu, profesi masyarakat Kota Batu,
dan latar tempat Amerika beserta beberapa kebudayaannya. 3
Sering juga pada malam hari, aku terbangun, terbatuk-batuk karena dinginnya Kota batu. Ibu selalu bangun membuatkan
kopi panas untukku.
9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 9. 4
Semua saudara laki-laki ibuku menjadi sopir, bapakku seorang sopir, banyak sekali tetanggaku yang menjadi sopir, buruh
pabrik, pedagang di pasar sayur. Hanya sedikit yang menjadi polisi atau pegawai negeri. Bagaimana aku akan membantu
menafkahi keluargaku nantinya?
9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 62. 5
Summer selalu ―membakar‖ New York City, membuat kota
yang tak pernah tidur itu menjadi sebuah playground raksasa. Semuanya menjadi lebih hidup. Tempat-tempat perbelanjaan di
sepanjang Fifth Avenue, Madison Avenue, SoHo ataupun Meat Packing District dipadati oleh New Yorker ataupun turis dari
segala penjuru dunia, sibuk keluar-masuk butik, toko souvenir, restaurant, kafe, atau took buku. Panggung hiburan terbuka
tersebar dari Battery Park sampai Herlem. Pemain musik jalanan menggelar konser kecil di subway station, taman-taman
kota, sudut-sudut kota. Mereka memainkan jazz, acapella, hip- hop, RB, bahkan musik klasik. Rumput hijau di Great Lawn
Central Park dipenuhi oleh mereka yang sedang sunbathing.
9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 128. c.
Aspek Taraf Kemampuan Ditinjau dari aspek taraf kemampuan peserta didik, pengajar harus
memperhatikan beberapa aspek dari novel yang harus dipenuhi untuk dijadikan materi pembelajaran sastra. Beberapa aspek tersebut meliputi aspek
kebahasaan, aspek isi cerita novel, dan aspek tujuan atau pesan dari novel tersebut. Bahasa yang digunakan dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari
Kota Apel ke the Big Apple lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa lain yang digunakan yaitu bahasa Inggris dan bahasa Jawa. Kata-kata
berbahasa Inggris yang digunakan dalam novel ini adalah kata-kata umum sehingga mudah diterjemahkan. Penggunaan bahasa Jawa sangat sedikit dan
pengarang telah memberikan keterangan untuk menjelaskan arti bahasa Jawa tersebut. Berikut kutipan yang menggambarkan penggunaan bahasa dalam
novel ini. 6
Karena aku sering batuk-batuk pada malam hari, Bapak membuatkan ranjang bambu.
9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 9. 7
―How? I have only seen you two days ago. Where have you been before
?‖ aku taruh pizza di tanganku. 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 7.
8 Aku teringat kalimat yang aku sampaikan ke Ibu suatu hari
karena keputusasaanku, ―Buk, aku kesel, mlarat terus‖ –Ibu, aku capek, miskin terus.
9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 115. Isi cerita novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple
merupakan perjalanan hidup tokoh Iwan dalam memperoleh pendidikan di tengah masalah kemiskinan yang dihadapi keluarganya sehingga isi cerita
novel ini termasuk sesuai untuk materi pembelajaran satra karena mengandung nilai-nilai perjuangan hidup. Pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui
novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple juga sangat relevan untuk kehidupan kaum muda yang sedang menuntut ilmu. Berikut
kutipan yang menggambarkan perjuangan memperoleh pendidikan dan pesan yang ingin disampaikan pengarang.
9 Memasuki tingkat dua, aku harus membayar uang kuliah dan
kos, bersamaan dengan Mmbayar Mbak Inan yang harus membayar uang kuliahnya juga. Kami mencoba apa pun yang
kami bisa Bapak bekerja lebih malam sebagai sopir truk, Mbak Isa menambah murid les privatnya, dan Ibu juga
bekerja kecil-kecilan.
9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 114. 10
―Coba dulu, belajar yang rajin, jangan takut‖—sebuah nasihat sederhana dan bijaksana dari Ibu yang meyakinkan
diriku bahwa menjalani proses adalah menjalankannya sekarang, saat ini, dengan kerja kears dan melepaskan
ketakutan akan hasil yang didapat. Kegagalan ataupun keberhasilan sebuah proses adalah dimensi lain yang akan
melahirkan pelajaran baru untuk proses selanjutnya.
