menemukan bahwa data percakapan 22 dan 23 melanggar maksim kuantitas sedangkan data 24 tidak melanggar maksim.
Perhatikan contoh jenis implikatur percakapan berskala IPB yang terbukti melanggar maksim kuantitas berikut.
a. Implikatur Percakapan Berskala Laporan 22 Dika SMA : “Kita ngapain sih di sini?”
Bertus SMA : “Di Jakarta, rata-rata dalam sehari terjadi 258 kejahatan dan sebagian besarnya terjadi di
jalanan. Kita tungguin aja, palingan bentar lagi juga ada kasus”
Kakek Tua : “Assalamualaikum?”
Bertus SMA : “Wa’alaikumsalam hati-hati ya kek, awas mati Di jalan banyak kejahatan”
Konteks percakapan Bertus dan Dika mencari kasus untuk ditangani. Bertus yakin akan mendapatkan kasus dengan
mengamati jalanan di depan sekolah
b. Implikatur Percakapan Berskala Permintaan 23 Jimmy
: “Eh sorry, kayaknya kita butuh ruangan lagi deh”
Vani : “Lah buat apa?”
Jimmy : “Ya, buat piala. Elu sendiri kan tahu kalau club
basket kita udah keseringan menang” Vani
: “Oh, ruangannya sih ada tapi kayaknya gue harus tanya ke kepala sekolah dulu deh bisa
apa enggak” Konteks percakapan terjadi di ruang OSIS, Jimmy yang
terkenal lebih mudah mendapatkan ruangan daripada grup detektif
Implikatur percakapan berskala laporan pada data percakapan 22 melanggar maksim kuantitas. Hal ini dapat dibuktikan melalui
tuturan Bertus “Di Jakarta, rata-rata dalam sehari terjadi 258 kejahatan dan sebagian besarnya terjadi di jalanan…” untuk
menjawab pertanyaan Dika “Kita ngapain sih di sini?”. Jawaban PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang diberikan Bertus melanggar maksim kuantitas karena membuat percakapan lebih informatif dari yang diminta. Dika
hanya membutuhkan informasi mengenai alasan mengapa mereka berada di jalan saat itu tetapi Bertus justru memberikan informasi
lebih. Ini membuktikan bahwa data percakapan 22 melanggar maksim kuantitas.
Implikatur percakapan berskala laporan pada data percakapan 23 melanggar maksim kuantitas. Hal ini dapat dibuktikan melalui
tuturan Jimmy “Ya, buat piala. Elu sendiri kan tahu kalau club basket kita udah keseringan menang” untuk menjawab pertanyaan
Vani “Lah buat apa?”. Jawaban yang dituturkan Jimmy berisi lebih banyak informasi dari yang dibutuhkan untuk menjawab
pertanyaan Vani. Vani hanya menanyakan untuk apa ruangan yang diminta Jimmy tetapi ia justru menambahkan informasi lain berupa
kemenangan club basketnya. Hal tersebut membuat percakapan lebih informatif dari yang diminta. Pemaparan tersebut
membuktikan bahwa data percakapan 23 melanggar maksim kuantitas.
Perhatikan contoh jenis implikatur percakapan berskala IPB yang terbukti tidak melanggar maksim berikut.
c. Implikatur Percakapan Berskala Tuduhan 24 Kepsek
: “Kepala ekskul basket itu? Yang rambutnya wangi itu?”
Dika SMA : “Ya, betul Bu” Kepsek
: “Nggak mungkin, masak?” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dika SMA : “Berikan saya beberapa hari, saya bisa buktikan Bu”
Konteks percakapan Dika menuduh Michael sebagai pelaku ancaman pembunuhan kepala sekolah. Michael siswa
berprestasi dan terkenal sehingga kepala sekolah agak ragu
Implikatur percakapan berskala tuduhan pada data percakapan 24 terbukti tidak melanggar maksim. Percakapan data 24 tidak
melanggar maksim kuantitas karena informasi dalam percakapan tersebut tidak membuat percakapan lebih informatif dari yang
diminta. Selain itu, tanya jawab antara Dika dan kepala sekolah terjadi secara runtut dan relevan sesuai maksim hubungan. Dika
memberikan jawaban sesuai atas pertanyaan yang diajukan kepala sekolah. Pemaparan tersebut membuktikan bahwa implikatur
percakapan bersakala tuduhan tidak melanggar maksim.
2. Fungsi Implikatur Percakapan
Pada dasarnya fungsi implikatur adalah untuk memperhalus proposisi yang diujarkan dan dalam rangka menyelamatkan muka saving face
seperti yang dikemukakan oleh Rani 2006: 176. Penggunaan implikatur percakapan dianggap lebih sopan, misalnya untuk menuturkan tuturan
yang mengandung maksud memerintah, menolak, menegur, dan lain-lain. Tuturan yang banyak melibatkan “emosi” atau “amarah” mitra tutur
biasanya akan lebih mudah diterima jika disampaikan dengan implikatur. Semakin tidak langsung tuturan semakin tinggi implikaturnya dan semakin
mudah diterima oleh mitra tutur. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berikut ini merupakan pemaparan fungsi implikatur percakapan secara lebih khusus dan spesifik.
