Aktivitas partai politik Partai politik

27 Bab 1 Budaya Politik di Indonesia 2 . 2 . 2 . 2 . 2 . P P P P Par ar ar ar ar tisipa si P tisipa si P tisipa si P tisipa si P tisipa si Politik olitik olitik olitik olitik Dalam sebuah masyarakat yang menganut sistem politik demokrasi, seperti halnya Indonesia, semestinya masyarakatnya turut aktif dalam partisipasi politik. Hal ini dikarenakan dalam sistem politik demokrasi, rakyatlah yang harus berdaulat. Maka, proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan-keputusan politik, lebih-lebih yang menyangkut hajat hidup orang banyak, rakyat harus ikut aktif terlibat di dalamnya. Partisipasi politik dapat diartikan adanya keikutsertaan warga negara dalam kehidupan negara dalam mewujudkan berbagai kebutuhan dan kepentingannya, walaupun sering terjadi benturan-benturan dengan kepentingan dan kebijaksanaan pemerintah. Kegiatan warga negara dalam partisipasi politiknya dapat memengaruhi proses pembuatan kebijakan umum dan pelaksanaannya, serta ikut menentukan kepemimpinan seseorang penguasa negara. Benturan-benturan antara keinginan anggota warga negara masyarakat dengan kekuasaan pemerintah, mencakup seluruh kepentingan, termasuk keinginan untuk berpartisipasi dalam masalah- masalah politik. Secara umum, wujud partisipasi politik masyarakat yang bersifat positif adalah turut aktif dalam pemilu, baik di tingkat daerahlokal maupun nasional. Pemilu di tingkat daerahlokal dapat diwujudkan melalui pemilihan umum kepala daerah Pemilukada. Adapun pemilu di tingkat nasional dapat diwujudkan melalui pemilihan kepala dan wakil kepala negara presiden dan wakil presiden. Sejalan dengan pemaparan di atas, menurut Prof. Dr. Miriam Budiardjo 1998: 183, bahwa partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang dalam partai politik. Partisipasi politik mencakup semua kegiatan suka rela seseorang untuk turut serta dalam proses pemilihan pemimpin-pemimpin politik dan turut serta secara langsung atau tidak langsung dalam pembentukan kebijaksanaan umum. Kegiatan- kegiatan yang termasuk dalam partisipasi politik antara lain sebagai berikut. a. Ikut memilih wakil rakyat melalui pemilihan umum, seperti hal-hal berikut. 1 Mengajukan beberapa alter- natif calon pemimpin. 2 Mendukung atau menentang calon pemimpin tertentu. 3 Mengajukan kritik dan koreksi atas pelaksanaan kebijakan umum. 4 Mengajukan tuntutan-tuntutan kepada penguasa pusat maupun daerah. Sumber: w w w .google.com Gambar 1.20 Ikut memilih wakil rakyat merupakan salah satu bentuk partisipasi politik. 28 Pendidikan Kewarganegaraan XI 5 Melaksanakan keputusan-keputusan pemerintah yang telah ditetapkan. 6 Membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pemerintah. b. Menjadi anggota aktif dalam partai politik, kelompok penekan pressure group , maupun kelompok kepentingan tertentu. c. Duduk dalam lembaga politik, seperti MPR, DPR, presiden, atau menteri. d. Mengadakan komunikasi dialog dengan wakil-wakil rakyat. e. Berkampanye atau menghadiri kelompok diskusi. Adapun Ramlan Surbakti dalam Arifin Rahmat, 1998: 128 menyebutkan bahwa partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau memengaruhi hidupnya. Ciri-ciri yang terdapat di dalamnya antara lain sebagai berikut. a. Berupa kegiatan atau perilaku luar individu warga negara biasa yang dapat diamati, bukan perilaku batiniah berupa sikap dan orientasi. b. Kegiatan itu diarahkan untuk memengaruhi pemerintah selaku pembuat dan pelaksana keputusan politik. c. Kegiatan yang berhasil efektif ataupun yang gagal memengaruhi pemerintah termasuk dalam konsep partisipasi politik. d. Kegiatan memengaruhi pemerintah dapat dilakukan secara langsung ataupun secara tidak langsung. Kegiatan langsung berarti individu memengaruhi pemerintah tanpa menggunakan perantara. Sedangkan kegiatan tidak langsung berarti individu memengaruhi pemerintah melalui pihak lain yang dianggap dapat meyakinkan pemerintah. e. Kegiatan memengaruhi peme- rintah dapat dilakukan, baik melalui prosedur wajar konvensional dan tidak berupa kekerasan nonviolence, seperti ikut memilih dalam pemilihan umum, mengajukan petisi, melakukan kontak tatap muka, dan menulis surat, maupun dengan kekerasan violence, seperti demonstrasi, pembang-kangan halus seperti lebih memilih kotak kosong daripada memilih calon yang disodorkan pemerintah, huru-hara, mogok, pembangkangan sipil, serangan bersenjata, dan gerakan-gerakan politik serta revolusi. Secara umum, partisipasi yang baik adalah partisipasi yang mendukung suksesnya usaha bersama. Kualifikasi atau sifat-sifat partisipasi yang baik adalah sebagai berikut. Sumber: w w w .yahoo.com Gambar 1.21 Demonstrasi merupakan salah satu cara untuk memengaruhi kebijakan pemerintah. 29 Bab 1 Budaya Politik di Indonesia

a. Positif

Partisipasi dikatakan bersifat positif apabila partisipasi itu mendukung kelancaran usaha bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sebaliknya partisipasi menjadi negatif apabila menjadi beban, menjadi penghalang atau memperlambat lajunya kegiatan atau usaha bersama. Contoh yang nyata adalah, seorang kader partai dikatakan berpartisipasi secara positif apabila ia menyumbangkan tenaga, materi, dan waktu untuk partainya pada masa Pemilu. Contoh lainnya adalah, masyarakat dapat terlibat secara langsung menjadi panitia pemilukada ataupun pemilu di lingkungan tempat tinggal mereka masing-masing.

