Tahapan untuk menghitung jumlah total leukosit dilakukan dengan cara menampung sebanyak 1 mL sampel darah tikus ke dalam wadah berupa
tabung yang sudah diberikan EDTA terlebih dahulu sebagai antikoagulan untuk mencegah terjadinya pembekuan darah. Sampel darah tersebut kemudian
dilakukan perhitungan untuk jumlah total leukosit degan metode flow cytometry menggunakan Sysmex XT 1800i Automated Hematology
Analyzers. Sel darah akan disedot ke dalam aliran sel yang dikelilingi dengan aliran fluida yang sempit. Darah akan melewati sinar laser yang terfokus
kemudian darah akan menyerap dan menyebarkan cahaya yang mengenainya. Cahaya yang diserap pada panjang gelombang yang sesuai akan dipancarkan
kembali dengan panjang gelombang yang berbeda. Cahaya atau fluoresent akan menyebarkan sinyal yang akan terdeteksi oleh ioda sehingga akan diperoleh
data kuantitatif secara digital yang akan terbaca dan ditampilkan oleh komputer Idowu and Riley, 2003.
Data yang diperoleh dari hasil perhitungan jumlah sel darah putih dianalisis secara statistik menggunakan program komputer SPSS 17.00 untuk
melihat perbedaan signifikansi antar kelompok yang melibatkan semua kelompok uji.
D. Tahap Orientasi Dosis Madu Kelengkeng
Tahap orientasi dosis madu kelengkeng bertujuan untuk mengetahui mengetahui dosis madu kelengkeng yang memberikan pengaruh terhadap
peningkatan jumlah total dan hitung jenis sel darah putih leukosit. Data yang diperoleh dari hasil dianalisis secara statistik menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov untuk mengetahui distribusi normal yang dilanjutkan dengan uji Levene untuk mengetahui homogenitas data. Kemudian dilakukan analisis one way
ANOVA dengan taraf kepercayaan 95..
1.Tahap orientasi hitung total leukosit
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dengan nilai p=0,632 p0,05 Lampiran 9. Hasil uji Levene
menunjukkan bahwa data memiliki variasi yang homogen dengan nilai signifikansi p=0,131 p0,05 Lampiran 9. Kemudian data yang terdistribusi
normal dan homogen dilanjutkan dengan uji one way ANOVA.
Tabel I. Purata ± SD Jumlah Total Leukosit setelah Pemberian Madu Kelengkeng
Kelompok n
Rata-rata Leukosit±SD
P
Kelompok I 3
9,520±2,785
0,567
BTB
Kelompok II 3
11,460±2,240 Kelompok III
3 12,550±2,050
Kelompok IV 3
13,430±5,500 Ket. Kel. I : Kontrol negatif
Kel. II : Madu kelengkeng dosis 0,6 mL200 g BB
Kel. III : Madu kelengkeng dosis 1,2 mL200 g BB
Kel. IV : Madu kelengkeng dosis 2,3 mL200 g BB
BTB
:
Berbeda Tidak Bermakna
Hasil uji statistik one way ANOVA menunjukkan nilai p= 0,567 p0,05 Lampiran 9. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pemberian madu
kelengkeng belum dapat menstimulasi respon imun non spesifik khususnya peningkatan jumlah total leukosit secara maksimal. Dosis yang digunakan pada
tahap percobaan tetap menggunakan dosis pada tahap orientasi dengan pertimbangan tidak mungkin untuk menaikkan dosis madu kelengkeng lagi karena
dosis yang digunakan sudah mencapai batas volume maksimal pemberian pada tikus yang dikhawatirkan jika ditingkatkan akan menyebabkan kematian pada
hewan uji ketika diberikan madu kelengkeng secara peroral. Penurunan dosis madu kelengkeng juga tidak dilakukan karena pada dosis yang digunakan ini
menunjukkan terdapat perbedaan yang tidak bermakna dan apabila dilakukan penurunan dosis dikhawatirkan bahwa efek imunostimulan madu kelengkeng
semakin tidak dapat terlihat sehingga tetap tidak menunjukkan hasil yang berbeda secara signifikan.
2. Tahap orientasi hitung jenis leukosit
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov data hitung jenis leukosit yang terdiri dari neutrofil, monosit, limfosit, basofil dan eusinofil menunjukkan bahwa data
terdistribusi normal dengan nilai p=0,589; p=0,683; p=0,766; p=0,822; p=1,118 p0,05 Lampiran 10, 11, 12,13, dan 14. Hasil uji Levene menunjukkan bahwa
data homogen dengan nilai p=0,129; p=0,555; p=0,266; p=0,330; p=0,664 p 0,05 Lampiran 10, 11, 12, 13, dan 14. Data yang terdistribusi normal dan
homogen dilanjutkan dengan uji one way ANOVA.