86
primary fluid yang melewati primary nozzle lebih tinggi daripada tekanan secondary fluid, sehingga secondary fluid tidak dapat terhisap sempurna ke dalam
area mixing chamber, melainkan primary fluid dapat mengalir ke dalam saluran evaporator [Sriveerakul et al., 2007].
4.6.1. Pengaruh Primary Nozzle Exit Position Terhadap Hubungan Antara
Nilai Expansion Ratio dan Nilai Entrainment Ratio Pada Primary Pressure 1 bar
0,0 2
4 6
8 -0,6
-0,4 -0,2
0,0 0,2
0,4
E n
tr ain
m en
t Rat io
Expansion Ratio
NXP -5 mm NXP 0 mm
NXP +5 mm
Gambar 4.15 Grafik pengaruh primary nozzle exit position terhadap hubungan antara nilai expansion ratio dan nilai entrainment ratio pada primary pressure 1
bar.
Gambar 4.15 menunjukkan bahwa nilai entrainment ratio semakin menurun seiring dengan meningkatnya nilai expansion ratio. Menurunnya nilai
entrainment ratio diakibatkan karena primary pressure yang terus meningkat, sehingga kecepatan aliran pada primary fluid semakin meningkat dan
mengakibatkan primary mass flow rate semakin meningkat [Ma et al., 2010]. Primary mass flow rate yang meningkat saat keluar dari primary nozzle
merupakan tanda bahwa tekanan pada primary fluid saat keluar dari primary nozzle masih tinggi, dimana tekanan primary fluid saat keluar dari primary nozzle
87
lebih tinggi daripada tekanan pada secondary fluid. Hal inilah yang mengakibatkan nilai entrainment ratio sangat rendah dan dapat terjadi back
pressure, dimana primary fluid yang mengalir masuk ke dalam area mixing chamber melalui primary nozzle mempunyai tekanan yang tinggi dan secondary
fluid mempunyai tekanan dan kecepatan aliran yang rendah. Kecepatan aliran yang rendah pada secondary fluid mengakibatkan secondary mass flow rate
sangat rendah, sehingga secondary fluid tidak dapat terhisap sempurna oleh primary fluid ke dalam area mixing chamber, melainkan primary fluid dapat
mengalir ke dalam saluran evaporator karena tekanan pada primary fluid saat melewati primary nozzle lebih besar daripada tekanan pada secondary fluid
[Sriveerakul et al., 2007]. Di sisi lain, primary pressure yang semakin meningkat akan mengkibatkan nilai expansion ratio semakin meningkat, dimana
perbandingan antara primary pressure lebih besar daripada seondary pressure [Chandra dan Ahmed, 2014]. Oleh karena itu, seiring dengan meningkatnya nilai
expansion ratio akan mengakibatkan nilai entrainment ratio semakin menurun. NXP +5 mm mempunyai hubungan antara nilai expansion ratio dan nilai
entrainment ratio paling optimal di antara NXP 0 mm dan NXP -5 mm dengan nilai entrainment ratio sebesar 0,2571, 0,2336, 0,2136, dan 0,2100 pada nilai
expansion ratio 2,1101, 3,2062, 5,1440, dan 8,9072. Sedangkan pada NXP 0 mm, back pressure terjadi pada untuk semua hubungan yang terjadi antara nilai
expansion ratio dan nilai entrainment ratio dengan nilai entrainment ratio sebesar -0,4430, -0,5307, -0,4049, dan -0,3652 pada nilai expansion ratio 2,1101, 3,2062,
5,1440, dan 8,0972.
4.6.2. Pengaruh Primary Nozzle Exit Position Terhadap Hubungan Antara