Sistem Filsafat Hindu Kelas 10 SMA Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Siswa
114 |
Kelas X SMASMK
Dari aspek historis, ilmu-ilmu terapan sebenarnya jauh lebih tua dibandingkan dengn ilmu-ilmu apriori dan aposteriori. Penerapan tertua misalnya, seleksi antara
tumbuhan dan hewan yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai obat herbal, atau yang mengandung racun, pertukaran musim yang dapat dimanfaatkan
bagi kebutuhan pertanian, dll. Namun yang menjadikan suatu pengetahuan sebagai ilmiah bukannya pengetahuan itu dapat diterapkan, melainkan karena sifatnya
sebagai hasil pemahaman secara teoritis. Pada abad 15 ilmu pengetahuan semakin matang. Penggabungan pola pikir apriori dan aposteriori menjadi metode ilmiah,
dan disitulah asal mula zaman Renaisans dan Humanisme. Manusia dilihat sebagai pribadi individual dan yang berkuasa baik dari aspek kesenian, politik, filsafat,
agama, gerakan-gerakan anti agama, teknik, dll.
Memahami Teks
Istilah Nawadarśana sebenarnya adalah penggabungan Ṣaḍ Darśana dengan filsafat Nāstika yaitu aliran filsafat yang tidak mengakui otoritas Veda sehingga
disebut filsafat heterodox. Ada tiga aliran besar dalam Nāstika, sebagai berikut: 1 Aliran filsafat materi listis dari Cārvāka
Cārvāka tidak pernah percaya kepada surga, neraka, dan terhadap Tuhan yang menciptakan alam semesta, karena itu aliran ini bersifat atheis. Cārvāka
menitikberatkan untuk mencari kesenangan duniawi saja. Ada dua jenis pengikut Cārvāka, yaitu Dhūrta licik dan tidak terpelajar dan Suśikṣita terpelajar. Salah
satu pengikut Suśikṣita yang terkenal adalah Vātsyāna yang terkenal dengan bukunya Kāmasūtra.
2 Aliran filsafat Jaina Aliran Jaina artinya memperoleh kemenangan dalam menghadapi tantangan
duniawi. Pendiri aliran ini adalah Mahāvīra yang nama aslinya Vardhamāna. Aliran filsafatini bersifat atheis yang percaya seseorang dapat mencapai kebebasan
rohani seperti guru mereka. Ada dua golongan Jaina, yaitu Digambara golongan yang sangat fanatik dan bahkan telanjang bulat dan Śvetāmbara golongan yang
lebih moderat, menggunakan pakaian serba putih. Bisa dikatakan filsafat Jaina bersifat pragmatis realistis.
3 Aliran filsafat Buddha Filsafat Buddha didirikan oleh pengikut Sang Buddha, Siddhārtha Gautama
dan dinasti Sakya. Ajaran filsafat Buddha meliputi Catur Ārya Satyani empat kebenaran mulia, Pratitya Samut Pada dua belas hal yang menyebabkan
penderitaan dan Aṣṭa Mārga delapan jalan yang benar Enam filsafat Hindu yang dikenal dengan Ṣaḍ Darśana adalah enam sistem filsafat
orthodox yang merupakan enam cara mencari kebenaran, yaitu Nyāyā, Sāṁkya, Yoga, Vaisiseka, Mīmāmsā dan Vedānta. Di samping enam Darśana pokok awal yang
termasuk zaman Sūtra- sūtra juga terdapat beberapa Darśana yang termasuk zaman
115 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti |
skolastik, yaitu Dvaita, Viśiṣtādvaita dan Advaita. Kesemua sistem filsafat tersebut mendasarkan ajarannya kepada Veda baik secara langsung maupun tidak langsung,
sehingga disebut juga sebagai Astika.
Gambar 1 Diagram Filsafat Hindu
FILSAFAT TATTVA HINDU ASTIKA
NASTIKA Langsung
Tidak Langsung Carvaka
Jaina Sāṁkhya
Yoga Nyāya
Vaiśeṣika Mīmāmsā
Advaita Vedānta
Vasitvadvaita Dvaita
Buddha
Enam aliran filsafat sebagaimana dalam peta di atas, secara langsung berasal dari kitab-kitab Veda sehingga merupakan enam buah jalan berbeda menuju sebuah kota
di mana untuk mencapai kota tersebut dapat ditempuh dengan melewati salah satu jalan tersebut. Demikian pula dengan keenam aliran pemikiran yang merupakan
metode atau cara pendekatan yang berbeda-beda menuju Tuhan untuk menyesuaikan dengan temperamen, kemampuan, dan kualitas mental orang yang berbeda-beda
pula, tetapi kesemuanya itu memiliki satu tujuan, yaitu menghilangkan ketidaktahuan dan pengaruh-pengaruhnya berupa penderitaan dan duka cita, serta pencapaian
kebebasan, kesempurnaan, kekekalan dan kebahagiaan abadi dengan penyatuan dari jiwa pribadi Jīvātman dengan Jīvā Tertinggi Paramātman.
