Pertama, penafsiran tema sebuah novel hendaknya mempertimbangkan
tiap detail cerita yang menonjol. Kriteria ini merupakan hal yang paling penting. Hal itu disebabkan pada detil-detil yang menonjol atau: ditonjolkan itulah
— yang dapat diidentifikasi sebagai tokoh-masalah-konflik utama
—pada umumnya sesuatu yang ingin disampaikan ditempatkan.
Kedua, penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak bersifat
bertentangan dengan detil cerita. Novel, sebagai salah satu genre sastra, merupakan suatu sarana pengungkapan keyakinan, kebenaran, ide, gagasan, sikap
dan pandangan hidup pengarang, dan lain-lain yang tergolong unsur isi dan sebagai sesuatu yang ingin disampaikan. Oleh karena itu, tentunya pengarang tak
akan “menjatuhkan” sendiri sikap dan keyakinannya yang diungkapkan dalam detil-detil tertentu cerita yang lainnya.
Ketiga, penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak mendasarkan diri
pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tak langsung dalam novel yang bersangkutan. Tema cerita tak dapat ditafsirkan hanya
berdasarkan perkiraan, sesuatu yang dibayangkan ada dalam cerita, atau informasi lain yang kurang dapat dipercaya.
Keempat, penafsiran tema sebuah novel haruslah mendasarkan diri pada
bukti-bukti yang secara langsung ada dan atau yang disarankan dalam cerita. Menurut Sudjiman 1988:50-52 terdapat beberapa tema yaitu:
1 Tema yang bersifat didaktis, yaitu tema yang dinyatakan dengan
pertentangan baik dan buruk.
2 Tema eksplisit, yaitu tema cerita yang secara jelas dinyatakan, misalnya
tema yang terlihat pada judul. 3
Tema simbolik, yaitu tema yang biasanya dinyatakan secara implisit tersirat.
4 Tema yang terungkap oleh dialog.
2.2.1.5 Bahasa
Bahasa menurut KBBI 2008:116 adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Bahasa meliputi segala macam tindak komunikasi yang menyangkut pemakaian lambang bunyi Rahmanto, 1988:11.
Bahasa merupakan unsur penting dalam karya sastra karena bahasa adalah sarana pengungkapan sastra itu sendiri. Jika sastra dikatakan ingin menyampaikan
sesuatu, mendialogkan sesuatu, sesuatu tersebut hanya dapat dikomunikasikan lewat bahasa Nurgiyantoro, 2007:272. Sastra juga disebut sebagai institusi sosial
yang memakai medium bahasa Wellek dan Warren, 1990:109. Sejalan dengan pendapat Siswanto 2008:19 yaitu pesan yang disampaikan sastrawan kepada
pembacanya, yaitu berbentuk karya sastra. Kemudian karya sastra tersebut disampaikan dengan medium bahasa. Oleh sebab itu, untuk memperoleh
efektifitas pengungkapan, bahasa dalam sastra disiasati, dimanipulasi, dan didayagunakan secermat mungkin sehingga tampil dengan sosok yang berbeda
dengan bahasa non sastra. Sebagai bahasa, karya sastra sebenarnya dapat dibawa ke dalam keterkaitan yang kuat dengan dunia sosial tertentu yang nyata, yaitu
lingkungan sosial tempat dan waktu bahasa yang digunakan oleh karya sastra itu
hidup dan berlaku. Apabila bahasa dipahami sebagai sebuah tata simbolik yang bersifat sosial dan kolektif, karya sastra yang menggunakan bahasa itu terbagi tata
simbolik yang sama dengan masyarakat pemilik dan pengguna bahasa itu. Apabila sebagai tata simbolik bahasa dimengerti sebagai alat perekam dan reproduksi
pengalaman para pemakai dan penggunanya, karya sastra, dapat ditempatkan sebagai aktivitas simbolik yang terbagi pula secara sosial Faruk, 2012:46.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa memiliki peran penting dalam karya sastra, yaitu sebagai sarana penyampaian karya sastra
itu sendiri dan sebagai tanda untuk mengenali lingkungan sosial dan waktu bahasa yang digunakan oleh karya sastra saat karya sastra itu hidup dan berlaku.
