Laporan Keuangan TINJAUAN PUSTAKA

6. Pemakai Laporan Keuangan Para pemakai laporan keuangan akan memerlukan informasi dari laporan keuangan dalam rangka membantu proses pengambilan keputusan ekonomi mereka. Keputusan yang biasanya harus diambil oleh pihak-pihak tersebut antara lain sebagai berikut Munawir, 2001: 2: a. Investor Para investor dan juga calon investor berkepentingan terhadap informasi laporan keuangan antara lain untuk pengambilan keputusan apakah tetap mempertahankan atau menjual saham suatu perusahaan. b. Kreditur Para kreditur berkepentingan terhadap informasi laporan keuangan untuk menilai apakah laba yang diperoleh suatu perusahaan akan mampu digunakan untuk membayar beban bunga periodik dan apakah perusahaan mempunyai prospek dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. c. Manajer Para manajer berkepentingan terhadap informasi laporan keuangan untuk dapat melakukan penelitian apakah perusahaan mempunyai kemampuan untuk membayar deviden, apakah cukup tersedia dana yang akan dapat digunakan untuk pengembangan usahanya dan apakah ada kemungkinan keberhasilan perusahaan di masa datang di bawah kepimpinannya. d. Analis Sekuritas Para analis sekuritas terhadap informasi tentang estimasi laba dimasa datang dan kekuatan keuangan sebagai elemen penting untuk dasar penentuan nilai sekuritas. e. Analis Kredit Para analisis kredit menginginkan untuk dapat menetukan aliran dana dimasa datang dan konsekuensinya pada posisi keuangan perusahaan sebagai upaya untuk dapat mengevaluasi resiko kredit yang melekat pada perluasan kreditnya.

B. Kebangkrutan

1. Pengertian Kebangkrutan Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas. Kegagalan keuangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo. Menurut Martin.et.al 1995: 376 dikutip oleh Adnan dan Kurniasih 2000: 137, menyatakan bahwa kebangkrutan sebagai kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti yaitu : a. Kegagalan ekonomi economic failure Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak menutupi biayanya sendiri, ini berarti tingkat laba lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atas biaya historis dari investasinya lebih kecil dari pada biaya modal perusahaan. b. Kegagalan keuangan financial failure Kegagalan keuangan bisa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk: 1 Insolvensi teknis Tehnical insolvency Perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Insolvensi juga terjadi bila arus kas tidak cukup untuk memenuhi pembayaran bunga atau pembayaran kembali pokok pada tanggal tertentu Adnan dan Kurniasih, 2000: 137. 2 Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan Dalam pengertian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca atau nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban Adnan dan Kurniasih, 2000: 137. .

2. Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan

Menurut Jauch dan Glueck 1995: 87 dalam Adnan dan Kurniasih 2000: 139, secara garis besar faktor-faktor penyebab kebangkrutan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : a. Faktor Umum 1 Sektor Ekonomi Faktor-faktor penyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang asing serta neraca pembayaran, surplus atau defisit dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri. 2 Sektor Sosial Perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawan, kerusuhan atau kekacauan yang terjadi di masyarakat. 3 Sektor Teknologi Penggunaan teknologi informasi menyebabkan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan menjadi lebih besar terutama untuk pemeliharaan dan implementasi. 4 Sektor Pemerintah Kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang yang berubah, kebijakan Undang-Undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja juga dapat menjadi penyebab kebangkrutan. b. Faktor Eksternal Perusahaan 1 Sektor Pelanggan Perusahaan harus dapat mempertahankan konsumennya dan mencegah konsumen berpaling ke pesaing, sekaligus menciptakan peluang untuk menemukan konsumen baru agar dapat menghindari menurunnya hasil penjualan yang akan mengakibatkan menurunnya pendapatan perusahaan. 2 Sektor Pemasok Hubungan kerja sama antara pemasok dengan perusahaan sangat penting karen akekuatan pemassok untuk menaikkan harga dan mengurangi keuntungan pembelinya tergantung pada seberapa jauh pemasok ini berhubungan dengan pedagang bebas. 3 Sektor Pesaing Produk pesaing yang lebih diterima masyarakat menyebabkan perusahaan kehilangan konsumen sehingga mengurangi pendapatan yang seharusnya diterima. c. Faktor Internal Perusahaan 1 Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada debitur atau pelanggan. Kebangkrutan bisa terjadi karena terlalu besarnya jumlah kredit yang diberikan kepada para debitur atau pelanggan yang pada akhirnya tidak bisa dibayar oleh pelanggan pada waktunya. 2 Manajemen yang tidak efisien Kurang adanya kemampuan, pengalaman, keterampilan, sikap adaptif dan inisiatif dari manajemen dapat pula menyebabkan kebangkrutan bagi suatu perusahaan. 3 Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan-kecurangan Penyalahgunaan wewenang banyak dilakukan oleh karyawan, kadang oleh manajer puncak dan itu sangat merugikan, apalagi kalau berhubungan dengan keuangan perusahaan. Indikator-indikator yang menandai perusahaan akan mengalami kebangkrutan Adnan dan Kurniasih, 2000: 139: a. Volume penjualan yang relatif rendah atau adanya tren penjualan yang menurun b. Cash flow yang negatif c. Kerugian yang selalu terjadi dari kegiatan operasinya d. Utang yang selalu membengkak

3. Pentingnya Informasi Mengenai Prediksi Kebangkrutan

Menurut Harnanto 1984: 484 dalam Adnan dan Kurniasih 2000: 133, mengemukakan pentingnya informasi mengenai pentingnya prediksi kebangrutan bagi pihak-pihak lain yang terkait diantaranya : a. Bagi Investor Informasi adanya prediksi potensi kebangkrutan memberi masukan bagi para investor dalam menanamkan modal mereka, apakah mereka akan terus menanamkan modal atau menghentikan dan membatalkan penanaman modal modal mereka ke perusahaan. Sebab bagaimanapun para investor tidak menginginkan kerugian akibat kesalahan menanam modalnya. b. Bagi Pemerintah Prediksi kebangkrutan digunakan pemerintah untuk menetapkan kebijakan dibidang perpajakan dan kebijakan-kebijakan lain yang menyangkut hubungan pemerintah dengan perusahaan. c. Bagi Bank dan Lembaga Perkreditan Informasi akan kemungkinan kebangkrutan yang dihadapi perusahaan nasabahnya dan calon nasabahnya sangat diperlukan unutk menetukan status apakah pinjaman harus diberikan, negosiasi pembayaran kembali pinjaman perlu dibuat ulang dan kebijakan lain sehubungan dengan pemberian pinjaman.

C. Metode Z-Score

1. Model Z-Score dari Altman Altman 1968 mengembangkan model prediksi kebangkrutan menggunakan metode multiple discriminant analysis MDA. Altman mengambil sampel 66 perusahaan yang dibagi 2 menjadi kelompok perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut untuk periode amatan 1946- 1965. Digunakan lima rasio keuangan yaitu: Working capitaltotal assest, retained earnings total assets, earning before interest and taxestotal