Implikatur Percakapan Khusus IPK

Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan khusus permintaan adalah suatu percakapan yang mengandung implikatur percakapan khusus dan dituturkan dalam wujud tuturan meminta. Perhatikan contoh implikatur pecakapan khusus permintaan berikut. 5 Bertus SMA : “Kenapa lu?” Dika SMA : “Siomay itu biar gue yang bayar. Ber gue lupa bawa duit. E…gue bayarin siomay elu, tapi gue pinjem duit elu dulu, nanti gue bayar ke elu lagi” Bertus SMA : “Ok…ok” Dika SMA : “Pak, Pak siomaynya biar saya yang bayar makasih. Ber, lu bener. Kita emang harus jadi populer” Konteks percakapan Dika dan Bertus sedang marahan. Dika merasa Bertus benar dengan idenya sehingga ia ingin berbaikan dengan Bertus 6 Bertus SMA : “Perlu banget? ketika Dika mengambil bekas makanan Michael di kantin” Dika SMA : “Kan waktu itu gue yang mecahin kasus surat kalengnya Kak Dara. Lu percaya deh sama gue” Konteks percakapan Dika pernah memecahkan kasus penting. Dika menuduh Michael sebagai pelaku ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah dan Bertus meragukan tuduhan tersebut 7 Sindi : “Elu masih simpen nggak? Handuknya? Lu pernah nggak sih, kalau elu lagi di keramaian, terus elu inget-inget cinta pertama elu waktu di SMA? Orang yang lu suka waktu itu? Lu sering nggak nanya sama diri lu sendiri, jangan-jangan gue udah ngelewatin cinta pertama gue hanya karena gue nggak berani ngomong sama dia. Kira-kira itu yang gue rasain selama 11 tahun ini. Cinta itu kayak marmut lucu warna merah jambu yang berada di sebuah roda, seakan dia udah pergi jauh padahal dia nggak pernah pergi kemana-kemana. Nggak tahu kapan harus berhenti. Capek tahu nggak, Dik?” Dika : “Berhenti yuk” Konteks percakapan Sindi dan Dika yang sudah 11 tahun tidak betemu. Sindi menyukai Dika begitu pula sebaliknya Implikatur percakapan data 5 mengandung implikatur percakapan khusus, hal tersebut dapat dilihat dari tuturan Dika “Siomay itu biar gue yang bayar”. Tuturan tersebut implikaturnya Dika ingin berbaikkan dengan Bertus. Implikatur tersebut mewakili permintaan maaf kepada Bertus sekaligus tanda bahwa ia setuju mengikuti ide Bertus untuk menjadi terkenal. Mitra tutur dapat menginterpretasikan maksud lain atas tuturan dan sikap Dika dengan melihat konteks percakapan yang terjadi. Implikatur percakapan data 6 dapat dilihat melalui tuturan Dika “Kan waktu itu gue yang mecahin kasus surat kalengnya Kak Dara. Lu percaya deh sama gue” implikasinya meyakinkan Bertus agar percaya dengan tindakannya. Bertus menuturkan “Perlu banget? ketika Dika mengambil bekas makanan Michael di kantin” karena ia ragu apakah tindakan yang mereka lakukan memang diperlukan dalam penyelidikan kasus ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah. Dika sudah pernah berhasil memecahkan kasus sebelumnya sehingga Bertus percaya saja dengan tindakan yang dilakukan Dika. Selain itu, Bertus juga mengenal Dika sebagai sahabat yang pantas dipercayai, maka peneliri menyimpulkan bahwa data 6 mengandung implikatur percakapan khusus permintaan. Data percakapan 7 mengandung implikatur percakapan khusus IPK. Hal tersebut dibuktikan melalui tuturan Dika “Berhenti yuk” yang implikasinya meminta Sindi menjadi pacarnya. Implikatur tersebut mudah diinterpretasikan maksudnya dengan melihat konteks percakapan yang terjadi. d. Implikatur Percakapan Penolakan Penolakan berasal dari kata dasar tolak. Penolakan artinya proses, cara, perbuatan menolak KBBI. 2005: 1204. Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan khusus penolakan adalah suatu percakapan yang mengandung implikatur percakapan khusus dan dituturkan dalam tuturan penolakan. Perhatikan contoh implikatur percakapan khusus penolakan berikut. 8 Dika : “Iya…elu mau jadi pacar gue, nggak?” Siswa B : “Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif, mohon hubungi beberapa saat lagi” Konteks percakapan Dika adalah siswa aneh. Siswa B dengan sadar dan sengaja berpura-pura menjadi customer service karena malas menjawab telepon Dika 9 Bertus SMA : “Eem…sorry siapa ya?” Sindi SMA : “Sindi anak 1F. Udah dipastiin siapa yang terakhir kali liat bola itu?” Dika SMA : “Ee…maaf Sindi, kami lagi ada di tengah kasus penting” Konteks percakapan Dika dan Bertus tidak mengenal Sindi. Mereka tidak ingin Sindi ikut campur urusan penyelidikan yang mereka lakukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 Kepsek : “Apa saya salah meminta bantuan kalian?” Bertus SMA : “Ee sebentar, Bu. Saya punya teori yang lebih masuk akal Bu” Kepsek : “Cukup” Konteks percakapan, Dika menuduh Michael sebagai pelaku ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah dan tidak dapat membuktikan tuduhan tersebut Implikatur percakapan data 8 dapat dilihat melalui tuturan Siswa B “Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif, mohon hubungi beberapa saat lagi” yang implikasinya menolak permintaan Dika. Siswa B berpura-pura menjadi customer service karena tidak ingin berbicara dengan Dika yang artinya sama saja dia menolak menjadi pacar Dika. Implikasi dalam tuturan Siswa B dapat dimengerti dan diinterpretasikan sebagai bentuk penolakan dengan melihat konteks percakapannya. Siswa B mengetahui latar belakang Dika yang sering melakukan hal sama kepada siswa perempuan lain di sekolahnya. Implikatur percakapan data 9 dapat dilihat melalui tuturan Dika “Ee…maaf Sindi, kami lagi ada di tengah kasus penting” yang mengimplikasikan bahwa mereka Bertus dan Dika tidak ingin Sindi terlibat dalam penyelidikan kasus hilangnya bola volli. Mereka merasa terganggu dengan kehadiran Sindi. Konteks percakapan data 9 terjadi ketika Bertus dan Dika sedang melakukan penyelidikan kasus pertama yang mereka terima sebagai sebuah grup detektif. Sindi tiba-tiba berbaur saat penyelidikan kasus tanpa diinginkan. Sindi dapat menginterpretasikan maksud tuturan Dika sebagai bentuk penolakan akan kehadirannya karena ia mengetahui konteks percakapan yang terjadi. Tanpa mengetahui konteks percakapan, bisa saja orang salah dalam menginterpretasikan tuturan Dika, maka peneliti menyimpulkan bahwa data 9 termasuk implikatur percakapan khusus penolakan. Implikatur percakapan data 10 dapat dilihat melalui tuturan kepala sekolah “Apa saya salah meminta bantuan kalian?” yang implikasinya berupa kekecewaan dan ketidakpuasan terhadap grup detektif. Tuturan tersebut semakin dikuatkan dengan tuturan berikutnya “Cukup” yang memberikan ketegasan bahwa kepala sekolah menolak penjelasan yang diberikan oleh gurp detektif. Ia tidak ingin memberikan kesempatan lagi kepada grup detektif untuk membuktikan tuduhan mereka terhadap Michael. Data 10 termasuk implikatur percakapan khusus penolakan. e. Implikatur Percakapan Khusus Tuduhan Tuduhan berasal dari kata dasar tuduh. Tuduhan artinya hasil menuduh; hal yang dituduhkan; dakwaan KBBI, 2005: 1215. Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan khusus tuduhan adalah suatu percakapan yang mengandung implikatur percakapan khusus dan dituturkan dalam tuturan menuduh pihak lain. Perhatikan contoh implikatur percakapan khusus tuduhan berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 Dika SMA : “Jadi pelakunya?” Bertus SMA : “Siapa yang tidak pernah kita duga nulis surat kaleng? Ayo kita sebutin bareng. Ibu kantin” Sindi SMA : “Ber…gue tahu elu bego, tapi nggak gini- gini juga kali” Konteks percakapan Bertus, Dika, dan Sindi sedang mencari tahu pelaku pengiriman surat kaleng kepada ketua OSIS. Bertus siswa aneh, jelek, dan bodoh menuduh Ibu Kantin tanpa bukti. Sindi anggota grub detektif yang paling pintar Implikatur percakapan data 11 dapat dilihat melalui tuturan Sindi SMA “Ber…gue tahu elu bego, tapi nggak gini-gini juga kali” yang implikasinya kesal terhadap Bertus yang menuduh Ibu Kantin. Implikatur dalam tuturan tersebut dapat diinterpretasikan maknanya dengan melihat konteks percakapan yang terjadi. Bertus menuduh Ibu Kantin sebagai pelaku pengiriman surat kaleng kepada ketua OSIS padahal ia tidak memiliki bukti apapun. Bertus memang ia sering bertindak sembarangan seperti itu sebelumnya. Implikatur percakapan khusus yang terkandung pada data 11 adalah tuduhan Bertus terhadap Ibu Kantin merupakan hal yang salah. f. Implikatur Percakapan Khusus Kesepakatan Kesepakatan artinya setuju; perihal sepakat KBBI, 2005: 1042. Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan khusus kesepakatan adalah suatu percakapan yang didalamnya mengandung implikatur percakapan khusus dan dituturkan sehingga terjadi suatu kesepakatan antara penutur dan mitra tutur. Perhatikan contoh implikatur percakapan khusus kesepakatan berikut. 12 Ina : “Oops… aduh, eh ketabrak” Michael SMA : “Sorry Na, lu nggak papa?” Ina : “Ee nggak papa, sorry ya Mich” Michael SMA : “Iya ngak papa kok. Elu mau kemana?” Ina : “Tuh menunjuk, mau duduk di situ” Michael SMA : “Oh, ya udah. Bareng yuk?” Konteks percakapan Ina menyukai Michael tetapi Michael tidak mengetahuinya. Ina dengan sengaja menabrakkan dirinya ke Michael Implikatur percakapan data 12 dapat dilihat melalui tuturan Ina “Oops… aduh, eh ketabrak” implikasinya agar Michael merespons tindakannya. Ina berharap Michael mengajaknya duduk bersama. Implikatur percakapan pada data 12 tersebut dapat dipahami dengan melihat konteks percakapan yang terjadi. Percakapan yang terjadi menghasilkan sebuah kesepakatan antara Ina dan Michael yang saling memaafkan dan akhirnya duduk bersama. Apa yang menjadi implikasi dalam tuturan Ina akhirnya tercapai. Implikatur percakapan data 12 termasuk implikatur percakapan khusus kesepakatan. Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat enam jenis implikatur percakapan khusus IPK pada percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika. Enam jenis implikatur percakapan khusus IPK, yaitu IPK hiperbolis, IPK ejekan, IPK permintaan, IPK penolakan, IPK tuduhan, dan IPK kesepakatan. Pemaparan pada masing-masing jenis implikatur percakapan khusus IPK di atas memudahkan pembaca memahami implikatur percakapan khusus IPK secara lebih spesifik. Melalui pengklasifikasian jenis implikatur percakapan khusus IPK seperti di atas, diketahui bahwa implikatur percakapan khusus IPK selalu membutuhkan konteks untuk menginterpretasikan maksud tuturan, pendengar mengasumsikan informasi secara lokal artinya sebatas lingkup percakapan, penutur yang terlibat dalam percakapan memiliki latar belakang pengetahuan khusus budaya, asal, perilaku, danatau kebiasaan yang sama, dan penutur yang telibat dalam percakapan harus memiliki dasar pengetahuan umum yang sama sehingga tidak menimbulkan salah