141 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti |
1 Pratyakṣa : pengamatan langsung 2 Anumāna : dengan penyimpilan
3 Upamāṇa : mengadakan perbandingan 4 Śabda
: kesaksian kitab suci atau orang bijak 5 Arthāpatti : penyimpulan dari keadaan
Dan oleh Kumārila ditambahkan dengan: 6 An-upalabdhi: pengamatan ketidakadaan.
Empat cara pengamatan di atas hampir sama dengan cara pengamatan dari Nyāya, hanya pada pengamatan upamāṇa ada sedikit tambahan, di mana perbandingan yang
dipergunakan di sini tidak sepenuhnya sama dengan contoh yang telah diketahui. Pengamatan Arthāpatti adalah pengamatan dengan penyimpulan dari keadaan.
Pengamatan An-upalabdhi, yaitu pengamatan ketidakadaan objek, jadi suatu cara pembuktian bahwa objek yang dimaksudkan itu benar-benar tidak ada.
6. Vedānta Darśana a. Pendiri dan Sumber Ajarannya
Filsafat ini sangatlah kuno yang berasal dari kumpulan literatur bangsa Arya yang dikenal dengan nama Veda. Vedānta ini merupakan bunga diantara semua spekulasi,
pengalaman dan analisis yang terbentuk dalam demikian banyak literatur yang dikumpulkan dan dipilih selama berabad-abad. Filsafat Vedānta ini memiliki kekhususan.
Yang pertama, ia sama sekali impersonal, ia bukan dari seseorang atau Nabi. Istilah Vedānta berasal dari kata Veda-anta, artinya bagian terakhir dari Veda atau inti
sari atau akhir dari Veda, yaitu ajaran-ajaran yang terkandung dalam kitab Upaniṣad. Kitab Upaniṣad juga disebut dengan Vedānta, karena kitab-kitab ini merupakan jñana
kāṇda yang mewujudkan bagian akhir dari Veda setelah Mantra, Brāhmaṇa dan Āraṇyaka yang bersifat mengumpulkan. Di samping itu ada tiga faktor yang menyebabkan Upaniṣad
disebut dengan Vedānta yaitu:
Sumber:www.hindupedia.com
Gambar 4.7 Rsi Vyāsa
a Upaniṣad adalah hasil karya terakhir dari zaman Veda. b Pada zaman Veda program pelajaran yang disampaikan oleh para Rsi kepada
sisyanya, Upaniṣad juga merupakan pelajaran yang terakhir. Para Brāhmacari pada mulanya
diberikan pelajaran shamhita yakni koleksi syair-syair dari zaman Veda. Kemudian
dilanjutkan dengan pelajaran Brāhmaṇa yakni tata cara untuk melaksanakan upacara
keagamaan, dan terakhir barulah sampai pada filsafat dar Upaniṣad.
c Upaniṣad adalah merupakan kumpulan syair- syair yang terakhir dari pada zaman Veda.
Jadi pengertian Vedānta erat sekali hubungannya dengan Upaniṣad hanya saja
kitab-kitab Upaniṣad tidak memuat uraian-
142 |
Kelas X SMASMK
uraian yang sistimatis. Usaha pertama untuk menyusun ajaran Upaniṣad secara sistimatis diusahakan oleh Śṛi VyāṢaḍeva, kira-kira 400 SM. Hasil karyanya
disebut dengan Vedānta-Sūtra atau Brahma- Sūtra yang menjelaskan ajaran-ajaran Brahman. Brahma- Sūtra juga dikenal dengan Śarīraka Sūtra, karena ia mengandung
pengejawantahan dari Nirguṇa Brahman Tertinggi dan juga merupakan salah satu dari tiga buah buku yang berwewenang tentang Hinduisme, yaitu Prasthāna
Traya, sedang dua buku lainnya adalah Upaniṣad dan Bhagavad Gītā. Śṛi Vyāsa telah mensistematisir prinsip-prinsip dari Vedānta dan menghilangkan kontradiksi-
kontradiksi yang nyata dalam ajaran-ajaran tersebut.
b. Sifat Ajarannya
Sistem filsafat Vedānta juga disebut Uttara Mīmāmsā kata ‘Vedānta’ berarti akhir dari Veda. Sumber ajarannya adalah kitab Upaniṣad. Oleh karena kitab Vedānta
bersumber pada kitab-kitab Upaniṣad, Brahma Sūtra dan Bhagavad Gītā, maka sifat ajarannya adalah absolutisme dan teisme. Absolutisme maksudnya adalah aliran
yang meyakini bahwa Tuhan yang Maha Esa adalah mutlak dan tidak berpribadi impersonal God,sedangkan teisme mengajarkan Tuhan yang berpribadi personal
God. Uttara-Mīmāmsā atau filsafa Vedānta dari Bādarāyaṇa atau Vyāsa ditempatkan
sebagai terakhir dari enam filsafat orthodox, tetapi sesungguhnya ia menempati urutan pertama dalam kepustakaan Hindu.
c. Pokok- Pokok Ajaran Vedānta
Vedānta mengajarkan bahwa nirvāna dapat dicapai dalam kehidupan sekarang ini, tak perlu menunggu setelah mati untuk mencapainya. Nirvāna adalah kesadaran
terhadap diri sejati. Dan sekali mengetahui hal itu, walau sekejap, maka seseorang tak akan pernah lagi dapat diberdaya oleh kabut individualitas. Terdapat dua tahap
pembedaan dalam kehidupan, yaitu yang pertama, bahwa orang yang mengetahui diri sejatinya tak akan dipengaruhi oleh hal apapun. Yang kedua bahwa hanya dia
sendirilah yang dapat melakukan kebaikan pada dunia Seperti yang telah disebutkan tadi bahwa filsafat Vedānta bersumber dari Upaniṣad.
Brahma Sūtra atau Vedānta Sūtra dan Bhagavad Gītā. Brahma Sūtra mengandung 556 buah Sūtra, yang dikelompokkan atas 4 bab, yaitu Samanvaya, Avirodha, Sādhāna, dan
Phala. Pada Bab I, pernyataan tentang sifat Brahman dan hubungannya dengan alam semesta serta roh pribadi. Pada Bab II, teori-teori Sāṁkya, Yoga, Vaiśeṣika dan sebagainya
yang merupakan saingannya dikritik, dan jawaban yang sesuai diberikan terhadap lontaran pandangan ini. Pada Bab III, dibicarakan tentang pencapaian Brahmavidyā.
Pada Bab IV, terdapat uraian tentang buah hasil dari pencapaian Brahmavidyā dan juga uraian tentang bagaimana roh pribadi mencapai Brahman melalui Devayana. Setiap
bab memiliki 4 bagian Pāda. Sūtra-sūtra pada masing-masing bagian membentuk Adikaraṇa atau topik-topik pembicaraan. Lima Sūtra pertama sangat penting untuk
diketahui karena berisi intisari ajaran Brahma Sūtra, yaitu: 1 Sūtra pertama berbunyi : Athāto Brahmajijñāsā – oleh karena itu sekarang, penyelidikan
ke dalam Brahman. Aphorisma pertama menyatakan objek dari keseluruhan sistem dalam satu kata, yaitu Brahma-jijñāsā yaitu keinginan untuk mengetahui Brahman.