Pokok-Pokok Ajaran Vaiśeṣika Darśana a. Pendiri dan Sumber Ajarannya
123 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti |
tersebut di atas riil, tetap, dan kekal. Namun hanya udara, waktu, akasa bersifat tak terbatas. Kombinasi dari sembilan itulah membentuk alam semesta beserta isinya
menjadikan hukum-hukumnya yang berlaku terhadap semua yang ada di alam ini baik bersifat fisik maupun yang bersifat rohaniah
Adapun yang termasuk substansi badani fisi adalah bumi, air, api, udara, ruang, waktu, dan akasa. Sedang yang tergolong substansi rohaniah terdiri atas akal manas
pikiran, diri atmanjiwa. Kedua substansi rohaniah ini bersifat kekal dan pada setiap makhluk manusia hanya terdapat satu jiwa dan satu manas.
Demikianlah pribadi diriatma itu bersifat individu dan menjadi sumber kesadaran setiap makhluk yang senantiasa berhubungan dengan kegiatan badani atau
fisik. Setiap pribadi atma memiliki manas tersendiri yang dipakai sebagai alat untuk mengenal dan mengalami segala sesuatu melalui alat fisik termasuk juga dipakai
sebagai alat untuk mencapai kebebasan. Namun dilain pihak manas juga diakui dapat menyebabkan kelahiran kembali. Oleh karena setiap makhluk manusia dijiwai oleh
pribadi jiwaatma. Maka pandangan Vaiśeṣika terhadap jiwa adalah riil dan pluralis, yaitu jiwa itu benar-benar ada dan tak terbatas jumlahnya.
2 Kualitas guṇa Guṇa ialah keadaan atau sifat dari suatu substansi. Guṇa sesungguhnya nyata
dan terpisah dari benda substansi namun tidak dapat dipisahkan secara mutlak dari substansi yang diberi sifat. Guṇa atau sifat-sifat atau ciri-ciri dari substansi
yang jumlahnya ada 24, yaitu 1 warna Rūpa; 2 rasa rasa; 3 bau gandha; 4 sentuhanraba sparśa; 5 jumlah Sāṁkhya; 6 ukuran parimāṇa; 7
keanekaragaman pṛthaktva; 8 persekutuan saṁyoga; 9 keterpisahan vibhāga; 10 keterpencilan paratva; 11 kedekatan aparatva; 12 bobot gurutva; 13
kecairankeenceran dravatva; 14 kekentalan sneha; 15 suara śabda; 16 pemahamanpengetahuan buddhijñāna; 17 kesenangan sukha; 18 penderitaan
dukḥa; 19 kehendak īccha; 20 kebenciankeengganan dvesa; 21 usaha prayatna; 22 kebajikanmanfaat dharma; 23 kekurangancacat adharma;
dan 24 sifat pembiakan sendiri saṁskāra. Sejumlah 8 sifat, yaitu buddhijñāna, īccha, dvesa, sukha, dukḥa, dharma, adharma dan prayatna merupakan milik dari
roh, sedangkan 16 lainnya merupakan milik dari substansi material. 3 Aktivitas karma
Karma mewakili berbagai jenis gerak movement yang berhubungan dengan unsur dan kualitas, namun juga memiliki realitas mandiri. Tidak semua substansi
zat dapat bergerak. Hanya substansi yang bersifat terbatas saja dapat bergerak atau mengubah tempatnya. Sedangkan substansi yang tak terbatas atma, hawa nafsu dan
akasa tidak dapat bergerak karena telah memenuhi segala yang ada. Gerakan dari benda-benda di alam ini bukan bersumber dari dirinya, melainkan ada
sesuatu yang berkesadaran yang menjadi sumber gerakan itu. Benda-benda hanya dapat menerima gerakan dari sesuatu yang berkesadaran. Bila terlihat kenyataan yang terjadi di
alam ini seperti adanya hembusan angin, peredaran bumi dan planet-planet, maka tentu ada sumber penggerak yang adikodrati. Sumber yang adikodrati itulah Tuhan.