2.2.2 Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari kata sosio Yunani: socius berarti bersama-sama, bersatu, kawan, atau teman
dan logi logos berarti sabda, perkataan, atau perumpaan. Sastra dari kata sas sansekerta berarti mengarahkan, mengajar, atau memberi petunjuk. Akhiran tra
berarti alat. Hakikat sosiologi adalah objektivitas, sedangkan hakikat karya sastra adalah subyektivitas dan kreativitas Ratna, 2003:4. Sosiologi sastra secara
umum menjelaskan hubungan faktor kehidupan sosial manusia dengan karya sastra. Oleh karena itu, Damono 1978:2 membuat menyimpulkan bahwa
pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan disebut sosiologi sastra. Endraswara 2011:5 dalam bukunya yang berjudul
Metodologi Penelitian Sosiologi Sastra memberikan pengertian sosiologi sastra adalah ilmu yang memanfaatkan faktor sosial sebagai pembangun sastra.
Karya sastra adalah gambaran masyarakat yang memakai medium bahasa, oleh sebab itu pemahaman sastra tidak hanya ditentukan oleh struktur karya sastra
namun juga dari sosiologi karya sastra tersebut. Dasar pendekatan sosiologis adalah adanya hubungan hakiki antara karya sastra dengan masyarakat.
Hubungan-hubungan yang dimaksudkan disebabkan oleh: a karya sastra dihasilkan oleh pengarang, b pengarang itu sendiri adalah anggota masyarakat,
dan c pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat, dan d hasil karya sastra itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakat Ratna, 2004:60.
Hal tersebut membuktikan bahwa kehidupan sosial masyarakat pengarang mempengaruhi karya sastra yang dibuatnya. Analisis sosiologi sastra berkaitan
dengan analisis sosial terhadap karya sastra, baik ideologi sosial pengarang, pandangan dunia pengarang, pengaruh strukturasi masyarakat terhadap karya
sastra atau sebaliknya, dan fungsi sosial sastra Kuniawan, 2012:6. Wellek dan Warren dalam Kurniawan 2012:11 juga mengemukakan
tiga paradigma pendekatan dalam sosiologi sastra. Pertama, sosiologi pengarang; inti dari analisis sosiologi pengarang ini adalah memaknai pengarang sebagai
bagian dari masyarakat yang telah menciptakan karya sastra. Kedua, sosiologi karya sastra; analisis aspek sosial dalam karya sastra dilakukan dalam rangka
untuk memahami dan memaknai hubungannya dengan keadaan sosial masyarakat di luarnya. Ketiga, sosiologi pembaca; kajian pada sosiologi pembaca ini
mengarah pada dua hal, yaitu kajian pada sosiologi terhadap pembaca yang memaknai karya sastra dan kajian pada pengaruh sosial yang diciptakan karya
sastra. Menurut Damono 1978:2 terdapat dua kecenderungan utama dalam
telaah sosiologis terhadap sastra. Pertama, pendekatan yang berdasarkan pada anggapan bahwa, sastra merupakan cermin proses sosial-ekonomis belaka.
Pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor di luar sastra untuk membicarakan sastra; sastra hanya berharga dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar
sastra itu sendiri. Jelas bahwa dalam pendekatan ini teks sastra tidak dianggap utama, ia hanya merupakan epiphenomenon gejala kedua. Kedua, pendekatan
yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahan. Metode yang dipergunakan dalam sosiologi sastra ini adalah analisis teks mengetahui
strukturnya, untuk kemudian dipergunakan memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang diluar sastra. Penelitian ini akan menggunakan kedua pendekatan
sosiologi sastra dari Damono tersebut.
2.2.3 Permasalahan Sosial
Menurut Soekanto 1986 dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar, gejala dimana unsur-unsur tertentu dari masyarakat tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya, sehingga menyebabkan kekecewaan-kekecewaan dan bahkan penderitaan bagi warga-warga masyarakat dinamakan problema-problema
sosial. Menurut Hendropuspito 1989:315 masalah sosial didefinisikan sebagai kesenjangan antara nilai budaya yang ideal dan tingkah laku yang ada dalam
masyarakat, dan yang menimbulkan bentrokan antara sejumlah nilai sosial. Soekanto 1989 juga menyimpulkan bahwa pada dasarnya, problema-problema
sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral sehingga problema-problema sosial tak mungkin ditelaah tanpa mempertimbangkan ukuran-ukuran masyarakat
mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.
