Pokok-Pokok Ajarannya Yoga Darśana a. Pendiri dan Sumber Ajarannya

135 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti | Sāṁkhya merupakan satu sistem metafisika, sedangkan Yoga merupakan satu sistem disiplin praktis. Yang pertama menekankan pada penyelidikan dan penalaran, sedang yang kedua menekankan pada konsentrasi dari daya kehendak. Roh pribadi dalam Yoga memiliki kemerdekaan yang lebih besar. Ia dapat mencapai pembebasan dengan bantuan Tuhan. Sāṁkhya menetapkan bahwa pengetahuan adalah cara untuk pembebasan. Yoga menganggap bahwa konsentrasi, meditasi, dan Samādhi akan membawa kepada Kaivalya atau kemerdekaan. Sistem Yoga menganggap bahwa proses Yoga terkandung dalam kesan-kesan dari keanekaragaman fungsi mental dan konsentrasi dari energi mental pada Puruṣa yang mencerahi dirinya. Rāja Yoga dikenal dengan nama Aṣṭāṅga-Yoga atau Yoga dengan delapan anggota, yaitu: 1 Yama, larangan, 2 Niyama ketaatan, 3 Āsana sikap badan, 4 Prāṇāyāma pengendalian nafas, 5 Pratyāhāra penarikan indriya, 6 Dhāraṇa konsentrasi, 7 Dhyāna meditasi, dan 8 Samādhi keadaan supra Ṣaḍar. Kelima yang pertama membentuk anggota luar Bahir-aṅga dari Yoga, sedangkan ketiga yang terakhir membentuk anggota dalam Antar-aṅga dari Yoga.

c. Penjelasan Rāja Yoga atau Aṣṭāṅga-Yoga

1 Yama dan Niyama Pelaksanaan Yama dan Niyama membentuk disiplin etika, yang mempersiapkan siswa-siswa Yoga untuk melaksanakan Yoga yang sesungguhnya. Siswa Yoga hendaknya melaksanakan tanpa kekerasan, kejujuran, pengendalian nafsu, tidak mencuri dan tidak menerima pemberian yang mengantar pada kehidupan mewah; dan melaksanakan kemurnian, kepuasan, kesederhanaan mempelajari kesucian dan berserah diri kepada Tuhan. Siswa Yoga hendaknya melaksanakan: a Ahiṁsā atau tanpa kekerasan, yaitu jangan melukai makhluk lain baik dalam pikiran atau pun perkataan. Perlakukanlah pihak lain seperti engkau ingin memperlakukan diri sendiri. b Satya atau kebenaran dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan c Asteya atau pantang mencuri atau menginginkan milik orang lain d Bramacarya atau pembujangan dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan e Aparigraha atau pantang kemewahan yang melebihi apa yang diperlukan Kelima pantangan ini merupakan sesuatu yang bersifat universal mahāvrata atau sumpah luar biasa yang harus dipatuhi,tanpa alasan pengelakan berdasarkan Jati kedudukan pribadi, Deśa tempat kediaman, Kāla usia dan waktu dan Samāyā keadaan. Ia harus dilaksanakan oleh semua orang, tak ada pengecualian terhadap prisip-prinsip ini. Bahkan untuk membela diri melakukan pembunuhan tak dibenarkan bagi seseorang yang sedang melaksanakan sumpah tanpa kekerasan ini. Ia hendaknya tidak membunuh musuhnya sekalipun, apabila ia melaksanakan Yoga secara ketat. 136 | Kelas X SMASMK Selanjutnya perincian Patañjali terhadap Niyama adalah : a Śauca kebersihan lahir batin dan menganjurkan kebajikan b Saṅtoṣa kepuasan untuk memantapkan mental c Tapa berpantang atau pengetatan diri d Svādhyāya mempelajari naskah-naskah suci e Īśvarapraṇidhāna penyeraha diri kepada Tuhan 2 Āsana, Prāṇāyāma dan Pratyāhara Āsana merupakan sikap badan yang mantap dan nyaman. Āsana atau sikap badan merupakan bantuan secara fisik untuk konsentrasi. Bila seseorang memperoleh penguasaan atas āsana, ia bebas dari gangguan pasangan-pasangan yang berlawanan. Prāṅāyāma atau pengaturan napas memberikan ketenangan dan kemantapan pikiran serta kesehatan yang baik. Pratyāhara adalah pemusatan pikiran, yaitu penarikan indra-indra dari objek-objeknya. Yama, Niyama, Āsana. prāṇāyāma, dan Pratyāhara merupakan tambahan bagi Yoga. 3 Dhāraṇa, Dhyāna, dan Samādhi Dhāraṇa, Dhyāna, dan Samādhi merupakan 3 tahapan berturut-turut dari proses yang sama dari konsentrasi mental dan karena itu merupakan bagian dari keseluruhan organ. Dhāraṇa adalah usaha untuk memusatkan pikiran secara mantap pada suatu objek. Dhyāna merupakan pemusatan yang terus menerus tanpa henti dari pikiran terhadap objek. Samādhi adalah pemusatan pikiran terhadap objek dengan intensitas konsentrasi demikian rupa sehingga menjadi objek itu sendiri. Pikiran sepenuhnya bergabung dalam penyamaan dengan objek yang dimeditasikan. Saṁyama atau konsentrasi, meditasi dan samādhi merupakan hal yang sama dan satu yang memberikan suatu pengetahuan dari objek supra alami. Siddhi merupakan hasil sampingan dari konsentrasi yang sesungguhnya merupakan halangan terhadap pelaksanaan samādhi atau kebebasan, yang merupakan tujuan dari disiplin Yoga 4 Yoga Samādhi dan Ciri-cirinya Dhyāna atau meditasi memuncak dalam samādhi. Objek meditasi adalah Samādhi. Samādhi merupakan tujuan dari disiplin Yoga. Badan dan pikiran menjadi mati sementara sedemikian rupa terhadap semua kesan-kesan luar. Hubungan dengan dunia luar lepas. Dalam samādhi, Yoga memasuki ketenangan tertinggi yang tak tersentuh oleh suara-suara yang tak henti-hentinya dari dunia luar. Pikiran kehilangan fungsinya. Indriya-indriya terserap ke dalam pikiran. Bila semua perubahan pikiran terkendalikan si pengamat yaitu Puruṣa, terhenti dalam dirinya sendiri. Patañjali mengatakan hal ini dalam Yoga Sūtra-nya sebagai Svarūpa Awasthānam kedudukan dalam diri seseorang yang sesungguhnya. Ada jenis atau tingkatan konsentrasi atau samādhi, yaitu Saṁprajñata atau Ṣaḍar dan Asaṁprajñata atau supra Ṣaḍar. Pada saṁprajñata samādhi, ada objek konsentrasi yang pasti, di situ pikiran tetap Ṣaḍar akan objek tersebut. Savitarka dengan pertimbangan, nirvitarka tanpa pertimbangan, savicāra dengan renungan, Nirvicāra tanpa renungan, Sānanda dengan kegembiraan dan Sāsmita dengan arti kepribadian adalah bentuk-bentuk dari Saṁprajñata samādhi. Dalam Saṁprajñata