70
terus meningkat melebihi secondary pressure saat melewati primary nozzle akan mengakibatkan terjadinya back pressure. Back pressure terjadi karena area
penghisapan entrained duct semakin sempit, sehingga secondary fluid tidak terhisap sempurna oleh primary fluid ke dalam area mixing chamber dan
mengakibatkan primary fluid mengalir ke dalam saluran evaporator karena besarnya tekanan pada primary fluid [Chunnanond dan Aphornratana, 2004].
NXP +5 mm mempunyai nilai entrainment ratio paling optimal daripada NXP 0 mm dan NXP -5 mm, dimana terjadi back pressure dengan nilai entrainment ratio
-0,0625 pada primary pressure 4 bar. Untuk NXP 0 mm, back pressure terjadi pada primary pressure 1 bar dan 4 bar dengan nilai entrainment ratio -0,4049 dan
-0,1957. Sedangkan pada NXP -5 mm, back pressure terjadi pada primary pressure 3 bar dan 4 bar dengan nilai entrainment ratio -0,1071 dan -0,0904.
4.1.3. Pengaruh Primary Nozzle Exit Position Terhadap Nilai Entrainment
Ratio Dengan Menggunakan Variasi Primary Pressure Pada Secondary Temperature 70
˚C
1 2
3 4
-0,6 -0,4
-0,2 0,0
0,2 0,4
E n
tr ain
m en
t Rat io
Primary Pressure bar
NXP -5 mm NXP 0 mm
NXP +5 mm
Gambar 4.3 Grafik pengaruh primary nozzle exit position terhadap nilai entrainment ratio dengan menggunakan variasi primary pressure pada secondary
temperature 70 ˚C.
71
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa meningkatnya primary pressure mengakibatkan nilai entrainment ratio menurun. Primary pressure mempunyai
nilai tekanan yang sangat rendah saat melewati primary nozzle karena efek penyempitan penampang aliran converging section. Perbedaan signifikan antara
tekanan fluida primer primary pressure dan tekanan fluida sekunder secondary pressure mengakibatkan kecepatan aliran secondary fluid meningkat dan terhisap
ke dalam area mixing chamber [Sriveerakul et al., 2007]. Primary pressure yang terus meningkat melebihi secondary pressure saat melewati primary nozzle akan
mengakibatkan terjadinya back pressure. Back pressure terjadi karena area penghisapan entrained duct semakin sempit, sehingga secondary fluid tidak
terhisap sempurna oleh primary fluid ke dalam area mixing chamber dan mengakibatkan primary fluid mengalir ke dalam saluran evaporator karena
besarnya tekanan pada primary fluid [Chunnanond dan Aphornratana, 2004]. NXP +5 mm mempunyai nilai entrainment ratio paling optimal daripada NXP 0
mm dan NXP -5 mm, dimana terjadi back pressure pada primary pressure 3 bar dan 4 bar dengan nilai entrainment ratio -0,1159 dan -0,0756. Pada NXP 0 mm,
back pressure terjadi pada primary pressure 1 bar dan 4 bar dengan nilai entrainment ratio -0,5307 dan -0,2320. Sedangkan pada NXP -5 mm, back
pressure terjadi pada primary pressure 1 bar, 3 bar, dan 4 bar dengan nilai entrainment ratio -0,1802, -0,1217, dan -0,0800.
4.1.4. Pengaruh Primary Nozzle Exit Position Terhadap Nilai Entrainment