Soekanto 2002:360 menyebutkan faktor-faktor yang melatarbelakangi timbulnya masalah sosial yaitu:
1 Faktor Ekonomi
Problem-problem yang termasuk dalam faktor ini dapat dicontohkan misalnya, kemiskinan, kesenjangan ekonomi, dan pengangguran.
2 Faktor Psikologi
Problem-problem yang termasuk dalam faktor ini dapat dicontohkan, misalnya, penyakit syaraf, bunuh diri, dan disorganisasi jiwa.
3 Faktor Biologis
Problem-problem yang termasuk dalam faktor ini dapat dicontohkan, misalnya, penyakit.
4 Faktor Kebudayaan
Problem-problem yang termasuk dalam faktor ini dapat dicontohkan, misalnya, perceraian, kejahatan, kenakalan anak-anak, konflik ras, dan
keagamaan. Masalah sosial yang menonjol pada novel 9 Summers 10 Autumns : Dari
Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan adalah masalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor ekonomi sehingga penelitian ini memfokuskan pada
permasalahan tersebut. Masalah Kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf
kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok itu Soekanto, 2002:365.
Teori-teori kemiskinan pada umumnya bermuara pada dua paradigma besar yang juga berpengaruh pada pemahaman mengenai kemiskinan dan
penanggulangan kemiskinan. Dua paradigma yang dimaksud adalah Neo-Liberal dan Demokrasi-Sosial.
1. Neo-Liberal
Pada paradigma ini individu dan mekanisme pasar bebas menjadi fokus utama dalam melihat kemiskinan Syahyuti via Febriana, 2010:15. Pendekatan
ini menempatkan kebebasan individu sebagai komponen penting dalam suatu masyarakat. Oleh karena itu dalam melihat kemiskinan, pendekatan ini
memberikan penjelasan bahwa kemiskinan merupakan persoalan individu yang merupakan akibat dari pilihan-pilihan individu. Bagi pendekatan ini kekuatan
pasar merupakan kunci utama untuk menyelesaikan masalah kemiskinan. Hal ini dikarenakan kekuatan pasar yang diperluas dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi
akan menghapuskan kemiskinan Syahyuti via Febriana, 2010:15. Kelemahan paradigma ini adalah terlalu memandang kemiskinan hanya melalui
pendapatan dan kurang melibatkan orang miskin sebagai subyek dalam permasalahan kemiskinan Satterthwaite via Febriana, 2010:16.
2. Demokrasi-Sosial
Paradigma ini tidak melihat kemiskinan sebagai persoalan individu, melainkan lebih melihatnya sebagai persoalan struktural Cheyne, O’Brien dan
Belgrave via Febriana, 2010:16. Pendekatan ini juga menekankan pada kesetaraan sebagai prasyarat
penting dalam memperoleh kemandirian dan kebebasan Syahyuti via Febriana,
2010:16. Kemandirian dan kebebasan ini akan tercapai jika setiap orang memiliki atau mampu menjangkau sumber-sumber bagi potensi dirinya, seperti pendidikan,
kesehatan yang baik dan pendapatan yang cukup. Kebebasan disini bukan sekedar bebas dari pengaruh luar namun bebas pula dalam menentukan pilihan-pilihan.
Ketidakadilan dan ketimpangan dalam masyarakatlah yang mengakibatkan kemiskinan ada dalam masyarakat. Bagi pendekatan ini tertutupnya akses-akses
bagi kelompok tertentu menjadi penyebab terjadinya kemiskinan. Kelemahan teori ini adalah adanya ketergantungan yang tinggi pada
negara dalam membentuk struktur dan institusi untuk menanggulangi kemiskinan. Padahal pencapaian pembentukan struktur dan institusi yang tepat dalam
menangani kemiskinan itu sendiri tergantung pada kapabilitas kelompok miskin. Berdasarkan pengertian kedua paradigma di atas dapat disimpulkan bahwa
paradigma Demokrasi-Sosial lebih sesuai dengan masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big
Apple karya Iwan Setyawan karena masalah kemiskinan yang terdapat dalam cerita novel tersebut terstruktur bukan masalah individual namun masalah yang
terstruktur karena dialami secara turun-temurun oleh keluarga Iwan. Pada akhirnya pendidikan menjadi jalan pemecahan masalah kemiskinan dalam novel
ini. Penyebab kemiskinan pada umumnya bermacam-macam. Menurut Soekanto
1982:320 persoalan kemiskinan disebabkan tidak mampu memenuhi kebutuhan- kebutuhan primer sehingga timbul tuna karya, tuna susila, dan lain sebagainya.
