Sel Darah Putih Pengaruh pemberian madu kelengkeng (Nephelium longata L.) terhadap jumlah sel darah putih pada hewan uji tikus putih jantan galus wistar.

1. Granulosit

Menurut Pearce 2009 granulosit terdiri dari neutrofil, basofil,dan eosinofil dimana tiap sel tersebut mengandung nukleus yang berbelah banyak dan sel-sel ini biasanya disebut dengan polimorfonuklear leukosit PMN Sacher and McPherson, 2004.

a. Neutrofil

Gambar 2. Weiss and Wardrop, 2010 Sel neutrofil merupakan komponen polimorfonuklear yang paling banyak dijumpai. Neutrofil merupakan fagositosis yang penting dalam pertahanan tubuh lini pertama untuk melawan bakteri dan fungsi tetapi juga berperan sebagai efektor inflamasi Kresno, 2001. Fungsi utama neutrofil adalah memberikan respon imun non spesifik dengan melakukan fagositosis serta membunuh atau menyingkirkan mikroorganisme yang masuk. Selain itu fungsi dari neutrofil adalah sebagai pembersihan debris, partikel, bakteri dan memusnahkan organisme mikroba, mencegah invasi oleh mikroorganisme patogen, melokalisasi dan mematikan patogen-patogen tersebut apabila terjadi invasi Sacher and McPherson, 2004. Jumlah neutrofil normal pada tikus jantan usia 2-3 bulan adalah 6,2-26,7 dari jumlah leukosit Giknis and Cliffort, 2008.

b. Eosinofil

Gambar 3. Eosinofil Weiss and Wardrop, 2010 Sel eosinofil merupakan jenis leukosit yang paling sedikit dijumpai dan memiliki fungsi dalam pertahanan terhadap infeksi parasit helmintik dan berperan dalam respon alergi. Selain itu eosinofil juga berfungsi sebagai proteksi bagi penjamu dengan mengakhiri respon peradangan, eosinofil juga memfagositosis sisa-sisa sel dengan tingkat rendah daripada neutrofil Corwin, 2009. Di dalam darah tikus normal usia 2-3 bulan terdapat eosinofil sekitar 0,2-3,5 dari jumlah total leukosit Giknis and Cliffort, 2008. Eosinofil berkembang di sumsum tulang sebelum bermigrasi ke aliran darah dan beredar selama 30 menit. Eosinofil kemudian akan bermigrasi ke jaringan dan tetap berada disana sampai 12 hari. Sel ini dapat dibedakan dari sel lain karena mempunyai granul yang berwarna jingga berisi protein basa dan enzim perusak. Eosinofil terutama efektif dalam menyingkirkan antigen yang merangsang pembentukkan IgE, dimana sel ini punya reseptor yang dapat melekat erat pada partikel yang dilapisi IgE. Eosinofil juga terdapat banyak pada tempat-tempat yang mengalami alergi Kresno, 2001. Walaupun eosinofil mampu melakukan fagositosis, eosinofil tidak bersifat bakterisidal. Selain hal tersebut eosinofil juga mengandung beberapa enzim yang dapat menginaktifkan mediator-mediator peradangan dan juga mengandung histamine seperti basofil Sacher and McPherson, 2011. Di dalam darah tikus normal usia 2-3 bulan jumlah eosinofil ada sekitar 0,2- 3,5 dari jumlah total leukosit Giknis and Cliffort, 2008.

c. Basofil

Gambar 4. Basofil Weiss dan Wardrop, 2010 Basofil merupakan leukosit granular yang memiliki jumlah paling sedikit di antara komponen leukosit lainnya. Granul sitoplasmanya berasosiasi kuat dengan zat warna yang bersifat basofili seperti hematoksilin. Basofil memiliki fungsi yang serupa dengan sel mast, yaitu membangkitkan proses peradangan akut pada tempat deposisi antigen. Basofil memiliki granula di sitoplasma yang besar serta kasar Sacher and McPherson, 2011. Basofil akan teraktivasi oleh adanya cedera atau infeksi mengeluarkan bradikini, histamin dan serotonin yang akan menigkatkan permeabilitas kapiler dan aliran darah ke tempat yang mengalami cedera atau infeksi, menuju daerah yang diperlukan mediator lain untuk mengeliminasi infeksi dan mempercepat penyembuhan Corwin, 2009. Di dalam darah tikus normal usia 2-3 bulan jumlah basofil ada sekitar 0-0,8 dari jumlah total leukosit Giknis and Cliffort, 2008.

2. Agranulosit

Merupakan sel darah putih yang terdiri dari sel limfosit dan monosit, tidak mengandung nukleus yang berbelah banyak dan memiliki nukleus nonlobular Fiscbach, 2004. a. Monosit Gambar 5. Monosit Weiss and Wardrop, 2010 Monosit merupakan fagositosis penting yang akan berdiferensiasi menjadi makrofag ketika meninggalkan darah. Monosit di produksi di sum-sum tulang dan setelah matang akan masuk ke aliran darah perifer Monosit adalah makrofag muda yang terdapat di aliran darah, sedangkan makrofag dewasa dapat ditemukan dalam jaringan ikat yang disebut histiosit, di perbatasan sinusoid hati atau biasa disebut sel Kupffer, pada otak disebut mikroglia, dan pada paru-paru disebut makrofag alveol. Makrofag sendiri berperan sebagai fagositosit benda asing yang masuk ke dalam tubuh Sacher and McPherson, 2011. Di dalam darah tikus normal usia 2-3 bulan jumlah basofil ada sekitar 0,8-3,8 dari jumlah total leukosit Giknis dan Cliffort, 2008.