9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 103. d.
Aspek bakat Ditinjau dari aspek bakat, diharapkan peserta yang membaca dan
menganalisis novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple
dapat terinspirasi dengan sikap yang ditunjukkan tokoh utama novel tersebut. Berikut kutipan yang menggambarkan sikap tokoh utama.
11 Menggambarkan SMP, aku merasa dekat dengan ―tantangan‖
bahwa seorang laki-laki, apalagi anak laki-laki satu-satunya, harus bisa mandiri dan kelak bisa membantu nafkah keluarga.
9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 103. 12
Dengan kerja keras,aku selalu bertahan di ranking tiga besar dari kelas 1 sampai kelas 3 dan aku juga berhasil lolos
mendapatkan PMDK di Institut Pertanian Bogor jurusan Statistika.
9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 85-86. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa novel 9 Summers 10
Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple cocok digunakan sebagai materi pembelajaran sastra untuk siswa SMA kelas XI semester 1 pada kompetensi
dasar:
menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesiaterjemahan. Indikator yang diharapkan tercapai yaitu siswa mampu menyebutkan unsur-unsur
intrinsik dan ekstrinsik yang terkandung dalam novel
9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple karya Iwan Setyawan.
5.3 Model Pemanfaatan novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple Karya Iwan Setyawan sebagai Materi Pembelajaran Sastra di
SMA
Setiap materi pembelajaran yang disampaikan haruslah saling berkaitan satu sama lain dan mampu mengasah kompetensi yang dimiliki siswa. Metode dan
strategi pengajaran juga memiliki peranan yang penting karena terlibat dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar di kelas. Pada penelitian ini, peneliti akan
menggunakan metode pengajaran Inkuiri Terbimbing Guided Inquiry.
Inkuiri Terbimbing Guided Inquiry merupakan salah satu jenis metode Inkuiri. Metode Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir secara kritis dana analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan Sanjaya, 2006:194.
Metode Inkuiri memiliki berbagai macam jenis, salah satunya adalah Inkuiri Terbimbing Guided Inquiry tersebut. Inkuiri Terbimbing Guided Inquiry
merupakan suatu model pembelajaran Inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru meyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagaian
perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah Sanjaya dalam http:zifararaca.blogspot.com201207inkuiri-terbimbing.html
diakses 29 Juli 2013. Dalam pembelajaran Inkuiri Terbimbing, guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa sehingga setiap
kegiatan pembelajaran mendapatkan arahan guru. Adanya metode Inkuiri Terbimbing Guided Inquiry bertujuan untuk membantu siswa yang belum
terbiasa memiliki pengalaman belajar dengan menggunakan metode Inkuiri. Metode Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan intelektual anak. Dalam penggunaan metode Inkuiri, guru garus memperhatikan beberapa prinsip, sebagai berikut.
a. Berorientasi pada pengembangan intelektual karena tujuan utama metode ini
adalah pengembangan kemampuan berpikir. Metode ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.
b. Prinsip interaksi, metode ini menempatkan guru bukan sebagai sumber
belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
c. Prinsip bertanya yaitu peran guru dalam penggunaan metode Inkuiri sebagai
penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
d. Prinsip belajar untuk berpikir adalah memanfaatkan dan menggunakan otak
secara maksimal e.
Prinsip keterbukaan yaitu mendasarkan bahwa belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan Sanjaya, 2006:196-199.
Menurut Sanjaya 2006:199-203 secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan Inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Orientasi
Orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar
siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Pada penelitian ini tahap orientasi akan dilakukan guru dengan bertanya novel-novel yang pernah
siswa baca dan menyuruh perwakilan siswa menceritakan kembali salah satu novel yang pernah ia baca secara singkat. Diharapkan kegiatan awal
tersebut menumbuhkan rasa antusiasme dalam diri siswa sehingga siswa semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Tahapan ini juga
digunaan guru untuk bertanya mengenai kesulitan yang dihadapi siswa saat mereka harus menganalisis unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur
ekstrinsik novel.
2. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan
adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki tersebut. Dalam penelitian ini, tahap merumuskan masalah
dilakukan guru dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan tersebut mengarahkan siswa agar mengingat kembali komponen-komponen yang
siswa temukan saat membaca novel. Diharapkan siswa terpancing menyebutkan komponen-komponen yang menjadi bagian dari unsur-
unsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik. 3.
Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Potensi berpikir dimulai dari kemampuan setiap individu
untuk menebak
atau mengira-ngira
berhipotesis dari
suatu permasalahan. Guru dapat mengembangkan kemampuan menebak
berhipotesis pada siswa dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara
atau dapat merumuskan berbagai kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Dalam penelitian ini, tahap merumuskan
hipotesis dilakukan guru dengan cara mencatat jawaban-jawaban dari siswa berdasarkan pertanyaan di tahapan sebelumnya. Berdasarkan
jawaban siswa tersebut, siswa dibantu guru merangkai hipotesis awal
mengenai pengertian unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik beserta komponen kedua unsur pembangun karya sastra tersebut.
4. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji
hipotesis yang
diajukan. Tahap
mengumpulkan data di dalam penelitian ini terlihat pada saat kegiatan diskusi kelompok dengan bahan diskusi mengidentifikasi unsur-unsur
intrinsik dan ekstrinsik sebuah penggalan novel. Kegiatan diskusi kelompok ini diharapkan siswa dapat semakin mendalami unsur-unsur
intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik dan dapat memberikan kesempatan kepada siswa yang lebih paham mengenai kedua unsur tersebut untuk
dapat mengajari temannya yang belum paham dalam kegiatan diskusi. Diskusi kelompok dilanjutkan dengan diskusi kelas untuk menyamakan
konsep. Penyamaan konsep ini untuk mempermudah siswa menentukan analisis novel berikutnya.
5. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Pada penelitian ini, tahap menguji hipotesis terlihat saat guru memerintahkan siswa mengubungkan
hipotesis tentang unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik yang telah siswa buat di awal dengan hasil akhir diskusi kelas. Kegiatan ini
untuk menguji kebenaran hipotesis atau merevisi hipotesis jika ditemukan hipotesis kurang lengkap dan benar.
6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Dalam
perencanaan pembelajaran yang dijabarkan di dalam penelitian ini, merumuskan kesimpulan dilakukan ketika siswa dibantu guru telah
merevisi hipotesis hingga didapatkan sebuah konsep tentang unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik pada novel.
Peneliti memilih metode Inkuiri Terbimbing Guided Inquiry karena peneliti melihat metode ini memiliki beberapa keunggulan yang mampu membuat
siswa aktif menemukan informasi yang sedang mereka pelajari secara mandiri tanpa menghilangkan peran guru sebagai pembimbing. Berikut keunggulan
metode Inkuiri berdasarkan Sanjaya 2006:206. a.
Inkuiri merupakan pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang,
sehingga pembelajaran melalui stategi ini dianggap lebih bermakna. Pengembangan aspek kognitif pada rancangan pembelajaran yang
dijabarkan dalam penelitian dapat dialami siswa saat mereka berusaha menemukan konsep tentang unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur
ekstrinsik secara mandiri. Pengembangan aspek afektif dapat terlihat saat siswa melakukan diskusi kelompok dan diskusi kelas. Mereka diharapkan
saling membantu dan saling melengkapi informasi saat berdiskusi sehingga tidak terjadi kesenjangan pengetahuan diantara siswa.
b. Inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar mereka. Keunggulan tersebut terlihat pada setiap kegiatan
pembelajaran di
dalam penelitian
ini yang
bervariasi.memberikan kesempatan siswa untuk belajar dengan cara yang mereka anggap cocok dengan gaya belajar mereka. Siswa dapat belajar
dengan langsung mempraktikkan menganalisis unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik atau belajar dengan mengajarkannya kepada
teman. Siswa juga dapat belajar secara individu maupun kelompok. c.
Inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Kegiatan pembelajaran di dalam penelitian ini memberikan siswa kesempatan
menemukan sendiri apa yang akan mereka pelajari, yaitu unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik novel sehingga mereka mendapatkan
pengalaman mencari informasi secara mandiri setiap kegiatan yang mereka lakukan.
d. Inkuiri dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di
atas rata-rata. Siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Dalam penelitian ini,
rancangan pembelajaran dirancang agar siswa melakukan diskusi kelompok dan diskusi kelas. Kegiatan tersebut dapat memberikan
kesempatan kepada siswa yang lebih paham mengenai kedua unsur tersebut untuk dapat mengajari temannya yang belum paham dalam
kegiatan diskusi. Mereka diharapkan saling membantu dan saling melengkapi informasi saat berdiskusi sehingga tidak terjadi kesenjangan
pengetahuan diantara siswa. Pembelajaran sastra pada penelitian ini akan diwujudkan dalam bentuk
silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran RPP. Hasil analisis novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple akan diimplementasikan
sebagai materi pembelajaran sastra SMA kelas XI semester pada KD:
menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesiaterjemahan.