Enam aliran filsafat tersebut dibagi lagi menjadi 5 kelompok yang saling berpasangan dan saling menunjang, yaitu Nyāya dengan Vaiśeṣika, Sāṁkhya dengan
Yoga, Mīmāmsā dengan Vedānta. 1. Nyāya Darśana diajarkan oleh Rṣi Gautaman.
2. Vaiśeṣika Darśana diajarkan oleh Rṣi Kaṇāda. 3. Sāṁkhya Darśana diajarkan oleh Kapila Muni.
4. Yoga Darśana diajarkan oleh Mahārṣi Patañjali berdasarkan ajaran dari guru beliau yang bernama Gauḍāpa dan menyusun Yoga Sūtra yang merupakan acuan
tentang Rāja Yoga. 5. Mīmāmsā Darśana diajarkan oleh Jaimini yang merupakan murid dari Vyāsa
berdasarkan pada bagian ritual kitab Veda. 6. Vedānta atau Brāhma-Sūtra diajarkan oleh Mahārṣi Bādarāyana atau Vyāsa.
116 |
Kelas X SMASMK
Nyāya dengan Vaiśeṣika akan memberikan suatu analisis tentang dunia empiris dunia pengalaman, yang mengatur segala benda-benda dunia ke dalam jenis-jenis
atau katagori tertentu Padārtha. Ia menjelaskan bagaimana Tuhan telah membuat semua dunia material yang berasal dari atom-atom dan molekul, serta menunjukkan
cara untuk mencapai pengetahuan tentang Tuhan. Sāṁkhya Darśana akan memberikan pengetahuan yang dalam tentang psikologi
Hindu, karena Kapila Muni merupakan Bapak Psikologi. Yoga berurusan dengan masalah pengendalian Vṛtti atau gejolak pemikiran dengan meditasi. Sistem Yoga
menunjukkan cara mendisiplinkan pikiran dan indra-indra dan membantu untuk mengusahakan konsentrasi serta memusatkan pikiran dan memasuki Nirvikalpa
Samādhi atau keadaan supra saḍar transenden. Pūrva Mīmāmsā berurusan dengan masalah Karma-Kāṇḍa. Uttara-Mīmāmsā juga dikenal sebagai Vedānta Darśana,
yang merupakan dasar dari Hinduisme. Filsafat Vedānta menjelaskan secara rinci sifat dari Brahman atau Keberadaan
Abadi dan menunjukkan bahwa pada intinya jiwa pribadi identik dengan Sang Diri Tertinggi. Ia juga memberikan cara untuk melepas Avidyā atau tirai kebodohan untuk
menggabungkan diri dalam samudra kebahagiaan atau Brahman. Nyāya menyebut ketidaktahuan atau kebodohan itu dengan Mithya Jñāna, atau pengetahuan palsu,
Sāṁkhya menyebut dengan Aviveka, yaitu tiada perbedaan antara yang nyata dengan yang tidak nyata, sedangkan Vedānta menamakannya Avidyā, atau kebodohan. Masing-
masing filsafat mengarahkan pembinasaan kebodohan tersebut dengan pengetahuan atau Jñāna, sehingga seseorang dapat mencapai kebahagiaan abadi atau kekekalan.
Dengan mempelajari Nyāya atau Vaiśeṣika, seseorang belajar mengguṇakan kecerdasannya untuk menemukan kekeliruan dan untuk mengetahui susunan
material dari alam semesta ini. Dengan mempelajari filsafat Sāṁkhya seseorang dapat memahami penyebab evolusi dan dengan mempelajari dan melaksanakan
Yoga, seseorang mendapatkan cara pengendalian diri dan memperoleh penguasaan terhadap pikiran dan indra. Dengan melaksanakan ajaran Vedānta seseorang
mencapai anak tangga tertinggi dari tangga spiritual, bersatu dengan Keberadaan Tertinggi, dengan menghancurkan kebodohan Avidyā.
Vedānta merupakan sistem filsafat yang dikembangkan dari kitab-kitab Upaniṣad dan telah mendesak sistem filsafat lainnya. Sistem filsafat Mīmāmsā lebih
menekankan masalah ritual atau Karma-Kāṇḍa, yang menurut filsafat ini merupakan keseluruhan dari Veda sedangkan Upāsana pemujaan dan Jñāna pengetahuan
hanyalah merupakan tambahan terhadap Karma. Pandangan ini disangkal oleh aliran filsafat Vedānta yang menyatakan bahwa realisasi diri Jñāna adalah yang
terpenting, sedangkan ritual dan pemujaan merupakan tambahan saja. Karma akan membawa seseorang ke surga, yang merupakan tempat sementara dari pahala
kenikmatan duniawi.
117 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti |