Wanaprastha Bagian-bagian Catur Asrama dan Kewajibannya

168 | Kelas X SMASMK Kalau kita memperhatikan istilah Wanaprastha berarti hidup mengasingkan diri ke hutan, tetapi zaman sekarang, menjalani masa hidup Wanaprastha itu tidak usah pergi ke hutan. Lebih baik ketenangan itu kita cari pada diri masing-masing. Berbuat baik untuk kepentingan masyarakat, nusa dan bangsa, dengan menegakkan ajaran Ahimsa tanpa kekerasan ajaran agama lainnya. Adapun manfaat menjalankan hidup Wanaprastha adalah: a Untuk mencapai ketenangan rohani. b Memanfaatkan sisa-sisa kehidupan di dunia ini untuk mengabdi dan berbuat amal kebajikan kepada masyarakat umum. c Melepaskan segala keterikatan terhadap duniawi. Masa mulai Menempuh Hidup Wanaprastha Masa yang baik untuk mulai menempuh hidup sebagai seorang Wanaprastha adalah setelah berusia kurang lebih 60 tahun ke atas. Karena pada usia seperti itu, anak-anaknya sudah dapat hidup mandiri. Bagi seorang pegawai negeri ia sudah pensiun sehingga ia sudah lepas dan bebas dari tugas dinasnya. Ia dapat menikmati sisa usianya yang sudah senja untuk ketenangan batinnya, agar dapat berpegang pada ucapan-ucapan yang baik, terutama mempelajari persiapan- persiapan untuk lepasnya Atma dari tubuh kita yaitu mati. Mati adalah pasti karena tidak dapat dihindari, hanya waktunya kita tidak tahu karena itu merupakan kuasa Tuhan. Maka menempuh hidup Wanaprastha bagi setiap orang tidak sama usianya, karena tingkat sosial ekonomis tiap-tiap orang adalah berbeda.

4. BhiksukaSanyasin

Sumber:http:www.indianetzone.com Gambar 5.5 Seorang Brahmin Bhiksuka juga sering disebut Sanyasin. Kata Bhiksuka berasal dari kata Bhiksu, sebutan untuk pendeta Buddha. Bhiksu artinya meminta-minta. Bhiksuka ialah tingkat kehidupan yang lepas dari ikatan keduniawian dan hanya mengabdikan diri kepada Hyang Widhi dengan jalan menyebarkan ajaran-ajaran kesusilaan. Dalam pengertian sebagai peminta-minta dimaksudkan ia tidak boleh mempunyai apa-apa dalam pengabdiannya pada Hyang Widhi dan untuk makannya pun ditanggung oleh murid- murid pengikutnya ataupun umatnya sendiri. Dalam pengertian sebagai Sanyasin dimaksudkan meninggalkan keduniawiaan dan hanya mengabdi kepada Hyang Widhi dengan memperluas ajaran-ajaran kesucian. Bagi orang yang telah menjalankan hidup Bhiksuka, akan mencerminkan suatu sifat dan tingkah laku yang baik serta bijaksana. Seorang Bhiksuka akan selalu memancarkan sifat-sifat yang menyebabkan orang lain menjadi bahagia. 169 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti | Dia akan tetap menyebarkan angin kesejukan, angin kebenaran, tidak mudah diombang-ambing oleh gelombang kehi dupan duniawi. Dia telah mampu menundukkan musuh-musuh yang ada dalam dirinya, seperti Sad Ripu, Sapta Timira, Sad Atatayi, dan Tri Mala. Sad Ripu Sad Ripu adalah enam macam musuh yang ada dalam setiap diri manusia. Musuh- musuh ini perlu dikendalikan dari diri kita, sehingga dapat menerapkan kehidupan Bhiksuka dengan baik. Adapun keenam musuh tersebut sebagai berikut: a. Kama artinya hawa nafsu b. Lobha artinya lobatamak. c. Krodha artinya kemarahan d. Moha artinya kebingungan e. Mada artinya kemabukan f. Matsarya artinya iri hati. Kesemuanya ini merupakan musuh dari setiap orang, namun ukuran pengaruhnya berbeda-beda pada masing-masing orang. Oleh karena Sad Ripu ini merupakan musuh, maka patutlah ia ditaklukan agar dapat dikuasai setiap gerak dari pengaruhnya. Dengan demikian ia tidak dapat mengganggu kehidupan manusia. Untuk lebih jelasnya marilah kita uraikan satu persatu. a. Kama Kama berarti hawa nafsu, hal ini ada pada setiap orang dengan menjadi musuh dari setiap orang, selama belum dapat dikuasainya. Kalau nafsu ini dapat dikuasai dan ditundukkan, ia akan menjadi teman akrab. Bagi orang yang telah dapat mengatasi pengaruh kama itu, adalah orang yang telah lulus dalam liku-likunya hidup. Beberapa kali kehidupan dilaluinya dan setiap pengaruh kama ditelitinya, sehingga dengan kewaspadaan yang tinggi serta dengan usaha yang keras dan akhirnya kama dapat dikendalikan. Dalam Arjuna Wiwaha ada dikatakan: Caket eling aning ambek tan wyar tan dadi kapetut. Terjemahan: Karena usaha dari pikiran yang keras, apa saja pasti akan didapatkan. Kebebasan terhadap kama ini adalah merupakan suatu ajaran Dharma demi untuk mencapai kebahagiaan dan kebebasan, karenanya usahakanlah mengendalikannya. b. Lobha Lobha atau tamak menyebabkan orang tidak pernah merasa puas akan sesuatu. Orang yang loba akan selalu ingin memiliki sesuatu yang lebih daripada apa yang telah dimiliki. Dengan demikian ia akan berpikir dan bekerja keras. Akibatnya orang yang demikian itu akan gusar, gelisah resah, karena didorong oleh kelobaannya. Dia tidak akan pernah merasa tenteram dan tenang, sedangkan ketenangan menjadi idaman bagi setiap orang. Oleh karena itu sifat loba itu adalah musuh bagi setiap orang.