2.1 Fungsi Implikatur Percakapan Khusus IPK
Fungsi implikatur percakapan khusus IPK dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika adalah sebagai berikut.
a. Implikatur Percakapan Khusus Hiperbolis 1 Bertus SMA : “Hallo? Lu mau nggak jadi pacar gue?”
Siswa A : “Mendingan gue mati”
Konteks percakapan melalui telepon, Bertus menembak Siswa A. Bertus jelek dan Siswa A tidak menyukainya
b. Implikatur Percakapan Khusus Ejekan 2 Bertus SMA : “Nembak cewek itu harus banyak, biar
kemungkinan diterimanya itu banyak. Kalau gue nembak 100 cewek dengan
probilitas 10, gue mungkin diterima 10 kali. Lu nggak belajar Matematika apa?”
Dika SMA : “Ber…tapi yang namanya dua unsur itu
harus cocok-cocokan, lu nggak belajar Kimia apa?”
Bertus SMA : “Halah…lu nggak usah sok pinter deh. Liat ni…liat”
Konteks percakapan Bertus ingin meminta salah 1 siswa menjadi pacarnya. Bertus dan Dika adalah siswa aneh yang
sering ditolak saat menyatakan cinta
3 Dika SMA : “Ber emangnya kenapa sih, populer dan urusan
cewek sekarang jadi penting banget buat elu?” Bertus SMA : “Dik…gini gini, lu tahu kan? Di SMA itu kita
bisa ketemu sama jodoh kita, semakin lama kita ketemu sama jodoh kita, semakin lama
kita nikah”
Dika SMA : “Ber…lu aja sunat nggak berani-berani, udah ngomongin nikah”
Konteks percakapan Bertus dan Dika siswa aneh dan tidak terkenal sehingga mereka sulit mendapatkan pacar di sekolah
4 Bapak Ina : “Haduuuh…haduuuh. Goblok Goblok kok dipelihara. He…grup detektif itu kenapa
dibikin lagi? Kamu pernah, ya? Jatuh dari angkot, kepalanya duluan, kena aspal? Pernah,
ya?”
Dika : “Nggak pernah, Om”
Konteks percakapan Dika membuat grup detektif aneh yang sudah tidak popular di zamannya ketika SMA agar ia menjadi
terkenal
c. Implikatur Percakapan Khusus Permintaan 5 Bertus SMA : “Kenapa lu?”
Dika SMA : “Siomay itu biar gue yang bayar. Ber gue
lupa bawa duit. E…gue bayarin siomay elu, tapi gue pinjem duit elu dulu, nanti gue
bayar ke elu lagi”
Bertus SMA : “Ok…ok” Konteks percakapan Dika dan Bertus sedang marahan. Dika
merasa Bertus benar dengan idenya sehingga ia ingin berbaikan dengan Bertus
6 Bertus SMA : “Perlu banget? ketika Dika mengambil bekas makanan Michael di kantin”
Dika SMA : “Kan waktu itu gue yang mecahin kasus surat kalengnya Kak Dara. Lu percaya deh sama
gue” Konteks percakapan Dika pernah memecahkan kasus penting.
Dika menuduh Michael sebagai pelaku ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah
7 Sindi : “Elu masih simpen nggak? Handuknya? Lu pernah
nggak sih, kalau elu lagi di keramaian, terus elu inget-inget cinta pertama elu waktu di SMA?
Orang yang lu suka waktu itu? Lu sering nggak nanya sama diri lu sendiri, jangan-jangan gue udah
ngelewatin cinta pertama gue hanya karena gue nggak berani ngomong sama dia. Kira-kira itu yang
gue rasain selama 11 tahun ini. Cinta itu kayak marmut lucu warna merah jambu yang berada di
sebuah roda, seakan dia udah pergi jauh padahal dia nggak pernah pergi kemana-kemana. Nggak
tahu kapan harus berhenti. Capek tahu nggak, Dik?”
