Data Demografi Partisipan Outcomes proses pengembangan ronde klinis keperawatan Dampak

4.2. Data Demografi Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 19 orang perawat. Sebagian besar partisipan berjenis kelamin perempuan dengan umur antara 20 sampai 39 tahun. Sebagian besar partisipan berpendidikan DIII Keperawatan dengan lama kerja antara 1 sampai 5 tahun. Data demografi partisipan secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Data Demografi Partisipan n=19 Karakteristik f Umur 20 – 39 Tahun 40 – 59 Tahun 18 1 94,8 5,2 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 3 16 15,8 84,2 Pendidikan SPK DIII S1 1 16 2 5,3 84,2 10,5 Lama kerja 1 tahun 1-5 tahun 5 Tahun 2 10 7 10,6 52,6 36,8 Universitas Sumatera Utara

4.3. Proses Pengembangan Program Ronde Klinis Keperawatan

Proses pengembangan program ronde klinis keperawatan dilakukan melalui action research selama 8 minggu yang dibagi kedalam 2 tahap. Tahap pertama merupakan tahap reconnaissance yaitu mulai dari identifikasi setting penelitian hingga mendapatkan masalah yang akan diteliti. Tahap kedua merupakan siklus action research yang terdiri dari tahap planning, tahap acting observing dan tahap reflecting.