Secara sosiologis, sebab-sebab timbulnya masalah tersebut adalah karena salah-
satu lembaga kemasyarakatan tidak berfungsi dengan baik, yaitu lembaga kemasyarakatan di bidang ekonomi. Menurut pendapat Miko Saputra dalam Blog-
nya yang dimuat di http:mikokuantan.blogspot.com201104beberapa-konsep- kemiskinan.html pada tanggal 19 April 2011 menyebutkan beberapa faktor
penyebab timbulnya kemiskinan, yaitu: a.
Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
b. Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan
keluarga; c.
Penyebab sub-budaya subcultural, yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan
sekitar; d.
Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
e. Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan
hasil dari struktur sosial. Beberapa penyebab kemiskinan di atas merupakan penyebab masalah
kemiskinan pada novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan, kecuali penyebab agensi karena cerita dalam novel ini tidak
melibatkan adanya pengaruh aksi orang lain atau kebijakan pemerintah.
2.2.4 Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas SMA
Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi 4 manfaat, yaitu: membantu keterampilan berbahasa,
meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menjunjung pembentukan watak Rahmanto, 1988: 16. Dalam kaitannya dengan
pengajaran sastra, ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 1 aspek psikologis, 2 aspek lingkungan, 3 aspek taraf kemampuan, dan 4 aspek bakat Jabrohim,
1994:23. Selain itu pengajaran sastra haruslah diorientasikan kepada pemahaman pembaca karya sastra, bukan pada keterampilan menghafal teori. Keterampilan
proses komunikasi yang diharapkan hadir dari hasil pemahaman membaca karya satra yaitu kemampuan merekonstruksi struktur bangun sastra secara faktual yang
berwujud pengalaman-pengalaman hidup yang berharga. Hasil pemahaman membaca karya sastra prosa yang diharapkan muncul dari peserta ajar
sekurangnya: 1 peserta ajar dapat melakukan rekonstruksi alur cerita, 2 menyusun peta setting latar: tempat kejadian dalam cerita, 3 menyusun
perwatakan tiap pelaku dalam cerita, 4 menyimpulkan pesan pengarang terhadap zamannya, 5 maksud pengarang menulis cerita dari persoalan zaman yang
dipaparkan dalam cerita Jabrohim, 1994:141. Penelitian ini memfokuskan pada pengimplementasian hasil penelitian
untuk materi pembelajaran sastra yang akan diaplikasikan pada silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP. Silabus dan RPP ini dirancang
berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. KTSP merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK. Komponen KTSP
meliputi empat komponen, yaitu 1 tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, 2 struktur dan muatan KTSP, 3 Kalender pendidikan, dan 4 silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pengajaran RPP. Materi pembelajaran akan digunakan
untuk pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI semester 1 dengan Standar Kompetensi SK:
Memahami berbagai hikayat, novel Indonesianovel terjemahan. serta Kompetensi Dasar KD:
Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesiaterjemahan. Berikut akan dijelaskan pengertian
dari silabus, RPP, dan materi pembelajaran.
2.2.4.1 Silabus
Suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok
serta uraian materi yang perlu dipelajarari siswa dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar Muslich, 2007:23. Prinsip pengembangan
silabus menurut Muslich 2007:25-26 antara lain: 1.
Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus
benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan. 2.
Relevan Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam
silabus sesuai atau ada keterkaitan dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
3. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
4. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten ajek, taat asas antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
penilaian. 5.
Memadai Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan
sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. 6.
Aktual dan Kontekstual Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan
sistem penilaian memerhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidikan, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan
tuntutan masyarakat. 8.
Menyeluruh Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi kognitif, afektif,
psikomotor. Muslich 2007:28-30 mengungkapkan langkah-langkah pengembangan
silabus meliputi:
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana yang tercantum pada Standar Isi, dengan memerhatikan hal-hal
berikut: -
Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu danatau tingkat kesulitan materi;
- Keterkaitan antarstandar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata
pelajaran; -
Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi daar antarmata pelajaran. 2.
