flavonoid, dan glikosida Rostinawati, 2009 dan hal ini diperkuat oleh Gheldof, et al.2002 yang menyatakan bahwa madu memiliki kandungan antioksidan yang
tinggi yang salah satunya adalah flavonoid. Salah satu jenis madu monoflora yang diproduksi secara kontinyu di
Indonesia adalah madu kelengkeng yang berasal dari satu jenis bunga kelengkeng
Parwata, Ratnayani, Listya, 2010. Dari hasil survey madu di pasaran, madu kelengkeng banyak digunakan oleh masyarakat. Madu kelengkeng
ini banyak digunakan karena rasanya yang lebih manis dan legit dibandingkan dengan jenis madu lainnya sehingga lebih disukai oleh masyarakat.
Dari berbagai manfaat madu kelengkeng yang ada, salah satunya yang diketahui adalah untuk
meningkatkan daya tahan tubuh Aden, 2010.
Komposisi madu kelengkeng yang diketahui dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sidiqqa 2008 menyatakan bahwa madu kelengkeng memiliki kandungan berupa flavonoid dan gula. Flavonoid adalah senyawa polifenol yang
secara struktur kimianya terdiri dari flavonol, flavon, flavanon, iso flavon, katekin, antosianidin dan kalkon Arnas, 2009. Flavonoid dilaporkan memiliki
manfaat sebagai imunostimulan Maratani, 2006 dan didukung penelitian yang dilakukan oleh Saifulhaq cit., Senas, 2012 membuktikan bahwa senyawa
antioksidan yaitu flavonoid dapat digunakan sebagai imunomodulator karena dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Khumairoh, Tjandrakirana, dan
Budijastuti 2013 menyatakan bahwa flavonoid dapat meningkatkan jumlah leukosit pada tikus putih yang terpapar benzena dan hal ini didukung dengan
penelitian yang dilakukan oleh Tonks, dkk.cit., Manyi-Loh, Clarke dan Roland, 2011 yang menyatakan bahwa madu dapat meningkatkan leukosit pada mencit.
Leukosit merupakan kompenen penting di dalam tubuh yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Peningkatan jumlah sel leukosit merupakan respon
dalam bentuk proteksi terhadap adanya sel asing termasuk infeksi bakteri yang masuk ke tubuh. Leukosit termasuk ke dalam sistem imun nonspesifik yang
merupakan pertahanan terdepan yang siap berfungsi jika ada benda asing atau mikroba yang masuk ke dalam tubuh dan dapat memberikan respon langsung
Bratawidjaja, 2010. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut dan
mengingat sejauh ini masih belum ada publikasi yang menyebutkaan tentang pengaruh pemberian madu kelengkeng terhadap jumlah sel darah putih terutama
di Indonesia maka penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh dari
pemberian madu kelengkeng terhadap jumlah sel darah putih pada tikus putih jantan galur Wistar sehingga dapat memberikan tambahan informasi bahwa
penggunaan madu kelengkeng dapat berkhasiat sebagai imunomodulator untuk meningkatkan kesehatan.
1. Permasalahan
Apakah pemberian madu kelengkeng memberikan pengaruh berupa peningkatan jumlah sel darah putih pada hewan uji tikus putih jantan galur
Wistar?
2. Keaslian penelitian
Berdasarkan pengetahuan dan penelusuran pustaka yang dilakukan oleh penulis mengenai “Pengaruh Pemberian Madu Kelengkeng Terhadap
Jumlah Sel darah Putih Pada Hewan Uji Tikus Putih Jantan Galur Wistar”, belum pernah dilakukan, namun ada beberapa penelitian sejenis yang pernah
dilakukan sebelumnya yaitu : a. Parwata, Ratnayani, dan Listya, 2010, Aktivitas Antiradikal Bebas Serta
Kadar Beta Karoten Pada Madu Randu Ceiba pentandra dan Madu Kelengkeng Nephelium longata L.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
aktivitas antiradikal bebas pada madu kelengkeng lebih besar dibandingkan pada madu randu tetapi sebaliknya kadar beta karoten pada madu randu
lebih tinggi dibandingkan pada madu kelengkeng. Aktivitas antiradikal bebas dan kadar beta karoten pada madu kelengkeng adalah 82,10 dan
1,9687 mg100 g sedangkan untuk madu randu yaitu 69,37 dan 3,6327 mg100 g.