4.3.1. Tahap Reconnaissance

Tahap reconnaissance dilakukan selama 4 bulan sejak Januari 2013 hingga April 2013. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengidentifikasi setting penelitian dan identifikasi masalah terkait ronde klinis keperawatan di ruang rawat inap RSUD Kota Padangsidimpuan. Agar dapat mengidentifikasi masalah maka peneliti melakukan pendekatan dengan cara berbaur dengan partisipan. Selain itu peneliti juga melakukan pendekatan dengan pihak manajemen rumah sakit untuk mendapatkan izin penelitian dan dukungan dalam pelaksanaan penelitian ini. Data yang diperoleh pada tahap reconnaissance terdiri dari: 1 setting penelitian, 2 persepsi perawat tentang ronde klinis keperawatan, 3 tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan, 4 tingkat kepuasan kerja perawat. Untuk memperoleh data tersebut peneliti melakukan beberapa teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi partisipan, penyebaran kuisioner kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan dan penyebaran kuisioner kepuasan kerja perawat. Universitas Sumatera Utara 1 Setting Penelitian Ruang rawat inap VIP Khusus RSUD Kota Padangsidimpuan terdiri dari 9 kamar pasien dimana masing-masing kamar memiliki 1 tempat tidur. Selain kamar pasien terdapat juga 1 nurse station, 1 gudang peralatan, 1 ruang istirahat perawat dan 1 ruangan untuk kepala ruangan. Untuk lebih jelasnya denah ruang rawat inap VIP Khusus dapat dilihat pada Gbr 4.3. Gambar 4.3 . Denah Ruang rawat inap VIP Khusus Ruangan rawat inap VIP Khusus dipimpin oleh seorang kepala ruangan dengan latar belakang pendidikan DIII Keperawatan dan lama kerja diatas 10 tahun. Dalam menjalankan tugasnya kepala ruangan dibantu oleh seorang wakil kepala ruangan dengan latar belakang pendidikan DIII Keperawatan. Metode penugasan menggunakan modifikasi antara tim dan fungsional. Metode penugasan fungsional digunakan pada shift pagi dan metode penugasan tim digunakan pada Universitas Sumatera Utara shift siang dan malam. Untuk lebih jelasnya tentang struktur organisasi ruang rawat inap VIP Khusus RSUD Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Gbr 4.4. Gambar 4.4. Struktur Organisasi Ruang Rawat Inap VIP Khusus RSUD Kota Padangsidimpuan 2 Persepsi perawat tentang ronde klinis keperawatan Persepsi partisipan tentang ronde klinis keperawatan yaitu 1 pemahaman tentang ronde klinis keperawatan, 2 manfaat ronde klinis keperawatan, 3 pelaksanaan ronde klinis keperawatan saat ini, 4 kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan ronde klinis keperawatan, 5 harapan terhadap pelaksanaan ronde klinis keperawatan 1. Pemahaman tentang ronde klinis keperawatan Ronde klinis keperawatan menurut partisipan adalah kegiatan mandiri perawat untuk mengunjungi pasien ke kamarnya dan menilai perkembangannya. Pemahaman tentang ronde ini sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini : Universitas Sumatera Utara “Perawat mengunjugi pasien untuk melihat perkembanganya apakah sudah ada perkembangan, misalnya dari dia bedrest total sampai apa sudah bisa duduk apa udah gimana gitu bu” P1, L14- 16 Partisipan lain menyatakan bahwa ronde keperawatan itu adalah kegiatan serah terima antar perawat yang dilakukan dengan berkeliling ke kamar pasien. Pernyataan partisipan tentang pengertian ronde klinis ini dapat dilihat pada kutipan berikut ini: “Melakukan operan dengan dinas malam. Kita keliling per pasien, nanya entah bagaimana keadaan dia.” P4, L13-14 2. Manfaat ronde klinis keperawatan Partisipan menyatakan bahwa ronde klinis keperawatan bermanfaat tidak hanya bagi pasien juga bagi perawat. Bagi pasien dengan adanya ronde klinis keperawatan maka pasien akan merasa lebih tenang, nyaman, merasa diperhatikan dan secara psikologis lebih termotivasi untuk sembuh. Manfaat ronde klinis keperawatan ini sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini: “kita bisa mengetahui sudah bagaimana keadaan pasien, kita mengetahui bagaimana infusnya. Pasien juga merasa tenang apabila dikunjungi perawat” P1, L37-39 Partisipan lain berpendapat dengan adanya ronde keperawatan maka kebutuhan pasien akan cepat teridentifikasi dipenuhi oleh perawat. Manfaat ronde klinis keperawatan ini dapat terlihat dari kutipan pernyataan partisipan berikut ini: Universitas Sumatera Utara Manfaatnya ya, bagi pasiennya akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya”.P5, L30-31 Salah seorang partisipan menyatakan bahwa ronde klinis keperawatan bermanfaat bagi perawat dimana dengan adanya ronde klinis keperawatan maka kepuasan kerja perawat akan meningkat. Manfaat ronde klinis keperawatan bagi perawat ini sesuai dengan kutipan pernyataan partisipan berikut ini: “merasa puas apa yang kita kerjakan. Dalam artian kita bisa senang apa yang kita kerjakan itu, apabila pasien merasa diperhatikan” P1, L53-54 Partisipan lain menyatakan dengan adanya ronde klinis keperawatan maka perawat akan mengetahui kondisi pasien dan dapat menyusun rencana tindakan keperawatan selanjutnya. Dengan adanya ronde klinis keperawatan juga akan terbina hubungan saling percaya antara perawat dan pasien sehingga perawat dapat lebih mudah memahami keluhan pasien. Manfaat ronde klinis keperawatan ini sesuai dengan kutipan pernyataan partisipan berikut ini: “keluhan pasien kan lebih mudah kita terima kan kita selesaikan sebelum menjadi parah “ P2, L60 “jadi interaksi kita lebih besar dengan pasien, istilahnya timbal baliklah pasien dan perawat gitu.” P4, L37-38 “Kita bisa lebih dekat dengan keluarga pasien atau pasiennya, memahami keluhannya” P5, L37-38 Universitas Sumatera Utara 3. Pelaksanaan ronde klinis keperawatan di ruang rawat inap Partisipan menyatakan bahwa pelaksanaan ronde klinis keperawatan di ruang rawat inap belum berjalan optimal. Perawat mengunjungi pasien dipagi hari untuk memeriksa vital sign, menanyakan