Mengidentifikasi materi pokok Mengidentifikasi materi pokok yang menunjang pencapaian standar
kompetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan: -
Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik;
- Kebermanfaatan bagi peserta didik;
- Struktur keilmuan;
- Kedalaman dan keluasan materi;
- Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan;
- Alokasi waktu.
3. Mengembangkan pengalaman belajar
Pengalaman belajar merupakan kegiatan mental dan fisik yang dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar melaui pendekatan
pembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkan peserta didik.
4. Merumuskan indikator keberhasilan belajar
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik, dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang
terukur danatau dapat diobservasi. 5.
Penentuan jenis penilaian Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan
indikator. 6.
Menentukan alokasi waktu Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah
minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan minggu dengan
mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, tingkat kesulitan, dan kepentingan kompetensi dasar.
7. Menentukan sumber belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek danatau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan
elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Format silabus menurut Muslich 2007:30-35 paling tidak memuat
sembilan komponen, yaitu: 1. Komponen Identifikasi
2. Komponen Standar Kompetensi 3. Komponen Kompetensi Dasar
4. Komponen Materi Pokok 5. Komponen Pengalaman Belajar
6. Komponen Indikator 7. Komponen Jenis Penilaian
8. Komponen Alokasi Waktu 9. Komponen Sumber Belajar
2.2.4.2 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran RPP
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas
Muslich, 2007:53. RPP adalah pegangan guru dalam mengajar sesuai kompetensi dasar yang telah ditentukan sehingga isi dari RPP harus memuat
rangkaian kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar tersebut. Menurut Muslich 2007:46, langkah-langkah yang patut dilakukan guru
dalam menyusun RPP, yaitu: 1
Ambilah satu unit pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran 2
Tuliskan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam unit itu
3 Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar
4 Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator
5 Rumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran itu
6 Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan dikenakan kepada siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
7 Pilihlah metode yang dapat yang mendukung sifat materi dan tujuan
pembelajaran 8
Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan rumusan tujuan pembelajaran, yang bias dikelompokkan menjadi kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. 9
Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari dua jam pelajaran, bagilah langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari satu
pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bias didasarkan pada satuan tujuan pembelajaran atau sifat tipe jenis materi pembelajaran.
10 Sebutkan sumbermedia belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran
secara konkret dan untuk setiap bagian unit pertemuan. 11
Tentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrumen penilaian yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan.
2.2.4.3 Materi Pembelajaran Sastra
Terdapat beberapa
pengertian tentang
materi ajar
dalam http:yuni_yuven.blog.undip.ac.id20120523strategi-menyiapkan-bahan-ajar,
diakses tanggal 19 Desember 2012, antara lain: Menurut University of Wollongong NSW 2522 Australia, 2007, bahan ajar atau teaching-material,
terdiri atas dua kata yaitu teaching atau mengajar dan material atau bahan. Teaching melaksanakan pembelajaran diartikan sebagai proses menciptakan
dan mempertahankan suatu lingkungan belajar yang efektif . Sedangkan material merupakan bahanalat atau sumber yang yang dapat dipakai dalam teaching.
Rangkuman dari hal diatas oleh Dikmenum dikemukakan : bahwa, bahan ajar merupakan seperangkat materisubstansi pembelajaran teaching material yang
disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan Paulina Pannen 2001
menyebutkan bahwa bahan ajar sebagai bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Adapun Andi Prastowo 2011 menyatakan pemahaman bahan ajar sebagai segala bahan baik informasi, alat, maupun teks yang disusun secara
sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan
penelaahan implementasi pembelajaran. Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa materi ajar
adalah bahan yang disusun secara sistematis untuk digunakan dalam pembelajaran yang menampilkan kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai
siswa. Menurut Rahmanto 1988 dalam bukunya Metode Pengajaran Sastra
terdapat tiga aspek penting dalam memilih bahan pengajaran sastra, yaitu: pertama dari sudut bahasa, kedua dari segi kematangan jiwa psikologi, dan ketiga dari
sudut latar belakang kebudayaan para siswa. Aspek kebahasaan dalam sastra ini tidak hanya ditentukan oleh masalah-masalah yang dibahas, tapi juga faktor-faktor
lain seperti: cara penulisan yang dipakai si pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan karya itu, dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau
pengarang. Aspek Psikologi membagi tingkatan psikologis anak-anak sekolah
dasar dan menengah: 1 Tahap pengkhayalan 8-9 tahun; 2 Tahap romantik 10- 12 tahun; 3 Tahap realistik 13-16 tahun; 4 Tahap generalisasi 16 tahun dan
selanjutnya. Aspek latar belakang, siswa biasanya akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar
belakang kehidupan mereka, terutama bila karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka dan mempunyai kesamaan dengan mereka
atau orang-orang di sekitar mereka. Dalam banyak hal tuntutan semacam ini sehat, karena: pertama, tuntutan ini mencerminkan adanya kesadaran bahwa karya sastra
hendaknya menghadirkan sesuatu yang erat hubungannya dengan kehidupannya siswa dan kedua, siswa hendaknya terlebih dahulu memahami budayanya sebelum
mencoba mengetahui budaya orang lain. Berikut daftar SK dan KD di kelas XI semester 1 dan 2 yang berkaitan
dengan pembelajaran sastra.