Silabus dan RPP didasarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. KTSP adalah
penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK. Penyusunan KTSP yang dipercayakan pada setiap tingkat satuan pendidikan hampir senada dengan
prinsip implementasi KBK yang disebut Kurikulum Berbasis Sekolah KBS. Prinsip ini diimplementasikan untuk memberdayakan daerah dan sekolah dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengelola serta menilai pembelajaran sesuai dengan kondisi dan aspirasi mereka.
Setiap standar kompetensi yang terdapat dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan, pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan saatra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan
dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global. Peneliti memilih novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota
Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan sebagai materi pembelajaran sastra di SMA kelas XI, semester 1, karena cerita dalam novel tersebut mengandung nilai-
nilai kehidupan, khususnya mengenai perjuangan memperoleh pendidikan dan kegigihan mewujudkan cita-cita. Nilai-nilai kehidupan tersebut kiranya dapat
dihayati dan dijadikan pedoman bagi siswa dalam menimba ilmu dan menentukan masa depan mereka dikemudian hari.
143
SILABUS
Sekolah :
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas Semester : XI1
Standar Kompetensi : Membaca 7.
Memahami berbagai hikayat, novel Indonesianovel terjemahan
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Indikator Kegiatan Pembelajaran
Penilaian Alokasi
Waktu JP
AlatBahan Sumber Belajar
7. 2
Menganalisis unsur-unsur
intrinsik dan ekstrinsik
novel Indonesiaterj
emahan
Novel Indonesia -
Unsur-unsur intrinsik novel
alur, tema,
penokohan, sudut
pandang, latar, dan amanat
Kognitif
1. Siswa mampu mengidentifikasi
ciri-ciri unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel.
2. Siswa mampu menganalis unsur-
unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia: 9 Summers 10 Autumns:
Dari Kota Apel ke The Big Apple 1.
Membaca penggalan
novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel
ke The Big Apple karya Iwan Setyawan.
2. Mengidentifikasi
unsur- unsur intrinsik dan unsur-
unsur ekstrinsik
novel
Bentuk tagihan:
Tugas individu
Tugas kelompok
4 JP Alat
: Novel,
Viewer, Laptop
Bahan: Lembar
Kerja
Sumber: Davonar,
Agnes.
144 -
Unsur-unsur ekstrinsik
latar belakang,
pendidikan, ekonomi
pengarang, dan
lain- lain
karya Iwan Setyawan. 3.
Siswa mampu menjelaskan unsur- unsur intrinsik dan unsur-unsur
ekstrinsik novel
Indonesia: 9
Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan
Setyawan. 4.
Siswa mampu
menuliskan kembali cerita novel 9 Summers
10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan
Setyawan dan menghubungkan nilai-nilai
kehidupan yang
terkandung dalam novel dengan kehidupan sehari-hari siswa secara
sistematis dan dengan EYD yang benar.
Indonesia: 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel
ke The Big Apple karya Iwan Setyawan.
3. Menganalisis
novel Indonesia: 9 Summers 10
Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya
Iwan Setyawan. 4.
Mencatat dan
merangkum unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur
ekstrinsik novel
Indonesia: 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel
ke The Big Apple karya Iwan Setyawan.
5. Siswa
menuliskan rangkuman
singkat
Bentuk Instrumen:
Soal uraian Lembar
pengamatan guru
2008. Surat Kecil untuk
Tuhan. Jakarta:
PT Percetakan Penebar
Swadaya
Nurgiyantoro, Burhan.
1990. Teori
Pengkajian Fiksi.Yogyakarta:
Gajah Mada
University Press
Setyawan, Iwan.
2011. 9 Summers 10 Autumns: Dari
Kota Apel ke the Big
Apple. Jakarta:Gramedia
145
Afektif a.
Karakter
Siswa terlibat
aktif dalam
pembelajaran dengan memperlihatkan kemajuan dalam berperilaku, seperti
kerja sama dan kritis.