keluhan pasien dan memeriksa obat- obatan, selanjutnya perawat mengunjugi pasien jika ada panggilan dari keluarga pasien. Pelaksanaan ronde klinis keperawatan ini sesuai dengan kutipan pernyataan partisipan berikut: “Ada sebagian perawat yang menjalankan dan sebagiannya belum. Sebagian umpamanya kan pas lagi shift sore, lagi pas nggak banyak kegiatan bisa dilaksanakan.” P2, L72-73 “biasanya sih pagi-pagi kita ke ruangan pasien untuk mengukur vital sign. Habis itu yah jika ada keluhan pasien barulah kita atasi, jika tidak ya kita lanjutkan tugas kita yang lain P3, L58-61 “Pada pagi hari, kita kan masing-masing bagi tugas. Ada yang anamneses pasien, ada yang vital sign dan ada yang cek obat” P4, L18-21 Pernyataan partisipan tentang pelaksanaan ronde klinis keperawatan ini sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan. Observasi pelaksaan ronde klinis keperawatan terhadap 19 orang partisipan. Hasil observasi memperoleh data bahwa perawat hanya melakukan ronde klinis keperawatan 1 kali sehari pada awal shift pagi dengan kegiatan mengukur tekanan darah dan pengecekan obat. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya perawat hanya mengunjungi pasien jika ada keluhan dari keluarga pasien dan pelaksanaan ronde klinis keperawatan adalah 43,26 4. Kendala ronde klinis keperawatan Partisipan menyatakan bahwa kegiatan ronde bukan merupakan kebiasaan yang dilakukan perawat di RSUD Kota Padangsidimpuan sehingga ini menjadi kendala dalam pelaksanaan ronde klinis ini. Kendala lainnya adalah tidak adanya arahan dari pimpinan keperawatan tentang bagaimana seharusnya pelaksanaan ronde keperawatan serta kurangnya motivasi perawat dalam melaksanakan ronde klinis. Kendala ini sesuai dengan kutipan pernyataan partisipan berikut ini: “belum dibiasakan bu. Maksudnya karena belum pernah dilakukan. Kalau misalnya sudah dimulai mudahnya itu pelaksanaannya bu. Lagipula belum ada kebijakan yang mengatur kita harus melakukan ronde” P1, 68-70 “kendalanya sih nggak ada. Kayaknya sih perawat masih kurang termotivasi dalam melakukan ini” P3, L64-65 5. Harapan partisipan terhadap pelaksanaan ronde klinis keperawatan Salah seorang partisipan menyatakan bahwa dirinya berharap agar ronde klinis keperawatan ini dapat dijalankan diruang rawat inap. Harapan ini sesuai dengan kutipan pernyataan partisipan berikut ini: “Harapannya sih ronde keperawatan ini bisa berjalan, agar semua pasien bisa dikontrol dengan baik.” P2, L100-101 Universitas Sumatera Utara Perawat juga berharap agar adanya pemantauan dan arahan dari pimpinan keperawatan dalam pelaksanaan ronde klinis keperawatan ini. Selain itu juga diperlukan adanya sosialisasi kepada seluruh perawat tentang ronde klinis keperawatan ini. Harapan akan adanya pemantauan dan arahan dari pimpinan ini dapat terlihat pada pernyataan berikut: “Harapan saya supaya ada arahan dari kepala ruangan agar ronde keperawatatan ini dijalankan.” P1, L79-80 “Harapan agar perawat lebih terbiasa melakukan ronde perlu ada pemantauan dari kepala ruangan atau kepala bidang bagaimana pelaksaannya. Selain itu juga perlu disosialisasikan kepada seluruh perawat tentang ronde ini”P3, L73-76 3 Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan Kuisioner kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan disebarkan kepada 30 orang pasien yang dirawat inap di ruang Super VIP RSUD Kota Padangsidimpuan. Dari 30 responden diperoleh hasil bahwa 4 orang pasien 13,3 menyatakan sangat tidak puas, 9 orang pasien 30,0 menyatakan tidak puas, 15 orang pasien 50 menyatakan puas dan 2 orang pasien 6,7 menyatakan sangat puas dengan pelayanan keperawatan di ruang rawat inap Super VIP RSUD Kota Padangsidimpuan. Frekwensi kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan sebelum dilakukan aplikasi ronde klinis keperawatan di RSUD Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Tabel 4.2. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2. Distribusi Frekwensi Kepuasan Pasien Sebelum Aplikasi n=30 KATEGORI F Sangat tidak puas 4 13.3 Tidak puas 9 30.0 Puas 15 50.0 Sangat puas 2 6.7 4 Tingkat kepuasan kerja perawat Kuisioner kepuasan kerja perawat disebarkan kepada 19 orang perawat pelaksana di ruang rawat inap Super VIP RSUD Kota Padangsidimpuan. Dari 18 orang responden 8 orang perawat 42,1 menyatakan tidak puas dan 11 orang perawat 57,9 menyatakan puas dengan pekerjaannya sebagai perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Padangsidimpuan. Frekwensi kepuasan kerja perawat sebelum dilakukan aplikasi ronde klinis keperawatan di RSUD Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Distribusi Frekwensi Kepuasan Kerja Perawat Sebelum Aplikasi n=19 KATEGORI F Sangat tidak puas Tidak puas 8 42.1 Puas 11 57.9 Sangat puas Hasil tahap reconnaissance yang telah dilaksanakan ditemukan permasalahan yaitu kurang optimalnya pelaksanaan ronde klinis keperawatan di ruang rawat inap VIP Khusus RSUD Kota Padangsidimpuan yang dapat dilihat dari: Universitas Sumatera Utara 1. Ronde hanya dilakukan pada pagi hari dan selanjutnya perawat ke kamar pasien jika ada panggilan dari keluarga pasien 2. Kegiatan yang dilakukan pada ronde keperawatan di pagi hari hanya mengukur vital sign, menanyakan keluhan dan mengecek persediaan obat- obatan. 3. Rendahnya motivasi perawat dalam melaksanakan ronde klinis keperawatan. 4. Tidak adanya kebijakan berupa program dan pedoman ronde klinis keperawatan yang dapat dijadikan acuan bagi perawat 5. Kurangnya pengarahan dari pimpinan keperawatan. 6. Rendahnya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan 7. Rendahnya tingkat kepuasan kerja perawat di ruang rawat inap VIP Khusus RSUD Kota Padangsidimpuan. Berdasarkan permasalahan yang diatas maka peneliti melakukan proses action research untuk melakukan pengembangan program ronde klinis keperawatan di RSUD Kota Padangsidimpuan.