Daftar SK dan KD Kelas XI Semester 1 Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar Membaca
7. Memahami berbagai
hikayat, novel Indonesianovel terjemahan.
7.1 Menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik hikayat.
7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesiaterjemahan.
Daftar SK dan KD Kelas XI Semester 2 Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar Membaca
15. Memahami buku biografi,
novel, dan hikayat. 15.1 Mengungkapkan hal-hal yang menarik
dan dapat diteladani dari tokoh. 15.2 Membandingkan
unsur intrinsik dan ekstrinsik
novel Indonesia terjemahan dengan hikayat.
Hasil analisis masalah kemiskinan dalam novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan akan diimplementasikan
dalam materi pembelajaran salah satu SK dan KD di atas. Peneliti memilih salah satu Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD kelas XI semester 1,
yaitu SK: Memahami berbagai hikayat, novel Indonesianovel terjemahan dan
KD: Menganalisis
unsur-unsur intrinsik
dan ekstrinsik
novel Indonesiaterjemahan. Alasan memilih SK dan KD tersebut karena hasil analisis
penelitian ini berkaitan dengan analisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel sehingga sesuai dengan KD: Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik
novel Indonesiaterjemahan.
48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi di bawah ini meliputi jenis penelitian, pendekatan, teknik pengumpulan data, dan sumber data. Berikut diuraikan keenam bagian metode
penelitian berikut.
3. 1 Jenis Penelitian
Berdasarkan sumber bahan yang digunakan, jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan atau kajian pustaka. Penelitian kepustakaan yakni
serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, dan mencatat serta mengolah bahan penelitian yang berkaitan dengan
topik, yaitu masalah kemiskinan dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan.
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Penelitian ini menggunakan sosiologi sastra menurut pendapat Damono. Pertama, peneliti akan
yang menggunakan teks sastra yaitu novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan sebagai bahan penelahaan. Kedua,
sastra akan ditelaah berdasarkan anggapan bawa sastra adalah cermin proses sosial-ekonomis. Pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor di luar sastra untuk
membicarakan sastra. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskripsi analisis. Metode
ini dilakukan dengan mendeskripsikan fakta-fakta kemudian dianalisis Ratna,
2004:53. Penelitian ini tidak hanya menganalisis dan mengumpulkan data, melainkan menguraikan dan memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya
tentang data-data tersebut. Pertama, peneliti akan mengumpulkan dan mendeskripsikan data tentang tokoh, penokohan, latar, alur, tema, dan bahasa
yang terdapat pada novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. Kemudian peneliti mengumpulkan data dan
mendeskripsikan masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple dan menguraikan lebih dalam
kaitan semua data tersebut. Hasil analisis tersebut diimplementaikan dalam materi pembelajaran sastra di SMA kelas XI, semester 1.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu teknik baca dan teknik catat. Penelitian dilakukan dengan pembacaan dan pencatatan. Teknik baca
digunakan untuk membaca teks sastra dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. Teknik catat digunakan
peneliti untuk mencatat hal-hal yang sesuai dan mendukung pemecahan masalah yang telah dirumuskan.
Berdasarkan kedua teknik diatas, peneliti menggunakan sumber tertulis. Sumber tertulis adalah novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big
Apple karya Iwan Setyawan sebagai obyek kajian, buku-buku kesusastraan yang memuat uraian tentang unsur-unsur intrinsik karya sastra dan masalah kemiskinan
yang relevan dengan masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9