124 |
Kelas X SMASMK
Karena Tuhan sebagai sumber gerakan alam ini, maka Tuhan Maha Mengetahui segala gerak dan perilaku benda-benda di alam ini. Termasuk mengetahui benar
perilaku karma manusia. Ada 5 macam gerak, yaitu 1 Utkṣepaṇa gerakan ke atas; 2 Avakṣepaṇa gerakan ke bawah; 3 A-kuñcana gerakan membengkok; 4
Prasaraṇa gerakan mengembang; dan 5 Gamana gerakan menjauh atau mendekat. 4 Universalia sāmānya
Samanya bersifat umum yang menyangkut 2 permasalahan, yaitu sifat umum yang lebih tinggi dan lebih rendah, dan jenis kelamin dan spesies. Dalam epistemologi,
hal ini mirip dengan konsep universalia dan agak mirip dengan idenya Plato. Ia ada dalam semua dan dalam masing-masing objek, namun tidak berbeda dalam objek
partikular yang berbeda. Karenanya ide ‘kesapian’ adalah tunggal dan tidak dapat dianalisis. Ide itu selalu hidup, tetapi tidak dapat dimengerti melalui dirinya sendiri,
namun hanya melalui seekor ‘sapi’ khusus. Walaupun tampak bersama, namun ‘sapi’ dan ‘kesapian’ dipahami sebagai dua entitas berbeda. Dari universalia-universalia ini,
‘Ada’ being, satta adalah yang tertinggi, karena ia memberikan ciri pada banyak sekali entitas.
5 Individualitas viśeṣa Kategori ini menunjukkan ciri atau sifat yang membedakan sebuah objek dari
objek lainnya. Sistem Vaiśeṣika diturunkan dari kata viśeṣa, dan merupakan aspek objek yang mendapat penekanan khusus dari para filsuf Vaiśeṣika. Kategori ini
berurusan dengan ciri-ciri khusus ke sembilan substansi dravya. Dalam sistem Vaiśeṣika, unsur tanah, air, api, udara, dan pikiran dibangun dari atom paramānu,
sedangkan eter, ruang, waktu dan jiwa dianggap sebagai substansi sangat khusus tanpa dimensi atau visibilitas. Inilah yang menyebabkan sistem darśana ini disebut
Vaiśseṣika Darśana. 6 Hubungan Niscaya samavāya
Dimensi objek ini menunjukkan hakikat hubungan yang mungkin antara kualitas-kualitasnya yang inheren. Hubungan ini dapat dilihat bersifat sementara
saṁyoga atau permanen samavāya. Saṁyoga adalah hubungan sementara seperti antara sebuah buku dan tangan yang memegangnya. Hubungan selesai ketika buku
dilepaskan dari tangan. Di sisi lain, samavāya adalah sebuah hubungan yang tetap dan hanya berakhir ketika salah satu di antara keduanya dihancurkan. Ada lima jenis
hubungan yang tetap dan entitas yang tetap atau tidak terpisahkan ini ayūta-siddḥa: a Hubungan keseluruhan dengan bagian-bagiannya, seperti sehelai kain dan
benang-benangnya. b Hubungan kualitas dengan objek yang memilikinya, seperti kendi air dan
warna merahnya. c Hubungan antara tindakan dan pelakunya, seperti tindakan melompat dan kuda
yang melakukannya. d Hubungan antara partikular dengan yang universal, ibarat satu jenis sapi
dengan seekor sapi atau bangsa Jepang dan seorang Jepang.
125 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti |
e Hubungan antara substansi kekal dan substansi khusus. Menurut sistem Vaiśeṣika, partikel subatomis paramānu setiap substansi abadi memiliki ciri-
ciri khusus yang tidak membiarkan atom dari satu substansi bercampur dengan atom substansi lainnya. Ciri khusus Viśeṣa dipertahankan oleh partikel
subatomis masing-masing melalui ‘hubungan tak terpisahkan’ samavāya. 7 Penyangkalan, Negasi, Non-Eksistensi abhāva
Kategori ini menunjukkan sebuah objek yang telah terurai atau larut ke dalam partikel subatomis terpisah melalui pelarutan universal mahapralaya dan ke dalam ketiadaan
nothingness. Semua benda-benda yang ada dan bernama digolongkan sebagai bhava, sedangkan entitas yang sudah tidak ada digolongkan sebagai abhāva. Sebenarnya
kategori ini bukan merupakan sebuah klasifikasi seperti kategori lainnya, namun hanya modus pengaturan negatif. Abhāva, yang merupakan kategori ke 7, ada 4 macam, yaitu:
a Pragabhāva, yaitu ketidakadaan dari suatu benda sebelumnya. Contohnya: ketidak adaan periuk sebelum dibuat oleh pengrajin periuk.
b Dhvaṅsabhāva, yaitu penghentian keberadaan, misalnya periuk yang dipecahkan, di mana dalam pecahan periuk itu tak ada periuk.
c Atyāntabhāva, atau ketidakadaan timbal balik, seperti misalnya udara yang dari dulu tidak pernah berwarna atau pun berbentuk.
Ketiga ketidakadaan ini disebut sebagai Samsarga-bhava, yaitu ketidakadaan suatu benda dalam benda yang lain.
d Anyonyābhāva, atau ketidak adaan mutlak, dimana antara benda yang satu sama sekali tidak ada persamaannya dengan yang lain, seperti sebuah periuk yang
tidak sama dengan sepotong pakaian, demikian pula sebaliknya. Ṛṣi Kaṇāda di dalam Sūtra-nya tidak secara terbuka menunjukkan tentang
Tuhan. Keyakinannya adalah bahwa formasi atau susunan alam dunia ini merupakan hasil dari Adṛṣṭa yaitu kekuatan yang tak terlihat dari karma atau kegiatan. Beliau
menelusuri aktivitas atom dan roh mula-mula melalui prinsip Adṛṣṭa ini. Para pengikut Rṣi Kaṇāda kemudian memperkenalkan Tuhan sebagai penyebab efisien
dari alam semesta, sedangkan atom-atom adalah materialnya. Atom-atom yang tak terpikirkan itu tidak memiliki daya dan kecerdasan untuk menjalankan alam semesta
ini secara teratur. Namun yang pasti, aktivitas atom-atom itu diatur oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Kesimpulan dari otoritas kitab suci seperti ini mengharuskan kita untuk
mengakui adanya Tuhan. Kecerdasan yang membuat Adṛṣṭa dapat bekerja adalah kecerdasan Tuhan,
sedangkan lima unsur pañca mahābhūta hanya merupakan akibat. Semua ini harusnya didahului oleh ‘keberadaan’ yang memiliki pengetahuan tentang itu adalah
Tuhan. Roh-roh dalam keadaan penghancuran, kurang memiliki kecerdasan, sehingga mereka tidak dapat mengendalikan aktivitas atom-atom dan dalam atom-atom itu
sendiri tidak ada sumber gerakan. Pada sistem Vaiśeṣika, seperti halnya sistem Nyāya, susunan alam semesta ini
diduga dipengaruhi oleh pengumpulan atom-atom, yang tak terhitung jumlahnya dan kekal. Kosmologi Vaiśeṣika dalam batasan mengenai keberadaan atom abadi bersifat
126 |
Kelas X SMASMK
dualistik dan secara positif memisahkan hubungan yang pasti antara roh dan materi. Terjadinya alam semesta menurut sistem filsafatVaiśeṣika memiliki kesamaan dengan
ajaran Nyāya yaitu dari gabungan atom-atom catur bhuta tanah, air, cahaya dan udara ditambah dengan lima substansi yang bersifat universal seperti akāsa, waktu,
ruang, jiwa dan manas.
Sumber: www.aryabhatt.com
Gambar 4.4 Rsi Kapila Muni
Lima substansi universal tersebut tidak memiliki atom-atom, maka itu ia tidak dapat memproduksi sesuatu di dunia ini. Cara penggabungan atom-atom itu dimulai dari dua
atom dvyānuka, tiga atom Triyānuka, dan tiga atom ini saling menggabungkan diri dengan cara yang bermacam-macam, maka terwujudlah alam semesta beserta isinya.
Bila gabungan atom-atom dalam Catur Bhuta ini terlepas satu dengan lainnya maka lenyaplah
alam beserta isinya. Gabungan dan terpisahnya gerakan atom-atom itu tidaklah dapat terjadi dengan
sendirinya, mereka digerakkan oleh suatu kekuatan yang memiliki kesaḍaran dan kemahakuasaan.
Sesuatu yang memiliki kesadaran dan kekuatan yang maha dahsyat itu menurut Vaiśeṣika adalah
Tuhan Yang Maha Esa. Vaiśeṣika dalam etikanya menganjurkan semua orang untuk kelepasan.
Kelepasan akan dapat dicapai melalui Tatwa Jnaña, Sravāna, manāna, dan Meditasi.