b. Limfosit

Gambar 6. Limfosit Weiss and Wardrop, 2010 Limfosit merupakan jenis leukosit terbanyak kedua di dalam darah perifer. Limfosit memiiki ukuran yang lebih kecil dari monosit. Limfosit bersirkulasi di dalam darah dan berada di jaringan limfatik nodus limfe dan limpa yang besar. Limfosit berfungsu dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap antigen molekul asing seperti sel yang dianggap abnormal misalnya sel yang diserang virus, sel kanker dan sel transplan Waught and Grant, 2011. Selain itu limfosit juga memiliki fungsi utama yaitu berinteraksi dengan antigen dan menimbulkan respon imun seperti humoral dalam bentuk produksi antibodi, diperantarai oleh sel disertai pengeluaran oleh berbagai limfokin dan sebagai sitotoksik yang disertai pembentukan limfosit pembunuh sitotoksik Sacher and McPherson, 2004. Jumlah limfosit dalam darah tikus normal usia 2-3 bulan adalah 66,9-90,3 dari jumlah total leukosit Giknis and Cliffort, 2008.

E. Landasan Teori

Madu kelengkeng merupakan salah satu jenis madu monoflora yang diproduksi berasal dari satu nektar saja yaitu bunga kelengkeng. Madu kelengkeng mengandung banyak senyawa organik dan salah satunnya yang diketahui berperan dalam sistem imun adalah flavonoid. Saat ini telah banyak dikembangkan penelitian yang mengemukakan manfaat dari flavonoid. Saifulhaq cit., Senas, 2012 membuktikan bahwa senyawa antioksidan yaitu flavonoid daapt digunakan sebagai imunomodulator karena dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Selain hal tersebut, beberapa penelitian terdahulu juga telah membuktikan bahwa bahwa flavonoid dapat meningkatkan jumlah leukosit pada hewan uji tikus putih yang terpapar benzena Khumairoh, Tjandrakirana dan Budijastuti, 2013. Leukosit merupakan lini pertama dalam pertahan tubuh non spesifik. Leukosit akan berperang pertama kali jika adanya benda atau mikroorganisme asing yang masuk ke dalam tubuh. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut, maka ada kemungkinan dengan adanya pemberian madu kelengkeng dapat memberikan pengaruh terhadap sistem imun non spesifik berupa peningkatan jumlah leukosit pada tikus jantan galur Wistar.

F. Hipotesis

Pemberian madu kelengkeng memiliki pengaruh berupa peningkatan terhadap jumlah sel darah putih pada hewan uji tikus putih jantan galur Wistar. 21

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni, yaitu dengan melakukan percobaan terhadap kelompok perlakuan dan hasilnya dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian acak lengkap pola searah. Rancangan acak merupakan cara menetapkan sampel yang digunakan pada penelitian dengan pengacakan sehingga setiap sampel akan mendapat kesempatan yang sama untuk masuk dalam kelompok kontrol atau kelompok perlakuan. Pola searah ditunjukkan dengan adanya perlakuan yang sama pada kelompok perlakuan, yaitu pemberian larutan madu kelengkeng. Penelitian ini dilakukan pada subjek uji tikus putih jantan galur Wistar yang dipeoleh dari laboratorium Imono Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Kriteria inklusi yaitu tikus putih berkelamin jantan, berat badan lebih kurang antara 200-300 gram, berumur 2-3 bulan, sehat, bergalur Wistar. Kriteria drop out adalah tikus yang mati selama perlakuan. Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi-Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan di Unit III Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Dokumen yang terkait

Uji Efek Repellent Nabati Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum L.) Terhadap Tikus Putih Jantan Galur Wistar

10 33 75

PENGARUH SEDIAAN MADU BUNGA KELENGKENG (Nephelium longata L) TERHADAP FARMAKOKINETIKA PARASETAMOL YANG DIBERIKAN BERSAMA SECARA ORAL PADA KELINCI JANTAN.

0 2 25

Pengaruh pemberian campuran madu kelengkeng (Nephelium longata L.) dan ekstrak etanolik jahe emprit (Zingiler officinale Roscoe) terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat tikus putih jantan galur wistar.

0 2 93

Pengaruh pemberian madu klengkeng (Nephelium longata L). terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat pada tikus putih jantan galur wistar.

0 3 74

Pengaruh pemberian campuran madu kelengkeng (Nephelium longata L.) dan ekstrak etanolik jahe emprit (Zingiber officinale Roscoe)terhadap jumlah sel darah putih pada tikus putih jantan galur wistar.

0 6 107

Pengaruh pemberian madu hutan terhadap proliferasi limfosit pada hewan uji tikus jantan galur wistar.

0 0 8

Pengaruh pemberian campuran madu kelengkeng (Nephelium longata L.) dan ekstrak etanolik jahe emprit (Zingiber officinale Roscoe)terhadap jumlah sel darah putih pada tikus putih jantan galur wistar

0 1 105

Pengaruh pemberian campuran madu kelengkeng (Nephelium longata L.) dan ekstrak etanolik jahe emprit (Zingiler officinale Roscoe) terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat tikus putih jantan galur wistar

4 12 91

Pengaruh pemberian madu klengkeng (Nephelium longata L). terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat pada tikus putih jantan galur wistar

0 0 72

Pengaruh pemberian madu kelengkeng (Nephelium longata L.) terhadap jumlah sel darah putih pada hewan uji tikus putih jantan galus wistar - USD Repository

0 0 86