menonjol adalah latar waktu dan tempat. Mungkin dicerita lainnya yang menonjol adalah latar sosial. Penggambaran latar ini ada yang terperinci, ada
pula yang tidak. Ada latar yang dijelaskan secara persis seperti kenyataannya; ada yang gabungan antar kenyataan dan khayalan; ada juga latar yang
merupakan hasil imajinasi sastrawannya Siswanto, 2008:150.
2.2.1.3 Alur
Alur adalah peristiwa yang diurutkan membangun tulang punggung cerita Sudjiman, 1988:29. Alur juga dapat diartikan sebagai struktur peristiwa-
peristiwa yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik
tertentu Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007:113. Stanton dalam Nurgiyantoro 2007:113 pun mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan
kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
Sejalan dengan pendapat Kenny dalam Nurgiyantoro 2007:113 mengemukakan bahwa plot sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak
bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat. Plot juga diartikan sebagai bagan atau kerangka
kejadian dimana para peran berbuat Hamzah,1985:69. Berdasarkan pengertian- pengertian mengenai alur di atas dapat disimpulkan bahwa alur adalah urutan
peristiwa dalam cerita. Ditinjau berdasarkan urutan waktu dikenal dengan Alur Lurus Maju atau
progresif, Alur Sorot-Balik Mundur atau regresif, dan Alur Campuran.
a. Alur Lurus Maju atau Progresif
Sebuah novel dikatakan progresif jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa -peristiwa yang pertama diikuti atau
menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa yang kemudian. Atau, secara runtut cerita dimulai dari tahap awal penituasian, pengenalan,pemunculan
konflik, tengah konflik meningkat, klimak, dan akhir penyelesaian.
b. Alur Sorot- Balik Mundur atau regresif
Urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi yang beralur regresif tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal, melainkan
mungkin dari tahap tengah atau tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan.
c. Alur Campuran
Alur yang didalamnya mengandung alur progresif dan regresif. Alur berdasarkan kriteria jumlah dapat dibagi menjadi dua yaitu alur tunggal
dan alur sub-sub plot.
a. Alur Tunggal
Karya fiksi yang beralur tunggal biasanya hanya mengembangkan sebuah cerita dengan menampilkan seorang tokoh utama protagonis yang sebagai
hero. Cerita pada umumnya hanya mengikuti perjalanan hidup tokoh tersebut, lengkap dengan permasalahan dan konflik yang dialaminya.
b. Alur sub-subplot
Karya fiksi yang memiliki lebih dari satu alur yang dikisahkan, atau terdapat lebih dari seorang tokoh yang dikisahkan perjalanan hidup, permasalahan,
dan konflik yang dihadapi. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro 1995:158 subplot, hanya merupakan bagian dari plot utama. Ia berisi cerita
“kedua” yang ditambahkan yang bersifat memperjelas dan memperluas pandangan kita terhadap plot utama dan mendukung efek keseluruhan
cerita. Alur berdasarkan kriteria kepadatan adalah padat atau tidaknya
pengembangan dan perkembangan cerita pada karya fiksi. kriteria ini dibedakan menjadi dua yaitu alur padat dan alur longgar.
a. Alur Padat
Alur padat adalah alur yang cara penyajian ceritanya cepat dan peristiwa- peristiwa fungsional terjadi susul-menyusul dengan cepat, hubungan antar
peristiwa juga terjalin erat, dan pembaca seolah-olah selalu dipaksa untuk terus-menerus mengikutinya.
b. Alur Longgar
Dalam cerita yang beralur longgar, pergantian peristiwa demi peristiwa penting berlangsung lambat.
Alur berdasarkan kriteria isi adalah sesuatu, masalah, kecenderungan masalah, yang diungkap dalam cerita. Kriteria ini dapat dibagi dua, yaitu alur
peruntungan dan alur tokohan.
a. Alur Peruntungan
Alur peruntungan berhubungan dengan cerita yang mengungkapkan nasib, peruntungan, yang menimpa tokoh utama cerita yang bersangkutan.