paham. Peneliti juga menemukan ciri penanda lain dalam implikatur percakapan khusus IPK selain yang sudah dipaparkan sebelumnya. Implikatur percakapan khusus IPK selalu melanggar maksim, khususnya maksim hubungan. George Yule 2006: 78 menyatakan bahwa implikatur percakapan didasarkan pada prinsip kerja sama atau maksim-maksim. Cummings 2007: 18 juga menyatakan bahwa sejumlah implikatur percakapan yang dihasilkan dengan sengaja melanggar maksim telah memperoleh nama-nama khusus dan sejauh ini telah dibahas dalam lingkaran sastra seperti yang ada dalam berbagai lingkaran linguistik. Implikatur percakapan khusus IPK pada percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika terbukti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI melanggar maksim, khususnya maksim tindakan. Perhatikan contoh berikut. a. IPK Hiperbolis 1 Bertus SMA : “Hallo? Lu mau nggak jadi pacar gue?” Siswa A : “Mendingan gue mati” Konteks percakapan melalui telepon, Bertus menembak Siswa A. Bertus jelek dan Siswa A tidak menyukainya b. IPK Ejekan 3 Dika SMA : “Ber emangnya kenapa sih, populer dan urusan cewek sekarang jadi penting banget buat elu?” Bertus SMA : “Dik…gini gini, lu tahu kan? Di SMA itu kita bisa ketemu sama jodoh kita, semakin lama kita ketemu sama jodoh kita, semakin lama kita nikah” Dika SMA : “Ber…lu aja sunat nggak berani-berani, udah ngomongin nikah” Konteks percakapan Bertus dan Dika siswa aneh dan tidak terkenal sehingga mereka sulit mendapatkan pacar di sekolah c. IPK Permintaan 5 Bertus SMA : “Kenapa lu?” Dika SMA : “Siomay itu biar gue yang bayar. Ber gue lupa bawa duit. E…gue bayarin siomay elu, tapi gue pinjem duit elu dulu, nanti gue bayar ke elu lagi” Bertus SMA : “Ok…ok” Konteks percakapan Dika dan Bertus sedang marahan. Dika merasa Bertus benar dengan idenya sehingga ia ingin berbaikan dengan Bertus d. IPK Penolakan 9 Bertus SMA : “Eem…sorry siapa ya?” Sindi SMA : “Sindi anak 1F. Udah dipastiin siapa yang terakhir kali liat bola itu?” Dika SMA : “Ee…maaf Sindi, kami lagi ada di tengah kasus penting” Konteks percakapan Dika dan Bertus tidak mengenal Sindi. Mereka tidak ingin Sindi ikut campur urusan penyelidikan yang mereka lakukan e. IPK Tuduhan 11 Dika SMA : “Jadi pelakunya?” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Bertus SMA : “Siapa yang tidak pernah kita duga nulis surat kaleng? Ayo kita sebutin bareng. Ibu kantin” Sindi SMA : “Ber…gue tahu elu bego, tapi nggak gini- gini juga kali” Konteks percakapan Bertus, Dika, dan Sindi sedang mencari tahu pelaku pengiriman surat kaleng kepada ketua OSIS. Bertus siswa aneh, jelek, dan bodoh menuduh Ibu Kantin tanpa bukti. Sindi anggota grub detektif yang paling pintar f. IPK Kesepakatan 12 Ina : “Oops… aduh, eh ketabrak” Michael SMA : “Sorry Na, lu nggak papa?” Ina : “Ee nggak papa, sorry ya Mich” Michael SMA : “Iya ngak papa kok. Elu mau kemana?” Ina : “Tuh menunjuk, mau duduk di situ” Michael SMA : “Oh, ya udah. Bareng yuk?” Konteks percakapan Ina menyukai Michael tetapi Michael tidak mengetahuinya. Ina dengan sengaja menabrakkan dirinya ke Michael Berikut ini merupakan pemaparan yang membuktikan bahwa implikatur percakapan khusus IPK melanggar maksim, khususnya maksim hubungan. Implikatur percakapan khusus hiperbolis pada data percakapan 1 melanggar maksim hubungan. Hal tersebut dibuktikan dari tuturan Siswa A “Mendingan gue mati” yang implikasinya menolak menjadi pacar Bertus. Siswa A menggunakan tuturan tersebut untuk menjawab pertanyaan Bertus “Hallo? Lu mau nggak jadi pacar gue?”