b. Kreatif

Partisipasi dikatakan bersifat kreatif memiliki arti adanya keterlibatan yang berdaya cipta, tidak hanya mengikuti begitu saja suatu kegiatan yang direncanakan pihak lain, tidak hanya melaksanakan instruksi atasan, melainkan memikirkan sesuatu yang baru. Kreasi itu dapat berupa gagasan- gagasan baru, metode atau teknik baru, atau cara kerja baru yang lebih efektif dan lebih efisien yang menjadi faktor penting dalam suksesnya kegiatan bersama. Contohnya, seorang kader parpol dapat saja mengajukan usul yang orisinil kepada partainya mengenai cara berkampanye yang efektif dan tidak memakan biaya yang besar.

c. Kritis, korektif, dan konstruktif

Partisipasi dikatakan bersifat kritis, korektif, dan konstruktif berarti keterlibatan dilakukan dengan mengkaji suatu bentuk kegiatan, menunjukkan kekurangan atau kesalahan dan memberikan alternatif yang lebih baik. Dengan demikian, bukan saja proses usaha bersama akan lebih lancar, tetapi juga dapat mencegah dampak negatif yang akan muncul. Sifat partisipasi seperti ini sangat bermanfaat untuk menjaga agar perencanaan dan pelaksanaan suatu usaha bersama benar-benar berlangsung baik dan mencapai sasaran. Contohnya, LSM-LSM yang ada di Indonesia benar-benar mengawasi jalannya pemerintahan, sehingga dapat memberi saran dan kritik apabila terjadi ketidakberesan dalam program-program yang dijalankan pemerintah.

d. Realistis

Partisipasi dikatakan bersifat realistis berarti adanya keikutsertaan dengan mempertimbangkan kenyataan, baik kenyataan dalam masyarakat maupun kenyataan mengenai kemampuan pelaksanaan suatu kegiatan, waktu yang tersedia, kesempatan, dan keterampilan para pelaksana. Contohnya, masyarakat dapat saja mengusulkan pergantian suatu pejabat karena menganggap pejabat tersebut tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. 30 Pendidikan Kewarganegaraan XI 3 . 3 . 3 . 3 . 3 . De De De De De ba ba ba ba bat P t P t P t P t Politik olitik olitik olitik olitik Debat politik merupakan proses pendewasaan politik masyarakat melalui tukar pikiran yang mengandung makna sebagai berikut. a. Makna politis, bahwa debat politik harus dapat menjadi wahana pendidikan politik masyarakat yang menga- jarkan dan membentuk sikap serta perilaku politik masyara- kat semakin rasional, mau menerima perbedaan, dan berpartisipasi atas dasar kesadaran bersama untuk membangun bangsa dan negara. b. Makna sosiologis, bahwa debat politik harus mampu mewujudkan kehidupan masyarakat yang semakin sadar akan hak dan kewajibannya, tanggung jawab moral, tertib sosial serta membentuk perilaku politik yang santun, kooperatif, saling menghormati dan tidak anarkis merusak. Pelaksanaan debat politik di masyarakat harus memerhatikan rambu-rambu “etis” dan “normatif”. Etis atau etika, merupakan tata laku dalam berpolitik yang harus memperhatikan nilai-nilai budaya, adat, dan moral yang hidup dan dipertahankan oleh masyarakat, sedangkan normatif adalah tata laku dalam berpolitik yang didasarkan pada aturan-aturan baku yang dibuat oleh pemerintah untuk kepentingan bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bila etika dan normatif dijadikan pedoman dalam pelaksanaan debat politik di dalam masyarakat, hal ini akan menjadi cermin bagi pendidikan politik masyarakat dalam berpolitik yang selalu mengedepankan struktur dan aturan. Dasar hukum pelaksanaan debat politik di masyarakat adalah sebagai berikut.

a. UUD RI Tahun 1945 Perubahan IV

1 Pasal 28 yang menyebutkan, “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. 2 Pasal 28E Ayat 3 yang menyebutkan, “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”.

b. UU Nomor 9 Tahun 1998

Pasal 2 UU Nomor 9 Tahun 1998 adalah undang-undang tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum, yang menyebutkan “Setiap warga negara, secara perorangan atau kelompok, bebas menyampaikan pendapat sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab berdemokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara”. Sumber: www .google.com Gambar 1.22 Debat politik merupakan proses pendewasaan politik masyarakat.

Dokumen yang terkait

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Analisis keterampilan proses sains siswa kelas XI pada pembelajaran titrasi asam basa menggunakan metode problem solving

21 184 159

Upaya guru PAI dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat

48 349 84

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Sistem Informasi Penjualan Buku Secara Online Pada Toko Buku Bungsu Bandung

4 96 1

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN PEMANFAATAN SARANA BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN SISWA KELAS XI AKUNTANSI SMK WIYATA KARYA NATAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

10 119 78

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82