Outcomes Action Research Pengembangan Program Ronde Klinis

peneliti menggunakan panduan observasi yang telah diuji validitasnya oleh 3 orang ahli manajemen keperawatan. Panduan observasi ini sangat penting sesuai dengan pendapat Kemmis dan Taggart 1988 bahwa observasi harus direncanakan, responsive, kritis dan peka terhadap hal-hal yang tidak terduga. Tahap reflecting dilakukan pada akhir siklus action research dengan melakukan kegiatan Focus Group Discussion FGD. Peran peneliti sebagai fasilitator dalam FGD sangat penting agar dapat menggali fenomena yang dialami oleh partisipan. Hal serupa juga dialami oleh Zaragoza 2004 yang melaksanakan 2 kali FGD pada siklus action research yang dilakukannya untuk mengimplementasikan proses keperawatan di bangsal.

5.2. Outcomes Action Research Pengembangan Program Ronde Klinis

Keperawatan Proses penelitian action research yang telah dilakukan menghasilkan program ronde klinis keperawatan yang merupakan bagian dari program peningkatan mutu pelayanan keperawatan di RSUD Kota Padangsidimpuan. Program ronde klinis keperawatan yang telah disusun mengadopsi protokol ronde keperawatan 4P yang telah dikembangkan oleh Meade et al. 2006. Namun penelitian ini tidak menyertakan Placement dalam prosedur dengan pertimbangan budaya di setting penelitian. Pada tempat penelitian keluarga pasien selalu ada untuk memenuhi kebutuhan pasien sehingga tidak dibutuhkan adanya tindakan placement. Prosedur ronde klinis keperawatan ditambahkan peneliti dengan Universitas Sumatera Utara pengkajian terhadap alat medis yang terpasang seperti infuse, NGT dan selang kateter. Program ronde klinis keperawatan yang telah diaplikasikan telah menghasilkan adanya perbedaan tingkat kepuasan pada kelompok pasien yang tidak menerima aplikasi ronde klinis keperawatan dengan kelompok pasien yang menerima aplikasi ronde klinis keperawatan. Hal ini sejalan dengan penelitian Febriana 2009 yang menemukan bahwa kempompok pasien yang menerima aplikasi ronde klinis keperawatan 5 kali lebih puas dibandingkan dengan kelompok pasien yang tidak menerima aplikasi ronde klinis keperawatan. Aplikasi dari program ronde klinis keperawatan juga menghasilkan adanya peningkatakan kepuasan kerja perawat. Hasil ini berbeda dengan penelitian Saleh 2002 yang menemukan tidak adanya perbedaan yang bermakna pada tingkat kepuasan kerja perawat sebelum dan sesudah aplikasi ronde klinis keperawatan. Penelitian ini juga menghasilkan adanya peningkatan pelaksanaan ronde klinis keperawatan di ruang rawat inap. Peningkatan pelaksanaan ronde klinis ini terjadi disebabkan pelaksanaan briefing dan sosialisasi program ronde klinis keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan partisipan dalam pelaksanaan ronde klinis keperawatan. Hal ini sejalan dengan penelitian Setiawan, Hattakhit dan Boonyoung yang melaksanakan workshop dan diskusi individu atau kelompok untuk meningkatkan pengetahuan partisipan dalam menerapkan perilaku caring di ruang perawatan intensif stroke RS Pirngadi Medan. Universitas Sumatera Utara

5.3. Pelajaran yang Diperoleh dari Penelitian