4.3.2. Siklus Action Research

Pengembangan program ronde klinis keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan dilaksanakan melalui proses action research dengan beberapa kegiatan pada masing-masing tahapannya. Selanjutnya akan Universitas Sumatera Utara dijelaskan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada setiap tahapan action research. Tahap Planning. Tahap ini dilaksanakan pada tanggal 30 April sampai dengan 7 Mei 2013 dan bertujuan untuk merumuskan perencanaan dalam pengembangan program ronde klinis keperawatan di ruang rawat inap. Program ini disusun agar dapat menjadi panduan bagi perawat dalam melaksanakan kegiatan ronde klinis keperawatan. Untuk mencapai tujuan peneliti merencanakan beberapa kegiatan yaitu: 1 perumusan program ronde klinis keperawatan tentatif, 2 rencana pertemuan dengan tim manajemen keperawatan untuk penjelasan tentang kegiatan penelitian dan manfaat penelitian ini bagi peningkatan mutu pelayanan keperawatan di RSUD Kota Padangsidimpuan, 3 rencana pertemuan dengan kepala ruangan untuk penyamaan persepsi tentang ronde klinis keperawatan 4 rencana pembentukan struktur tim ronde klinis keperawatan terdiri dari 1 orang ketua dan 5 orang anggota yang akan dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2013, 5 rencana perumusan program, kerangka acuan, SOP dan alur ronde klinis keperawatam, 6 rencana briefing aplikasi ronde klinis keperawatan dengan peserta seluruh perawat ruang rawat inap VIP Khusus yang rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2013, 7 rencana aplikasi dan observasi aplikasi akan dilaksanakan di ruang rawat inap VIP Khusus mulai 21 Juni 2013. Tahap Acting. Tahap ini dilaksanakan pada tanggal 8 Mei sampai dengan 8 Juni 2013. Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan pada tahap planning. Terdapat 6 kegiatan yang dilaksanakan pada Universitas Sumatera Utara tahap ini yaitu: 1 pertemuan dengan tim manajemen keperawatan RSUD Kota Padangsidimpuan, 2 pertemuan dengan kepala ruangan, 3 pembentukan tim ronde klinis keperawatan, 4 perumusan program, kerangka acuan, SOP dan alur ronde klinis keperawatan 5 Briefing aplikasi ronde klinis keperawatan kepada perawat ruang rawat inap VIP Khusus, 6 aplikasi ronde klinis keperawatan di ruang rawat inap VIP Khusus. 1 Pertemuan dengan tim manajemen keperawatan RSUD Kota Padangsidimpuan Peneliti melakukan pertemuan dengan Kepala Bidang Keperawatan Bapak Maskun Siregar, AMK, Kepala Seksi Keperawatan Ibu Dewi Herawati, S.Kep, dan Kepala Seksi Keperawatan II Ibu Enila Marlan Dongoran, AMK pada tanggal 22 April 2013. Pada pertemuan tersebut peneliti menjelaskan tentang penelitian yang akan dijalankan di RSUD Kota Padangsidimpuan. Pada pertemuan tersebut Kepala Bidang Keperawatan menyatakan dukungannya terhadap penelitian tersebut dan memberikan tugas kepada Seksi Keperawatan I untuk mendampingi setiap kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan. 2 Pertemuan dengan kepala ruangan Pertemuan dengan seluruh kepala ruang rawat inap dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2013. Tujuan dari pertemuan pertama ini adalah untuk menyamakan persepsi antara seluruh kepala ruangan tentang ronde klinis Universitas Sumatera Utara keperawatan. Pada pertemuan ini kepala ruangan diharapkan agar mengajukan nama perawat yang akan dilibatkan sebagai tim ronde klinis keperawatan, namun mengingat bahwa RSUD Kota Padangsidimpuan sudah memiliki tim peningkatan mutu pelayanan keperawatan maka pembentukan tim ronde ini diserahkan sepenuhnya kepada Ketua tim pengendali mutu pelayanan keperawatan. 3 Pembentukan tim ronde klinis keperawatan Pembentukan tim ronde klinis keperawatan dilaksanakan tanggal 7 Mei 2013 dengan peserta seluruh anggota tim pengendali mutu pelayanan keperawatan rumah sakit. Tim ronde klinis keperawatan RSUD Kota Padangsidimpuan terdiri dari 1 orang ketua dan 5 orang anggota. Masing-masing tim sudah memiliki uraian tugas. Tim ronde klinis keperawatan menyepakati akan melaksanakan pertemuan untuk merumuskan program ronde klinis keperawatan. Perumusan program, kerangka acuan, SOP dan alur ronde klinis kperawatan ditargetkan akan selesai dalam 2 minggu. 