Dika : “Berhenti yuk”
Konteks percakapan Sindi dan Dika yang sudah 11 tahun tidak betemu. Sindi menyukai Dika begitu pula sebaliknya
d. Implikatur Percakapan Penolakan 8 Dika
: “Iya…elu mau jadi pacar gue, nggak?” Siswa B
: “Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif, mohon hubungi beberapa saat lagi”
Konteks percakapan Dika adalah siswa aneh. Siswa B dengan sadar dan sengaja berpura-pura menjadi customer service
karena malas menjawab telepon Dika
9 Bertus SMA : “Eem…sorry siapa ya?”
Sindi SMA : “Sindi anak 1F. Udah dipastiin siapa yang
terakhir kali liat bola itu?” Dika SMA
: “Ee…maaf Sindi, kami lagi ada di tengah kasus penting”
Konteks percakapan Dika dan Bertus tidak mengenal Sindi. Mereka tidak ingin Sindi ikut campur urusan penyelidikan yang
mereka lakukan
10 Kepsek : “Apa saya salah meminta bantuan kalian?”
Bertus SMA : “Ee sebentar, Bu. Saya punya teori yang lebih masuk akal Bu”
Kepsek : “Cukup”
Konteks percakapan, Dika menuduh Michael sebagai pelaku ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah dan tidak
dapat membuktikan tuduhan tersebut
e. Implikatur Percakapan Khusus tuduhan 11 Dika SMA
: “Jadi pelakunya?” Bertus SMA
: “Siapa yang tidak pernah kita duga nulis surat kaleng? Ayo kita sebutin bareng.
Ibu kantin” Sindi SMA
: “Ber…gue tahu elu bego, tapi nggak gini- gini juga kali”
Konteks percakapan Bertus, Dika, dan Sindi sedang mencari tahu pelaku pengiriman surat kaleng kepada ketua OSIS.
Bertus siswa aneh, jelek, dan bodoh menuduh Ibu Kantin tanpa bukti. Sindi anggota grub detektif yang paling pintar
f. Implikatur Percakapan Khusus Kesepakatan
12 Ina : “Oops… aduh, eh ketabrak”
Michael SMA : “Sorry Na, lu nggak papa?” Ina
: “Ee nggak papa, sorry ya Mich” Michael SMA : “Iya ngak papa kok. Elu mau kemana?”
Ina : “Tuh menunjuk, mau duduk di situ”
Michael SMA : “Oh, ya udah. Bareng yuk?” Konteks percakapan Ina menyukai Michael tetapi Michael
tidak tahu. Ina dengan sengaja menabrakkan dirinya ke Michael
Implikatur percakapan khusus pada data 1 terdapat pada tuturan siswa A “Mendingan gue mati”, implikasinya dia tidak ingin atau
menolak menjadi pacar Bertus. Nilai komunikatif dari implikatur tersebut berupa kalimat berita deklaratif. Maka, fungsi implikatur
percakapan data 1 adalah penyampaian berita atau informasi dari Siswa A bahwa ia memilih mati daripada menjadi pacar Bertus.
Melalui implikatur percakapan tersebut dapat diketahui bahwa Siswa A berkarakter tegas dan galak, ia menggunakan kalimat yang
hiperbolis padahal maksud tuturannya hanya menolak. Implikatur percakapan khusus pada data 2 terdapat pada tuturan
Dika “Ber tapi yang namanya dua unsur itu harus cocok-cocokan, lu nggak belajar Kimia apa?” implikasinya memberitahu Bertus bahwa
untuk diterima jadi pacar, kedua pasangan harus saling memiliki kecocokan. Nilai komunikatif implikatur percakapan data 2 berupa
kalimat berita deklaratif. Penyampaian berita atau informasi mengenai bagaimana cara agar diterima ketika menyatakan cinta.
Secara literal percakapan mereka berupa ejekan namun implikaturya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
saling membertitahu. Maka, fungsi implikatur percakapan data 2 memberitahukan informasi atau saran kepada penonton bagaimana
cara agar diterima ketika menyatakan cinta pada lawan jenis. Implikatur percakapan khusus pada data 3 terdapat pada tuturan
Dika “Ber…lu aja sunat nggak berani-berani, udah ngomongin nikah”, implikasinya Bertus masih belum cukup umur dan belum
sepantasnya untuk berpikir ataupun membicarakan pernikahan. Nilai komunikatif implikatur tersebut berupa kalimat berita deklaratif.
Maka, fungsi implikatur percakapan data 3 adalah memberitahu. Penulis ingin menyampaikan pesan kepada penonton bahwa perlu
keberanian dan usia yang matang untuk memikirkan sebuah pernikahan. Sebagaimana diketahui tokoh Bertus dalam percakapan
data 3 berperan sebagai anak SMA, artinya penulis mengingatkan bahwa pada rentan usia tersebut belum sepantasnya memikirkan
pernikahan. Implikatur percakapan khusus data 4 terdapat pada tuturan Bapak
Ina “Haduuuh…haduuuh. Goblok Goblok kok dipelihara. He…grup detektif itu…” implikasinya kesal terhadap sikap bodoh Dika dan
Bertus. Nilai komunikatif implikatur tersebut berupa kalimat empatik yaitu kalimat yang mengandung maksud memberikan penekanan
khusus. Secara tegas Bapak Ina menganggap bahwa tindakan yang dilakukan Dika adalah sebuah kebodohan yang seharusnya tidak