3000 rpm selama 10 menit. Pada bagian atas akan tampak lapisan cairan berwarna bening yaitu supernatan yang merupakan plasma yang kemudian
dibuang. Kemudian tambahkan larutan Phosphat Buffered Saline PBS pH 7,2 dalam tabung sebanyak tiga kali volume SDMD yang tersisa. Tabung dibolak-
balik agar tersuspensi rata dan disentrifuge kembali dengan kecepatan 3000 rpm. Pencucian dilakukan paling sedikit tiga kali. Setelah disentrifugasi, PBS
dibuang kembali sehingga yang tertinggal di dalam tabung adalah SDMD 100. Kemudian suspensi SDMD 100 diambil sebanyak 0,5 ml lalu
ditambahkan PBS dengan volume sama sehingga didapat suspensi SDMD 50. Untuk mendapatkan suspensi SDMD 1, maka dari suspensi SDMD
50 diambil sebanyak 1 mL kemudian ditambahkan PBS sampai 50ml Kumala, Dewi, dan Nugroho, 2012.
4. Tahap orientasi dosis madu kelengkeng
Tahap orientasi dosis dilakukan untuk mengetahui dosis madu kelengkeng yang dapat menyebabkan peningkatan jumlah sel darah putih pada
hewan uji tikus jantan. Tikus jantan sejumlah 12 ekor dari galur Wistar, umur 2-3 bulan, berat badan 200-300 g. Tikus tersebut dibagi secara random menjadi
4 kelompok, dengan masing-masing kelompok berjumlah tiga ekor. Kelompok-kelompok tersebut antara lain :
a. Kelompok kontrol negatif : kelompok tikus tanpa diberi perlakuan madu kelengkeng.
b. Kelompok perlakuan 1 : kelompok tikus yang diberi larutan madu kelengkeng dengan dosis 0,6 mL200 g BB.
24
c. Kelompok perlakuan 2 : kelompok tikus yang diberi larutan madu kelengkeng dengan dosis 1,2 mL200 g BB.
d. Kelompok perlakuan 3 : kelompok tikus yang diberi larytan madu kelengkeng dengan dosis 2,3 mL200 g BB.
Dua belas ekor tikus disuntikkan dengan madu kelengkeng secara peroral sesuai dengan dosis masing-masing untuk tiap kelompok percobaan
selama 7 hari berturut-turut Gomathi, Prameela, Pumar, and Rajendra, 2012. Pada hari ke-0 semua tikus diinjeksi dengan antigen berupa suspensi darah
merah domba SDMD 1 sebanyak 2 mL200 g BB secara peritonial Kumala, dkk., 2012. Kemudian pada hari ke-8, darah tikus akan dikumpulkan
melalui sinus orbitalis untuk dilakukan perhitungan jumlah total dan hitung jenis sel darah putih leukosit dengan metode flow cytometry menggunakan
alat Sysmex XT 1800i Automated Hematology Analyzers yang dilakukan di laboratorium klinik Hi-Lab Yogyakarta. Hasil percobaan pada tahap orientasi
dosis ini akan digunakan pada tahap percobaan.
5. Tahap percobaan
Tikus jantan sejumlah 20 ekor dari galur Wistar, umur 2-3 bulan, berat badan 200-300 g. Tikus tersebut dibagi secara random menjadi empat
kelompok, dengan masing-masing kelompok berjumlah lima ekor. Kelompok- kelompok tersebut antara lain :
a. Kelompok kontrol negatif : kelompok tikus tanpa diberi perlakuan madu kelengkeng.
b. Kelompok perlakuan 1 : kelompok tikus yang diberi larutan madu kelengkeng dengan dosis dan volume pemberian yang didapatkan dari hasil orientasi
yaitu 0,6 ml200 g BB. c. Kelompok perlakuan 2 : kelompok tikus yang diberi larutan madu kelengkeng
dengan dosis dan volume pemberian yang didapatkan dari hasil orientasi yaitu 1,2 ml200 g BB.
d. Kelompok perlakuan 3 : kelompok tikus yang diberi larutan madu kelengkeng dengan dosis dan volume pemberian yang didapatkan dari hasil orientasi
yaitu 2,3 ml200 g BB. Dua puluh ekor tikus disuntikkan dengan madu kelengkeng secara
peroral sesuai dengan dosis masing-masing untuk tiap kelompok percobaan selama 7 hari berturut-turut Gomathi, dkk., 2012. Pada hari ke-0 semua tikus
diinjeksi dengan antigen berupa suspensi darah merah domba SDMD 1 sebanyak 2 mL200 g BB secara peritonial Kumala, dkk., 2012. Kemudian
pada hari ke-8, darah tikus akan dikumpulkan melalui sinus orbitalis untuk dilakukan perhitungan jumlah total dan hitung jenis sel darah putih leukosit.
Perhitungan jumlah total dan hitung jenis leukosit dilakukan dengan cara yang sama seperti yang dilakukan pada tahap orientasi.
F. Analisis Hasil
Data yang diperoleh dievaluasi secara statistik dengan melakukan uji normalitas menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov p0,05. Data yang
terdistribusi normal p 0,05 dilanjutkan dengan uji Levene untuk mrngrtahui homogenitas data. Data selanjutnya dianalisis dengan uji one way ANOVA
dengan taraf kepercayaan 95, kemudian jika data terdapat perbedaan yang bermakna dilanjutkan dengan uji Tukey.
29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian madu kelengkeng terhadap jumlah total sel darah putih pada hewan uji tikus putih jantan
galur Wistar. Pengukuran jumlah total sel darah putih dilakukan di laboratorium klinik Hi-Lab Yogayakarta menggunakan metode Flow Cytometry. Data yang
diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui distribusi normal data kemudian dilanjutkan dengan uji Levene untuk
mengetahui homogenitas data dan selanjutnya dilakukan analisis one way ANOVA dengsan taraf kepercayaan 95.
A. Identifikasi Madu Kelengkeng
Penelitian ini menggunakan bahan alam berupa madu kelengkeng sebagai bahan utama yang berasal dari salah satu distributor madu di kota
Yogyakarta. Kebenaran identitas dan kemurnian madu kelengkeng diketahui dengan melakukan identifikasi pada madu kelengkeng yang digunakan. Proses
identifikasi yang dilakukan pada madu kelengkeng ini dilakukan dengan beberapa cara-cara sebagai berikut :
a. Ihsan 2011 dengan menuangkan madu ke dalam segelas air dimana jika madu tersebut mengendap dan tiak bercampur dengan air dan air
tetap jernih maka madu tersebut murni. b. Menurut cara yang dijelaskan oleh Saqa 2010 yaitu saat
menuangkan cairan madu dari dalam wadah, madu dikatakan murni jika saat dituang madu tersebut seperti benang dan tidak terputus.