. Bertus menanyakan apakah Siswa A mau menjadi pacaranya, namun jawaban Siswa A justru tidak ada hubungannya dengan pertanyaan yang diajukan. Selaras dengan maksim hubungan, Siswa A seharusnya menjawab “Iya, mau” untuk menerima atau “Saya tidak mau” untuk menolak. Meskipun terlihat tidak memiliki hubungan, implikatur PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI percakapan dalam tuturan Siswa A sesungguhnya mewakili jawaban bahwa ia menolak menjadi pacar Bertus. Implikatur percakapan khusus ejekan pada data percakapan 3 melanggar maksim hubungan. Hal tersebut dibuktikan dari tuturan Dika “Ber…lu aja sunat nggak berani-berani, udah ngomongin nikah” saat menanggapi tuturan Bertus “Dik…gini gini, lu tahu kan? Di SMA itu kita…”. Tanggapan Dika tersebut tidak relevan untuk menanggapi tuturan Bertus. Bertus membicarakan mengenai urusan “jodoh” dan “pernikahan” tetapi Dika justru menanggapi dengan membahas masalah “sunat”. Keterkaitan percakapan keduannya terdapat pada implikatur yang terkandung di dalamnya, yaitu bahwa belum sepantasnya Bertus berpikir ataupun membicarakan pernikahan. Implikatur percakapan khusus permintaan pada data percakapan 5 melanggar maksim hubungan. Hal tersebut dibuktikan dari tuturan Dika “Siomay itu biar gue yang bayar…” saat menjawab pertanyaan Bertus “Kenapa lu?”, jawaban Dika tidak relevan dengan pertanyaan yang diajukan Bertus. Selaras dengan maksim hubungan, Dika seharusnya memberikan jawaban “Nggak papa” untuk menerangkan keadaannya. Pemaparan tersebut membuktikan implikatur percakapan data 5 melanggar maksim hubungan. Implikatur percakapan khusus penolakan pada data percakapan 9 melanggar maksim hubungan. Hal tersebut dibuktikan dari tuturan Dika “Ee…maaf Sindi, kami lagi ada di tengah kasus penting” ketika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menjawab pertanyaan Sindi “…Udah dipastiin siapa yang terakhir kali liat bola itu?”, jawaban yang diberikan tidak relevan dengan pertanyaan yang diajukan. Tampak tidak ada hubungan antara tuturan Dika dengan Sindi. Keduanya saling mengetahui implikatur percakapan yang terkandung dalam percakapan mereka sehingga mereka tidak gagal dalam berkomunikasi. Implikatur percakapan khusus tuduhan pada data percakapan 11 melanggar maksim hubungan. Hal tersebut dibuktikan dari tuturan Sindi “Ber…gue tahu elu bego, tapi nggak gini-gini juga kali” yang tidak relevan dalam menanggapi tuturan Bertus. Bertus memberikan tuduhan tidak masuk akal kepada Ibu Kantin yang diduganya mengirim surat kaleng untuk ketua OSIS. Selaras dengan maksim hubungan seharusnya tanggapan yang diberikan Sindi “Apa alasannya lu nuduh Ibu Kantin?” atau “Kenapa Ibu Kantin?” agar percakapan mereka terlihat relevan. Implikatur percakapan khusus kesepakatan pada data percakapan 12 melanggar maksim hubungan. Hal ini dibuktikan dari tuturan Ina “Oops…aduh eh ketabrak” yang menjadi tidak relevan jika mengetahui konteks sesungguhnya tuturan itu terjadi. Ina menabrakkan diri dengan sengaja ke Michael, tetapi Michael justru menuturkan “Sorry Na, lu nggak papa?”. Selaras dengan maksim hubungan, seharusnya yang menuturkan “sorry” atau “maaf” adalah Ina karena ia yang bertindak salah. Pemaparan di atas membuktikan bahwa implikatur percakapan khusus IPK melanggar maksim hubungan. Kendati percakapan yang terjadi tampak tidak relevan, komunikasi antarpenutur tetap berjalan lancar. Hal tersebut karena penutur dan mitra tutur dapat menginterpretasikan implikatur yang terkandung di dalam percakapan yang terjadi.

1.2 Implikatur Percakapan Umum IPU

Yule 2006: 74 mengungkapkan bahwa implikatur umum merupakan implikatur yang tidak memperhitungkan makna tambahan. Dengan kata lain, orang yang berperan pada proses tuturan mengasumsikan makna percakapan hanya dengan mengamati struktur kata yang dipakai. Implikatur percakapan umum IPU muncul karena kata-kata tertentu dalam ujaran yang membawa implikatur tertentu. Peneliti menemukan beberapa data percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika yang mengandung implikatur percakapan umum IPU. Data-data percakapan tersebut diklasifikasi menjadi beberapa jenis sesuai ciri penanda dan wujud percakapannya. Perhatikan implikatur percakapan umum IPU berikut. a. Implikatur Percakapan Umum Permintaan Permintaan berasal dari kata dasar minta, artinya berkata-kata supaya diberi atau mendapat sesuatu; mohon KBBI, 2005: 745. Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan umum permintaan artinya suatu percakapan yang wujudnya berupa percakapan permintaan dan di dalamnya mengandung implikatur percakapan umum. Perhatikan contoh implikatur percakapan umum permintaan berikut. 13 Michael SMA : “Temen-temen sorry, ya. Kita pengen nongkrong di sini” Bertus SMA : “Oh…ow, iya. Nggak papa, silahkan. Tadi agak kotor sedikit. Dik bangun Dik, bangun bangun. Nggak papa, ini agak kotor sambil mengelap bangku bekas mereka duduk” Konteks percakapan terjadi ketika Michael bersama teman- temannya ingin duduk di bangku yang sedang diduduki oleh Dika dan Bertus. Michael adalah siswa terkenal di sekolah 14 Dika : “Nah setelah dari perpustakaan, kami kan per…em…gimana kalau ceritanya, saya langsung ke bagian yang penting aja? Ya, Om? Jadi sebulan kemudian…” Bapak Ina : “Bentar-bentar, tunggu, tunggu. Kamu itu bisa cerita apa enggak sebenernya? Cerita kok loncat-loncat kayak begitu. Bagaimana sih? Yang bener Terus…terus” Konteks percakapan, Bapak Ina sangat galak. Dika diberi waktu terbatas untuk bercerita sehingga ia ingin mempersingkat ceritanya 15 Dika : “Om…ini lampunya nggak mau dinyalain aja, Om?” Bapak Ina : “Oh…iya ya, sampek lupa. Ngobrol sampek kemalaman. Siti memanggil pembantunya Lampu” Konteks percakapan Bapak Ina tidak sadar bahwa kondisi ruang gelap karena lampu belum dinyalakan. Dika takut dengan Bapak Ina Implikatur perckapan data 13 dapat dilihat melalui tuturan Michael “Temen-temen sorry, ya. Kita pengen nongkrong di sini” implikasinya mengusir Dika dan Bertus. Michael dan teman- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI temannya ingin duduk di bangku yang sudah diduduki Dika dan Bertus terlebih dahulu. Secara tidak langsung Michael meminta agar Dika dan Bertus pergi dari tempat tersebut. Bertus dan Dika dapat menginterpretasikan tuturan Michael meskipun mereka mengabaikan konteks percakapan. Melalui struktur kata “Nongkrong di sini” mengasumsikan sebuah informasi bahwa yang dimaksud adalah di tempat duduk yang tadinya ditempati oleh Dika dan Bertus. Melalui pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa data 13 merupakan implikatur percakapan umum permintaan. Implikatur percakapan data 14 dapat dilihat melalui tuturan Bapak Ina “…Kamu itu bisa cerita apa enggak sebenernya? Cerita kok loncat-loncat kayak begitu. Bagaimana sih? Yang bener Terus…terus” implikasinya ia ingin Dika menceritakan masa SMA-nya secara runtut dan jelas. Implikatur dalam tuturan menunjukkan Bapak Ina meminta Dika melakukan yang ia inginkan. Dika diberi waktu terbatas oleh Bapak Ina untuk menjelaskan maksud kedatangannya dengan menceritakan kronologisnya dimulai dari ia SMA. Sebagaimana diketahui bahwa implikatur percakapan umum IPU muncul karena kata-kata tertentu yang membawa implikatur tertentu, maka mitra tutur dalam percakapan data 14 dapat menginterpretasikan makna tuturan penutur hanya dengan melihat kata-katanya. “…Cerita kok PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI loncat-loncat kayak begitu. Bagaimana sih? Yang bener” artinya hal yang benar menurut Bapak Ina adalah bahwa Dika seharusnya bercerita dengan tidak “loncat-loncat” atau “runtut”. Melalui pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa data 14 termasuk implikatur percakapan umum permintaan. Implikatur percakapan data 15 dapat dilihat melalui tuturan Dika “Om…ini lampunya nggak mau dinyalain aja, Om?” implikasinya menyampaikan informasi bahwa lampu belum dinyalakan dan situasi gelap. Secara tidak langsung Dika meminta agar lampu dinyalakan. Meskipun tidak melihat dan mengetahui konteks percakapan secara khusus, pilihan kata “lampunya” membuat mitra tutur mampu menginterpretasikan implikatur tuturan Dika. b. Implikatur Percakapan Umum Tuduhan Tuduhan berasal dari kata dasar tuduh. Tuduhan artinya hasil menuduh; hal yang dituduhkan; dakwaan KBBI, 2005: 1215. Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan umum tuduhan artinya suatu percakapan yang wujudnya tuduhan dan mengandung suatu implikatur percakapan umum. Perhatikan contoh implikatur percakapan umum tuduhan berikut. 16 Dika SMA : “Tuh…lihatkan, kita jadi kayak gini” Bertus SMA : “Dik…apa salah sih, gue nyoba ngebuat kita popular?” Konteks percakapan Dika dan Bertus dibawa ke UKS karena luka cubitan dari teman-temanya. Mereka dicubit setelah mengikuti ide Bertus untuk menjadi terkenal 17 Bertus SMA : “Bu…apakah Ibu yang menulis surat kaleng untuk ketua OSIS?” Ibu kantin : “Kalau itu Ibu nggak tahu, tapi kalau yang nulis bon makanan ini memang Ibu. Eh Bertus…kamu masih banyak hutang di sini” Bertus SMA : “Maaf, ya Bu sambil membayar hutang” Konteks percakapan Bertus belum membayar hutangnya kepada Ibu Kantin Implikatur percakapan data 16 dapat dilihat melalui tuturan Dika “Tuh…lihatkan, kita jadi kayak gini” implikasinya menyalahkan Bertus sebagai penyebab atas apa yang menimpa mereka. Mereka mencoba terkenal dengan cara yang disarankan Bertus tetapi justru membuat beberapa teman sekolahnya merasa terganggu dan akhirnya melukai mereka. Struktur kalimat “kayak gini” memberikan petunjuk akan dampak yang diakibatkan oleh tindakan Bertus. Bertus sepenuhnya dapat menginterpretasikan maksud tuturan Dika tersebut dengan melihat struktur kata yang digunakan. Sepintas percakapan data 17 berwujud tuduhan karena Bertus menanyakan suatu hal yang indikasinya menuduh Ibu Kantin sebagai pelaku pengiriman surat kaleng kepada ketua OSIS. Implikatur percakapan data 17 dapat dilihat melalui tuturan Ibu Kantin “Kalau itu Ibu nggak tahu, tapi kalau yang nulis bon makanan ini memang Ibu. Eh Bertus…kamu masih banyak hutang di sini”. Implikatur dalam tuturan itu adalah Ibu Kantin meminta Bertus membayar hutangnya atau dengan kata lain menagih hutang Bertus. Bertus sebagai mitra tutur dapat menginterpretasikan implikatur tuturan tersebut dengan melihat struktur kata yang digunakan. c. Implikatur Percakapan Umum Laporan Memberitahu Laporan artinya memberitahukan; segala sesuatu yang dilaporkan KBBI, 2005: 540. Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan umum laporan adalah suatu percakapan yang wujudnya berupa pemberitahuan dan mengandung implikatur percakapan umum di dalamnya. Perhatikan contoh implikatur percakapan umum laporan memberitahu berikut. 18 Bapak Ina : “Ya, mungkin kalian cuma salah menerjemahkan kata-kata. Ya, namanya masih muda, masih goblok-goblok” Dika : “Ya tapi kan, dulu Sindi yang paling pinter aja nggak bisa mecahin kasus itu Om” Bapak Ina : “Ya, baguslah kalau kamu itu sadar. Kalau kalian itu pada goblok. Ya?” Konteks percakapan Dika tidak dapat memecahkan kasus ancaman pembunuhan kepala sekolah ketika SMA. Bapak Ina tahu penyebab tidak terpecahkannya kasus itu 19 Dika SMA : “E…dinner Oh iya gue juga nemuin kalok ternyata dia keringetnya banyak banget. Gue ambil sampelnya di lapangan tadi” Ina : “Dik…ketek lu aja basah terus. Thanks, ya” Konteks percakapan terjadi ketika Dika menghasut Ina agar menjauhi Michael. Dika menyukai Ina Implikatur percakapan data 18 dapat dilihat melalui tuturan Dika “Ya tapi kan, dulu Sindi yang paling pinter aja nggak bisa mecahin kasus itu Om” implikasinya memberi penegasan berupa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI