Watson’s Theory of Transpersonal Caring

2006, menemukan peningkatan kepuasan pasien selama pelaksanaan ronde keperawatan hingga mencapai 91,9 dari 100 skala yang diberikan. Saleh et al. 2011, juga menemukan peningkatan pasien setelah dilaksanakan ronde keperawatan mencapai 7,5 . Kepuasan perawat. Dengan ronde keperawatan pelayanan keperawatan menjadi lebih efisien dan berkurangnya stress kerja perawat sehingga akan meningkatkan kepuasan kerja dari perawat Meade et al., 2006. Survey kepuasan kerja dilakukan di Lehigh Valley Health Network yang berlokasi di Kota Betlehem Negara Bagian Pennsylvania Amerika Serikat. Survey ini dilakukan pada tahun 2007, 2009 sebelum implementasi ronde keperawatan dan tahun 2011 setelah implementasi ronde keperawatan. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kepuasan kerja perawat dari 3.78 pada tahun 2007 dan 3.77 pada tahun 2009 menjadi 3.83 pada tahun 2011. Selain itu angka kepuasan pasien ini lebih tinggi 0.18 poin dari angka kepuasan perawat secara nasional. Kessler et al., 2012.

2.2. Watson’s Theory of Transpersonal Caring

Teori ini dikembangkan oleh Jean Watson pada tahun 1979, dikenal juga dengan istilah Theory of Human Caring. Teori ini terus dikembangkan dari tahun ke tahun, namun pemikiran dasar dari teori ini tidak berubah yakni menekankan aspek humanistik kedalam ilmu pengetahuan keperawatan. Universitas Sumatera Utara Menurut Watson 1999, Transpersonal caring relationship berkarakteristikkan hubungan khusus manusia yang tergantung pada moral perawat yang berkomitmen, melindungi, dan meningkatkan martabat manusia seperti dirinya atau lebih tinggi dari dirinya. Perawat merawat dengan kesadaran yang dikomunikasikan untuk melestarikan dan menghargai spiritual, tidak memperlakukan seseorang sebagai sebuah objek. Teori utama yang dikembangkan mencakup Carative Factor, Transpersonal Caring Relationship dan Caring Occation Moment. Terkait konteks penelitian maka peneliti hanya akan membahas teori tentang Carative Factor yang mempunyai kaitan dengan pelaksanaan ronde klinis keperawatan yakni carative factor yang ke 4 membangun helping-trust relationship, yang ke 8 menciptakan lingkungan mental, fisik, sosial budaya dan spiritual yang mendukung dan yang ke 9 membantu pemenuhan kebutuhan pasien 2.2.1. Membangun helping-trust relationship Keperawatan sebagai ilmu yang didasari konsep caring harus mempertimbangkan konsep pembangunan helping-trust relationship antara perawat dan pasien. Pasien akan merasa bahwa perawat peduli terhadapnya jika perawat tersebut memperhatikan kebutuhan dasarnya sebagai individu sehingga menumbuhkan rasa percaya, keyakinan dan harapan terhadap pelayanan keperawatan. Perawat yang mempunyai kompetensi dalam bersikap caring akan mampu menghasilkan outcomes yang bernilai dalam pelayanan keperawatan. Dengan demikian pasien yang mempunyai hubungan interpersonal yang baik Universitas Sumatera Utara dengan perawat akan mengindikasikan tingginya kualitas pelayanan keperawatan. Agar dapat membangun helping-trust relationship, perawat terlebih harus menanamkan sikap tertentu yaitu congruence, empathy dan non-possesive Warmth Watson, 1979. Congruence, didasarkan pada keinginan perawat ingin menjadi apa dan terlihat seperti apa. Congruence melibatkan keterbukaan dalam perasaan dan sikap yang diberikan saat interaksi. Congruence dapat juga disamakan dengan genuineness yang berarti terasa nyata, jujur dan otentik. Dengan kata lain pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat akan terasa nyata, jujur dan otentik bagi pasien. Emphaty, merupakan konsep yang penting dalam pembangunan helping- trust relationship. Empathy mengacu pada kemampuan perawat untuk ikut mengalami dunia dan perasaan orang lain, sehingga mampu berkomunikasi berdasarkan pemahamannya tentang dunia atau perasaan orang lain tersebut. Kemampuan perawat untuk berespon terhadap perasaan orang lain adalah dasar dalam emphaty. Jika perawat mampu merasakan perasaan pasien maka pasien dan perawat akan akan mempunyai hubungan emosional yang baik. Perawat yang emphaty akan mampu mengenali dan menerima perasaan orang lain tanpa merasa tidak nyaman, takut, marah atau konflik dalam dirinya sehingga perawat akan mampu untuk berkomunikasi tentang perasaan pasien tanpa menganalisa atau menghakimi. Non-possessive Warmth, merupakan kondisi interpersonal dalam helping- trust relationship yang sejalan dengan congruence dan empthaty. Perawat yang Universitas Sumatera Utara efektif akan memberikan pelayanan yang tidak mengancam, aman, terpercaya dengan menunjukkan penerimaan, penghargaan positif dan keramahan yang tidak posesif. Beberapa sikap non verbal yang dapat ditunjukkan perawat dalam mewujudkan non-possesive warmth antara lain adalah dengan mempertahankan kontak mata selama interaksi, menggunakan volume suara yang sesuai, terlihat nyaman dan santai, bertatap muka dengan orang lain, menunjukkan sikap fostur tubuh yang terbuka, mencondongkan tubuh ke arah lawan bicara dan memberikan ekspresi wajah yang sesuai dengan kondisi emosionalnya. 2.2.2. Menciptakan lingkungan mental, fisik, social budaya dan spiritual yang mendukung. Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal pasien terhadap kesehatan kondisi penyakit pasien. Adanya hubungan yang saling terkait antara lingkungan internal dan eksternal sangat berpengaruh terhadap kondisi sehat dan sakit dari manusia. Lingkungan internal berupa biologis dan fisiologis akan mempengaruhi pola atau gaya hidup seseorang, selain itu gaya hidup eksternal seseorang juga akan mempengaruhi keseimbangan homeostatis internalnya. Lingkungan eksternal yang perlu diperhatikan perawat yang berhubungan dengan stress antara lain : kenyamanan, privasi, keamanan dan lingkungan yang bersih dan indah. Comfort Kenyamanan, merupakan variabel eksternal yang dapat dikendalikan oleh perawat. Adanya stress pada pasien yang diakibatkan proses hospitalisasi dapat diatasi dengan memberikan lingkungan yang nyaman sehingga Universitas Sumatera Utara berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan mental pasien. Perawat dapat melakukan berbagai cara atau prosedur untuk memberikan dan meningkatkan kenyamanan pasien seperti perawatan personal hygiene, kebersihan tempat tidur dan penempatan obat-obatan yang rapi. Cara lain yang dapat dilakukan perawat untuk mendukung dan meningkatkan kenyaman pasien antara lain: memindahkan peralatan yang berbahaya bagi pasien; melakukan perubahan posisi; membuat tempat tidur yang nyaman; menurunkan ketegangan otot dengan massage, memberikan prosedur teraupetik seperti obat-obatan pengurang nyeri; mengidentifikasi implikasi dari penyakit pasien dan meminimalkan implikasi dari penyakit tersebut; dan memodifikasi pelayanan keperawatan kepada pasien. Privacy Privasi adalah faktor utama yang perlu dipertimbangkan untuk dapat meningkatkan lingkungan fisik, sosiokultural dan spiritual pasien. Privasi dapat dinterpretasikan kedalam beberapa pengertian yaitu : hak pasien untuk tidak mengikutsertakan orang lain terkait informasi tentang penyakitnya; kesadaran dan penghargaan dari perawat bahwa setiap pasien memiliki hak yang sama untuk mengambil keputusan bagi dirinya; faktor yang berpengaruh terhadap waktu, tempat, masalah dan sejumlah informasi; dan upaya untuk menjauhkan pasien dari hal-hal yang mempengaruhi kondisi fisik dan psikologisnya. Safety Keselamatan. Budaya keselamatan adalah fitur utama dari seorang perawat. Safety merupakan tindakan yang dilakukan perawat untuk mendukung, melindungi dan memperbaiki lingkungan yang dapat menyebabkan bahaya. Perawat harus mampu mengkaji variabel yang berpengaruh terhadap keselamatan seperti usia, kemampuan bergerak, pengaturan perabot, defisit sensori, Universitas Sumatera Utara disorientasi, restrain, kaki palsu dan peralatan pendukung lainnya. Pengawasan mendasar terhadap keselamatan antara lain control infeksi dengan mencuci tangan, perawatan kulit, teknik isolasi dan teksik sterilisasi. Beberapa bahaya yang dapat terjadi selama proses hospitalisasi pada anak antara lain pasien jatuh, luka bakar, terhirup benda asing, mainan yang berbahaya, keracunan, dan kurangnya imunisasi. Clean-esthetic surroundings lingkungan yang bersih dan indah. Perawat harus mempertimbangkan bahwa makna keindahan berbeda pada masing-masing orang, namun keindahan dan kebersihan lingkungan selalu memberikan efek positif terhadap peningkatan kesehatan seseorang, namun upaya untuk memenuhi kebersihan dan keindahan lingkungan tersebut tetap memperhatikan privasi, kenyamanan dan gaya hidup pasien. 2.2.3. Membantu pemenuhan kebutuhan pasien Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan biofisik, psikososial, psikofisikal dan interpersonal klien. Pemenuhan kebutuhan yang paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya. Nutrisi, eliminasi, dan ventilasi adalah contoh dari kebutuhan biofisik yang paling rendah. Pencapaian dan hubungan merupakan kebutuhan psikososial yang tinggi, dan aktualisasi diri merupakan kebutuhan interpersonal yang paling tinggi Universitas Sumatera Utara

2.3. Konsep Action Research