Supersonic Nozzle dan Subsonic Diffuser Converging of Primary Nozzle

29

2.7.2. Supersonic Nozzle dan Subsonic Diffuser

Terdapat 2 dua jenis perbedaan penampang pada saluran, yaitu supersonic nozzle dan subsonic diffuser. Supersonic nozzle dapat diartikan sebagai penampang saluran yang mempunyai kecepatan aliran yang tinggi dengan nilai Ma lebih dari 1 Ma 1 yang disebut dengan kecepatan aliran supersonic. Sedangkan subsonic diffuser diartikan sebagai penampang yang mempunyai kecepatan aliran yang rendah dengan nilai Ma kurang dari 1 Ma 1 yang disebut dengan kecepatan aliran subsonic. Karena kecepatan aliran pada subsonic diffuser lebih rendah daripada supersonic nozzle, maka subsonic diffuser akan menghasilkan tekanan yang lebih tinggi daripada supersonic nozzle [White, 2011]. Perbedaan antara subsonic diffuser dan supersonic nozzle dapat dilihat pada Gambar 2.19. Gambar 2.19 Perbedaan antara supersonic nozzle dan subsonic diffuser [White, 2011]. Persamaan yang digunakan untuk menjelaskan perbedaan fenomena pada supersonic nozzle dan subsonic diffuser dituliskan ke dalam persamaan 2.6. 2 2 1 1 V dp Ma A dA V dV        2.6 30

2.7.3. Converging of Primary Nozzle

Gambar 2.20 Kondisi pengoperasian pada converging nozzle [White, 2011]. a Geometri nozzle dan karakteristik tekanan b Distribusi tekanan akibat back pressure c Mass flow vs back pressure Gambar 2.20 a menunjukkan skema aliran yang terjadi di dalam bagian converging pada primary nozzle. Aliran dengan tekanan stagnasi P akan mengalir melewati primary nozzle outlet yang mengalami pengecilan penampang. Akibat adanya pengecilan penampang, maka tekanan aliran akan menurun pada bagian primary nozzle outlet -Pe sehingga akan keluar sebagai aliran dengan tekanan back pressure P b , di mana nilai tekanan back pressure lebih rendah daripada nilai tekanan stagnasi P b P . Gambar 2.20 b menunjukkan distribusi tekanan yang terjadi pada bagian converging primary nozzle. Pada kondisi pada titik a dan b, tekanan pada 31 primary nozzle throat lebih besar daripada tekanan kritis P yang menyebabkan aliran pada primary nozzle mempunyai kecepatan aliran subsonic dan tekanan pada primary nozzle outlet Pe mempunyai nilai yang sama besar dengan tekanan back pressure P b . Pada kondisi di titik c tekanan back pressure P b mempunyai nilai yang sama besar dengan tekanan pada primary nozzle outlet P e . Sedangkan pada kondisi di titik d dan e, primary nozzle tidak dapat beroperasi lebih lanjut karena terjadi proses chocking dengan laju aliran massa yang besar pada bagian primary nozzle throat sehingga mengakibatkan tekanan akan menurun dari tekanan kritis P menuju tekanan back pressure P b dan aliran akan berekspansi dengan kecepatan aliran supersonic.

2.8. Mach Number Ma

Mach number Ma merupakan parameter yang paling dominan dalam melakukan analisa pada compressible flow [White, 2011]. Besarnya nilai Mach number Ma dapat dituliskan ke dalam persamaan 2.7. a V Ma  2.7 dengan Ma adalah Mach number yang tidak mempunyai satuan, V adalah kecepatan aliran yang dinyatakan dalam satuan meter per detik ms, dan a adalah kecepatan suara yang dinyatakan dalam satuan meter per detik ms. Adapun interval dari besarnya nilai Mach number Ma dapat digunakan untuk mengetahui sifat aliran seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Sifat aliran berdasarkan nilai Mach number Ma [White, 2011]. Bilangan Ma Keterangan Ma 0,3 Aliran incompressible, di mana pengaruh pada nilai density dapat diabaikan. 0,3 Ma 0,8 Aliran subsonic, di mana pengaruh pada nilai density penting tetapi tidak ada shock wave yang muncul.

Dokumen yang terkait

Investigasi parameter entrainment ratio steam ejector terhadap model circle dan square nozzle pada perubahan NXP menggunakan computational fluid dynamic.

0 1 177

Analisis eksperimental efek area ratio throat terhadap entrainment ratiosteam ejector refrigeration system.

2 7 131

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH DIAMETER NOZZLE TERHADAP UNJUK KERJA STEAM EJECTOR PADA SISTEM REFRIGERASI - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 2 17

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH DIAMETER NOZZLE TERHADAP UNJUK KERJA STEAM EJECTOR PADA SISTEM REFRIGERASI - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 5

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH DIAMETER NOZZLE TERHADAP UNJUK KERJA STEAM EJECTOR PADA SISTEM REFRIGERASI - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 29

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH DIAMETER NOZZLE TERHADAP UNJUK KERJA STEAM EJECTOR PADA SISTEM REFRIGERASI - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 21

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH DIAMETER NOZZLE TERHADAP UNJUK KERJA STEAM EJECTOR PADA SISTEM REFRIGERASI - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH DIAMETER NOZZLE TERHADAP UNJUK KERJA STEAM EJECTOR PADA SISTEM REFRIGERASI - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

ANALISA PENGARUH VARIASI SUDUT MIXING CHAMBER INLET TERHADAP ENTRAINMENT RATIO PADA STEAM EJECTOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD Bachtiar Setya Nugraha

0 0 9

CFD Analysis of Nozzle Exit Position Effect in Ejector Gas Removal System in Geothermal Power Plant

0 0 13