4 Perumusan program ronde klinis keperawatan Pertemuan tim membahas dan merumuskan program ronde klinis sebagai salah satu program dalam pengendalian mutu pelayanan rumah sakit. Pertemuan kedua tim membahas kerangka acuan program ronde klinis keperawatan yang disertai Standar Operation and Prosedur SOP dan alur sesuai dengan SOP yang telah dirumuskan. Hasil dari kegiatan ini adalah tersusunnya dokumen: 1 Universitas Sumatera Utara program ronde klinis keperawatan, 2 kerangka acuan ronde klinis keperawatan dan 3 SOP dan alur kegiatan ronde klinis. Dokumen ini akan diajukan kepada direktur untuk penerbitan Surat Keputusan SK pemberlakukan program ronde klinis keperawatan di ruang rawat inap. 5 Briefing aplikasi ronde klinis keperawatan kepada perawat ruang rawat inap VIP Khusus Kegiatan briefing dilakukan kepada seluruh perawat ruang rawat inap VIP Khusus yang dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2013. Kegiatan ini dimulai dengan pengarahan dari Kepala Bidang Keperawatan yang menekankan kepada peserta tentang pentingnya pelaksanaan program ronde klinis keperawatan. Selanjutnya peserta menerima 2 materi, materi pertama tentang “Konsep Ronde Klinis Keperawatan” yang dibawakan oleh peneliti sendiri. Materi kedua “Sosialisasi Program Ronde Klinis Keperawatan” yang dibawakan oleh Kasie Keperawatan II RSUD Kota Padangsidimpuan. Setelah selesai pemaparan materi, peserta dibagi kedalam 3 kelompok untuk memperagakan pelaksanaan ronde klinis keperawatan sesuai dengan SOP yang sudah ditetapkan. Kelompok diberi waktu 15 menit untuk berdiskusi dan 10 menit untuk mempresentasikan serta memperagakan ronde klinis keperawatan. saat peragaan masing-masing anggota kelompok ada yang berperan menjadi kepala ruangan, perawat pelaksana, pasien dan keluarga pasien. Universitas Sumatera Utara 6 Aplikasi ronde klinis keperawatan di ruang rawat inap VIP Khusus Aplikasi ronde klinis keperawatan di ruang rawat inap VIP Khusus sejak tanggal 20 Mei 2013. Observasi aplikasi ronde klinis keperawatan dilakukan oleh peneliti dibantu oleh tim ronde klinis keperawatan. Dalam pelaksanaan aplikasi ini Kepala Bidang Keperawatan juga turun langsung ke lapangan untuk melakukan supervise dan memberikan motivasi kepada perawat dalam pelaksaan ronde klinis keperawatan ini. Tahap Observing. Pada tahap observasi dilakukan pengamatan terhadap aplikasi ronde klinis keperawatan di ruang rawat inap VIP Khusus RSUD Kota Padangsidimpuan. Peneliti dibantu oleh tim ronde klinis keperawatan melakukan observasi untuk menilai pelaksaan ronde klinis keperawatan. Hasil observasi diperoleh data bahwa ada peningkatan pelaksanaan ronde klinis keperawatan dari 43,26 dari sebelum aplikasi menjadi 71,53 sesudah aplikasi Selama tahap observing peneliti dan tim ronde klinis keperawatan melakukan pertemuan rutin setiap minggu untuk evaluasi pelaksanaan ronde klinis keperawatan. Rapat evaluasi memperoleh kesepakatan bahwa ronde klinis keperawatan di ruang rawat inap akan dilaksanakan 1 kali per shift dengan waktu: shift pagi pukul 08.00 sd 09.00 WIB, shift sore pukul 15.00 sd 16.00 WIB dan shift malam pukul 21.00 sd 22.00 WIB. Durasi yang diperlukan untuk melakukan kegiatan ronde klinis keperawatan adalah 10 menitpasien. Dan pelaksana kegiatan ronde klinis ini adalah penanggung jawab masing-masing pasien. Universitas Sumatera Utara Tahap Reflecting. Pada tahap reflecting peneliti melakukan FGD Focus Group Discussion pada tanggal 13 Juni 2013. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menggali informasi terkait : 1 persepsi partisipan setelah pelaksanaan ronde klinis keperawatan, 2 kendala ronde klinis keperawatan, 4 upaya mengatasi kendala, 5 faktor pendukung pelaksanaan ronde klinis, 6 apa saja manfaat yang dirasakan partisipan setelah melaksanakan ronde klinis keperawatan. 1 Persepsi partisipan setelah melaksanakan ronde klinis keperawatan. Partisipan menyatakan dengan adanya ronde maka interaksi antara perawat dan pasien menjadi lebih intens sehingga terbangun hubungan saling percaya. Persepsi partisipan ini dapat dilihat pada kutipan pernyataan berikut: “Kalau menurut saya sih dengan ronde saya menjadi lebih dekat dengan pasien. Tidak jarang dapat tips dari pasien atau keluarganya karena mereka senang dengan kunjungan kita.” P2, L21-23 “Iya betul, dengan ronde pasien menjadi lebih percaya dengan perawat. Jadi apapun yang perawat anjurkan pasien mengikuti saja.” P2, L24-25 Partisipan lain menyatakan dengan adanya ronde partisipan juga lebih merasa percaya diri dalam melakukan perkerjaannya karena adanya penerimaan yang positif dari pasien dan keluarganya. Persepsi partisipan ini dapat dilihat pada kutipan pernyataan berikut: “mm.. dengan ronde menurut saya sih saya jadi lebih PD. Karena kan sebelum kita mengunjungi pasien kita dulu status pasien. Apa yang Universitas Sumatera Utara tidak kita tahu biasanya kita diskusikan dulu, jadi kalau pas ronde pasien nanya kita udah tahu jawabannya.” P1 L34-36 2 Kendala Ronde Klinis Keperawatan. Kendala yang dijumpai dalam aplikasi ronde klinis keperawatan antara lain banyaknya pekerjaan yang bukan tugas perawat non nursing job yang harus dilakukan oleh partisipan terutama pada shift pagi seperti penyelesaian administrasi pasien masukpulang dan penulisan resep. Banyaknya pekerjaan yang bukan tugas perawat non nursing job yang dilakukan oleh partisipan sesuai dengan pernyataan berikut ini: “Kadang-kadang banyak kali kerjaan yang harus dilakukan. Pasien masuk atau keluar bisa sampai 4 orang dalam satu hari. Pengurusan berkas administrasinya kan perawat juga.” P5, L51-53 “belum lagi harus menulis resep. Kalau disini kan perawat yang tulis resep, dokter tinggal tanda tangan. Kan makan waktu…” P2, L54-55 “Untuk pengambilan obat pasien askes perawat juga yang melakukan.” P3, L56 Kendala lain yang dijumpai bahwa metode penugasan selama ini di ruangan masih menggunakan modifikasi fungsional dan tim dimana tugas perawat dibagi kedalam perawat penanggung jawab dokumentasi asuhan keperawatan, perawat penanggung jawab administrasi, perawat penanggung jawab personal hygiene, perawat penanggung jawab kebersihan ruangan dan perawat penanggung jawab obat-obatan. Hal ini membuat pekerjaan perawat menjadi terkotak-kotak Universitas Sumatera Utara dan asuhan keperawatan kepada pasien menjadi tidak kontiniu. Pembagian tugas seperti ini juga tidak memungkinkan dalam pelaksanaan ronde klinis keperawatan. Kendala pelaksanaan ronde klinis ini sesuai dengan kutipan pernyataan partisipan berikut: “Awalnya memang terasa sulit karena saya membagi tugas diruangan ini bukan berdasarkan penanggung jawab pasien. Tapi berdasarkan tugas-tugas yang ada.” P3, L40-42 3 Upaya mengatasi kendala. Untuk mengatasi kendala banyaknya pekerjaan yang bukan tugas perawat non nursing job tersebut maka kepala ruangan mengunjuk 1 perawat sebagai petugas penanggung jawab administrasi, dan petugas ini akan diganti setiap bulannya. Hal yang dilakukan untuk mengatasi kendala ini sesuai dengan pernyataan partisipan berikut: “Jadi diruangan ada dibuat penanggung jawab administrasi dan penanggung jawab obat-obatan. Orangnya ini akan diganti setiap bulan.” P3, L60-62 Untuk mengatasi kendala pembagian tugas yang tidak memungkinkan aplikasi ronde klinis keperawatan maka kepala ruangan membagi tugas perawat berdasarkan tanggung jawab kepada pasien. Pembagian tugas berdasarkan tanggung jawab pasien dapat dilihat pada pernyataan partisipan berikut: “Jadi saya sudah buat jadwal penanggung jawab pasien selama sebulan.” P3, L47-48 Universitas Sumatera Utara 4 Faktor Pendukung Pelaksanaan Ronde Klinis Keperawatan. Dalam pelaksanaan ronde klinis keperawatan ini juga ditemui faktor pendukung yaitu adanya alur kegiatan ronde klinis keperawatan yang sudah disusun oleh tim ronde keperawatan. Alur ini memudahkan perawat untuk mengingat tindakan apa yang akan dilakukannya saat melaksanakan ronde klinis keperawatan. Adanya alur sebagai faktor pendukung pelaksanaan ronde klinis keperawatan sesuai dengan pernyataan berikut ini: “Saya sering lupa apa yang harus dilakukan begitu sampai di ruangan pasien. Untunglah ada alur itu, jadi lebih gampanglah mengerjakannya.” P4, L68-70 “Alur ronde itu kan masing-masing kita pegang satu seorang. Jadi kita bawa aja ke kamar pasien. Pertamanya masih sering intiplah, tapi lama-lama jadi hafal.” P5, L71-73 Faktor pendukung lainnya adalah adanya dukungan dari Kepala Bidang Keperawatan sebagai key person yang selalu memberikan motivasi dan terjun langsung ke ruangan untuk melakukan supervisi terhadap pelaksanaan ronde klinis ini. Adanya dukungan Kepala Bidang keperawatan dapat dilihat pada pernyataan partisipan berikut ini: “Yang paling penting menurut saya keberhasilan program ini karena ada dukungan dari Kabid Keperawatan. Karena kan Pak Kabid terjun langsung mengawasi dan membina kita P3, 73-76 Universitas Sumatera Utara 5 Manfaat Ronde Klinis Keperawatan. Partisipan menyampaikan 3 manfaat yang dirasakan perawat setelah pelaksanaan ronde klinis keperawatan ini. Manfaat pertama perawat merasa pekerjaannya menjadi lebih mudah dan terkoordinir. Manfaat ronde klinis keperawatan ini sesuai dengan pernyataan partisipan berikut: “Menurut saya dengan ronde pekerjaan jadi lebih mudah.” P1, L 81 “Maksudnya kan jadi lebih terkoordinir. Tidak mesti menangani apa.. semua pasien.” P1, 83-84 Manfaat kedua yang dirasakan partisipan adalah dengan adanya ronde klinis keperawatan perawat menjadi lebih fokus terhadap 1 pasien dan mengetahui perkembangannya dari hari ke hari, hal ini membuat perawat dan pasien menjadi lebih dekat. Manfaat ronde klinis keperawatan ini sesuai dengan pernyataan partisipan berikut: “Kalau dulu kan perawat kan mesti menangani semua pasien, kalau sekarang kita cuma ke pasien kita aja. Jadi lebih mudahlah.” P2, L85-86 “Karena rutin mengunjungi pasien kita jadi tahu betul tentang pasien tersebut. Mulai dari pasiennya masuk hingga pulang. “P4, L87-88 Manfaat ketiga ronde klinis ini juga menjadikan dokumentasi asuhan keperawatan lebih mudah karena setiap selesai melakukan tindakan dalam ronde, perawat akan langsung mendokumentasikannya dalam catatan perawat. Manfaat Universitas Sumatera Utara ronde klinis keperawatan terhadap dokumentasi asuhan keperawatan dapat dilihat pada pernyataan partisipan berikut ini: “Saya juga melihat bahwa status perawat jadi lebih lengkap isinya. Mungkin kan karena setiap melakukan ronde perawat diharuskan langsung mengisi dokumentasinya.” P3, L89-91