b. Sari, 2006, Aktivitas Imunomodulator Infusa Daun Rambutan Nephelium lappaceum, L. Terhadap respon Imun Non-spesifik Pada Mencit Secara In
Vivo. Hasil penelitian menunjukkan pada hitung jenis leukosit terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok ekstrak infus 100 mgkgBB
terhadap kelompok kontrol negatif baik pada parameter monosit maupun neutrofil. Pada pengamatan hitung total leukosit terdapat perbedaan yang
bermakna antara kelompok perlakuan ekstrak infusa 200mgkgBB terhadap kelompok kontrol negatif.
c. Gomathi, Prameela, Kumar, and Rajendra, 2012, Evaluation of Immunomodulatory activity of Anthocyanins from two forms of Brassica
oleracea. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian Brassica oleracea dan f.alba athocyanin extract meningkatkan respon imun
humoral, selular dan sel darah putih dibandingkan dengan kontrol. d. Mastan, Saraseeruha, Gourishankar, Chaitanya, Raghunandan,Reddy, and
Kumar, 2012, Immunomodulatory Activity of Methanolic Extract of Syzygium Cumini Seeds. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
ekstrak metanolik Syzygium Cumini Seeds memberikan hasil berupa peningkatkan jumlah hitung total leukosit, hitung jenis leukosit berupa
neutrofil dan limfosit.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoretis 1 Memberikan informasi ilmiah bagi ilmu pengetahuan mengenai manfaat
madu kelengkeng sebagai imunomodulator. 2 Menjadi dasar dalam pengembangan penelitian di bidang ilmu
kefarmasian khususnya tentang madu kelengkeng dapat meningkatkan kesehatan masyarakat.
b. Manfaat praktis. Memberikan informasi dan tambahan wawasan bagi masyarakat dalam memanfaatkan madu kelengkeng sebagai salah satu
alternatif untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit dan meningkatkan kesehatan.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Memperoleh informasi mengenai pengaruh pemberian madu kelengkeng pada hewan uji tikus putih jantan galur Wistar sebagai
imunomodulator.
2. Tujuan khusus
Memperoleh informasi mengenai pengaruh pemberian madu kelengkeng berupa peningkatan jumlah sel darah putih pada hewan uji tikus
putih jantan galur Wistar.
7
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Madu
Madu adalah cairan manis yang berasal dari nektar tanaman yang diproses oleh lebah menjadi madu dan tersimpan dalam sel-sel sarang lebah. Sejak
ribuan tahun yang lalu sampai sekarang ini, madu telah dikenal sebagai salah satu bahan makanan atau minuman alami yang mempunyai peranan penting dalam
kehidupan Hariyati, 2010. Manfaat madu di antarannya untuk pengobatan,
pemeliharaan kesehatan, bahan pengawet alami, serta bahan pemanis makanan dan minuman Suranto, 2004.
1. Jenis madu
Jenis madu berdasarkan sumber nektarnya ada dua yaitu madu monoflora yang merupakan jenis madu yang berasal dari satu jenis bunga yang
dominan sebagai sumber madu. Sedangkan madu poliflora adalah jenis madu yang dihasilkan dari nektar berbagai macam tanaman, dimana terdapat
beberapa jenis bunga sekaligus yang dominan di dalam madu. Madu jenis inilah yang sering disebut dengan madu campuran blended honey yang
memiliki beberapa cairan bunga sekaligus Aden, 2010. Berdasarkan warnanya madu dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,
yaitu madu jernih water white, amber, hitam dark amber, putih white. Mulu, Tessema and Derby, 2004.
Di Indonesia terdapat beberapa jenis madu berdasarkan jenis flora yang menjadi sumber nektarnya, yaitu madu monoflora dan polifora. Madu