7
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini, maka terdapat beberapa tujuan penelitian yang ingin dicapai. Tujuan penelitian tersebut
antara lain: a.
Mengetahui pengaruh primary nozzle exit position NXP terhadap nilai entrainment ratio dengan menggunakan variasi primary pressure pada
setiap secondary temperature. b.
Mengetahui pengaruh primary nozzle exit position NXP terhadap nilai entrainment ratio dengan menggunakan variasi secondary temperature
pada setiap primary pressure. c.
Mengetahui pengaruh secondary temperature terhadap nilai expansion ratio dengan menggunakan variasi primary pressure pada setiap primary
nozzle exit position NXP. d.
Mengetahui pengaruh primary pressure terhadap nilai expansion ratio dengan menggunakan variasi secondary temperature pada setiap primary
nozzle exit position NXP. e.
Mengetahui pengaruh primary nozzle exit position NXP terhadap hubungan antara nilai expansion ratio dan nilai entrainment ratio pada
setiap secondary temperature. f.
Mengetahui pengaruh primary nozzle exit position NXP terhadap hubungan antara nilai expansion ratio dan nilai entrainment ratio pada
setiap primary pressure.
1.4. Batasan Masalah
Terdapat beberapa batasan permasalahan yang digunakan pada penelitian ini. Beberapa batasan permasalahan tersebut antara lain:
a. Penelitian dilakukan dengan menggunakan fluida kerja air.
b. Tidak diteliti kondisi fase uap panas pada primary fluid.
8
c. Eksperimen dilakukan dengan menggunakan variasi primary nozzle exit
position NXP +5 mm, 0 mm, dan -5 mm. d.
Eksperimen dilakukan dengan melakukan variasi primary pressure pada tekanan 1 bar, 2 bar, 3 bar, dan 4 bar.
e. Eksperimen dilakukan dengan melakukan variasi secondary temperature
pada temperatur 50 ˚C, 60 ˚C, 70 ˚C, dan 80 ˚C.
f. Tidak memperhitungkan nilai kerugian yang diakibatkan oleh belokan
pada pipa. g.
Tidak memperhitungkan nilai kerugian yang diakibatkan oleh gesekan pada dinding pipa.
1.5. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang diperoleh setelah melakukan penelitian ini antara lain:
a. Menambah ilmu dan wawasan tentang pemanfaatan waste heat yang
dapat digunakan untuk melakukan efisiensi energi sehingga dapat menjaga kelestarian lingkungan.
b. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang berbagai macam
fenomena aliran fluida dan mekanisme aliran fluida yang terjadi pada steam ejector.
c. Mengetahui performa kerja dari sistem steam ejector terhadap variasi
yang dilakukan pada primary pressure dan secondary temperature untuk setiap primary nozzle exit position NXP.
d. Dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian tentang
steam ejector selanjutnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II DASAR TEORI
2.1. Steam Ejector
Steam ejector pertama kali dikembangkan oleh Le Blance dan Charles Parsons pada tahun 1901. Pada awal tahun 1930, steam ejector menjadi lebih
dikenal sebagai alat yang digunakan untuk sistem pendinginan udara air conditioning system pada gedung-gedung bertingkat [Chunnanond dan
Aphornratana, 2004]. Saat ini steam ejector semakin banyak dikenal dalam dunia engineering yang banyak digunakan untuk berbagai macam kepentingan [Chandra
dan Ahmed, 2014]. Steam ejector bekerja dengan cara melakukan pencampuran dua fluida
dengan temperatur dan tekanan yang berbeda. Fluida dengan temperatur dan tekanan yang tinggi dari boiler dengan nama primary fluid akan melewati primary
nozzle. Primary fluid akan menghasilkan kecepatan aliran supersonic dengan tekanan yang sangat rendah saat keluar dari primary nozzle exit plane dan masuk
ke dalam area mixing chamber. Akibat tekanan primary fluid yang sangat rendah, fluida dari evaporator dengan nama secondary fluid dapat terhisap ke dalam area
mixing chamber. Aliran primary fluid akan membentuk converging duct di dalam mixing chamber. Di sepanjang wilayah converging duct, kecepatan aliran
secondary fluid yang terhisap ke dalam mixing chamber berubah menjadi kecepatan aliran sonic dan alirannya akan terhambat. Proses pencampuran antara
primary fluid dan secondary fluid akan terjadi setelah aliran pada secondary fluid terhambat di dalam mixing chamber. Pada bagian akhir area mixing chamber,
kedua aliran akan tercampur dengan sempurna dengan nilai dari static pressure cenderung konstan sampai pada bagian throat. Setelah melewati bagian throat dan
masuk pada bagian subsonic diffuser, kecepatan aliran di dalam ejector akan berkurang dengan sangat cepat dari kecepatan aliran supersonic menjadi
kecepatan aliran sonic [Sriveerakul et al., 2007]. Skematik kecepatan aliran dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
tekanan yang terjadi pada setiap bagian dari steam ejector dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Skematik kecepatan aliran dan tekanan pada setiap bagian steam ejector [Sriveerakul et al., 2007].
2.2. Tipe Steam Ejector