4.4. Outcomes proses pengembangan ronde klinis keperawatan

Proses action research yang telah dilakukan memperoleh beberapa outcomes yaitu perubahan seperti tersusunnya program ronde keperawatan yang disertai dengan struktur dan uraian tugas tim ronde keperawatan, kerangka acuan ronde klinis keperawatan, Standar Operation and Procedure SOP ronde klinis keperawatan, dan Alur Pelaksanaan Ronde Klinis Keperawatan yang sudah sesuai dengan kondisi di RSUD Kota Padangsidimpuan. Program ronde klinis keperawatan yang telah disusun juga merupakan adopsi dari 4 P’s Rounding Protokol yang telah disusun oleh Meade et al. 1996.

4.5. Dampak

Action Research Untuk melihat keberhasilan kegiatan ini peneliti melakukan pengukuran kepuasan perawat dan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan setelah aplikasi ronde klinis keperawatan di ruang rawat inap. Hasil pengukuran kepuasan pasien menunjukkan adanya perbedaan kepuasan pasien sebelum dan sesudah aplikasi. Distribusi frekwensi kepuasan pasien sebelum dan sesudah aplikasi dapat dilihat pada Tabel 4.4. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4. Distribusi frekwensi untuk kepuasan pasien sebelum dan sesudah aplikasi Variabel Sebelum Aplikasi Sesudah Aplikasi F f Sangat tidak puas Tidak puas Puas Sangat puas 4 9 15 2 13,3 30 50 6,7 1 4 16 9 3,3 16,7 70 30 Hasil pengukuran kepuasan perawat diperoleh rata-rata kepuasan pasien meningkat dari 26,26 sebelum dilaksanakan ronde klinis keperawatan menjadi 28,84 setelah dilakukan ronde klinis keperawatan. Uji statistic dengan menggunakan uji Wilcoxon α = 0,05 diperoleh hasil nilai sig = 0,02. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kepuasan kerja perawat sebelum dan sesudah aplikasi ronde klinis keperawatan. Perbandingan kepuasan kerja perawat sebelum dan sesudah aplikasi dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Distribusi frekwensi untuk kepuasan kerja perawat sebelum dan sesudah aplikasi Variabel Sebelum Aplikasi Sesudah Aplikasi P f f Kepuasan Kerja Perawat Sangat tidak puas Tidak puas Puas Sangat puas 8 11 42,1 57,9 1 17 1 5,3 89,4 5,3 0,02 Jumlah 19 100 19 100 bermakna pada α = 0,05 Untuk lebih jelas tentang proses action research yang telah dilaksanakan dapat dilihat proses action research pengembangan program ronde klinis keperawatan di RSUD Kota Padangsidimpuan pada Gambar 4.6. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.6. Proses action research pengembangan program ronde klinis keperawatan RECONNAISANCE Masalah yang ditemukan: 1. Ronde hanya dilakukan pada pagi hari dan selanjutnya perawat ke kamar pasien jika ada panggilan dari keluarga pasien 2. Kegiatan yang dilakukan pada ronde keperawatan di pagi hari hanya mengukur vital sign, menanyakan keluhan dan mengecek persediaan obat-obatan. 3. Kurangnya kompetensi perawat dalam pelaksanaan ronde 4. Rendahnya motivasi perawat dalam melaksanakan ronde klinis keperawatan. 5. Tidak adanya kebijakan berupa program dan pedoman ronde klinis keperawatan yang dapat dijadikan acuan bagi perawat 6. Kurangnya pengarahan dari pimpinan keperawatan. 7. Rendahnya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan 8. Rendahnya tingkat kepuasan kerja perawat di ruang rawat inap VIP Khusus RSUD Kota Padangsidimpuan. SIKLUS ACTION RESEARCH PLANNING 1. Tujuan Mengembangkan program ronde klinis keperawatan di ruang rawat inap

2. Planning

a. Rencana pertemuan dengan tim manajemen keperawatan RSUD Kota Padangsidimpuan b. Rencana Pertemuan dengan kepala ruangan c. Rencana pembentukan tim ronde klinis keperawatan d. Rencana perumusan program, kerangka acuan, SOP dan alur ronde klinis keperawatan e. Rencana pelaksanaan briefing aplikasi ronde klinis keperawatan kepada perawat ruang rawat inap VIP Khusus f. Rencana aaplikasi ronde klinis keperawatan di ruang rawat inap VIP Khusus g. Rencana sosialisasi program ronde klinis keperawatan kepada seluruh perawat di RSUD Kota Padangsidimpuan h.

3. Strategi

a. Membina hubungan saling percaya dengan partisipan b. Membangun pola fikir partisipan tentang pentingnya ronde keperawatan bagi praktek keperawatan c. Melakukan pendekatan terhadap pimpinan rumah sakit, pimpinan keperawatan dan jajarannya untuk mendapat dukungan dalam penelitian ini. OBSERVING Observasi Aplikasi ronde klinis keperawatan di ruang rawat inap menggunakan panduan obaservasi ACTING 1. Pertemuan dengan tim manajemen keperawatan RSUD Kota Padangsidimpuan 2. Pertemuan dengan kepala ruangan 3. pembentukan tim ronde klinis keperawatan 4. Perumusan program, kerangka acuan, SOP dan alur ronde klinis keperawatan 5. Briefing aplikasi ronde klinis keperawatan kepada perawat ruang rawat inap VIP Khusus 6. Aaplikasi ronde klinis keperawatan di ruang rawat inap VIP Khusus 7. Sosialisasi program ronde klinis keperawatan kepada seluruh perawat di RSUD Kota Padangsidimpuan REFLECTING Struktur : Tersusunnya program ronde klinis keperawatan Proses: Program ronde klinis keperawatan berjalan sesuai pedoman Outcomes: • Kepuasan pasien • Kepuasan perawat OUTCOMES Tersusunnya program ronde klinis keperawatan yang mencakup : • Stuktur dan uraian tugas tim • Kerangka acuan pelaksanaan ronde klinis keperawatan • SOP dan Alur ronde klinis keperawatan DAMPAK • Terdapat perbedaan tingkat kepuasan kelompok pasien non aplikasi dan kelompok pasien aplikasi • Terdapat perbedaan tingkat kepuasan kerja perawat sebelum dan sesudah aplikasi nilai p = 0,02 Universitas Sumatera Utara

BAB V PEMBAHASAN

Bab ini membahas hasil penelitian dan mengkaitkannya dengan teori yang ada. Peneliti membagi pembahasan ini kedalam sub pokok bahasan yaitu : Proses pelaksanaan action research, Pengembangan Program Ronde Klinis, Pelajaran yang didapat dari penelitian action research dan Keterbatasan penelitian

5.1. Proses Pelaksanaan

Action Research Penelitian ini menggunakan desain action research. Peneliti menemukan bahwa desain action research awalnya banyak digunakan untuk setting penelitian social, namun saat ini action research juga banyak digunakan dalam penelitian keperawatan. Waterman 2001 telah melakukan systematica review tentang action research dan menemukan 285 artikel keperawatan yang menggunakan desain action research. Penelitian ini menghasilkan perubahan-perubahan dalam praktek keperawatan di RSUD Kota Padangsidimpuan khususnya perubahan dalam pelaksanaan ronde klinis keperawatan. Perubahan yang diperoleh sejalan dengan pendapat Webb 1989 yang menyatakan bahwa desain action research dapat digunakan untuk membantu dalam pembentukan lingkungan keperawatan yang mendorong pertumbuhan dan pengembangan ide-ide kreatif dan implementasi perubahan dalam praktek keperawatan. Adanya perubahan dalam praktek keperawatan juga dialami oleh Peschman 2010 yang melakukan penelitian Universitas Sumatera Utara