Analisis prediksi kebangkrutan perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

(1)

i

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN

OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh: Natalia Octavia NIM : 092114098

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

iv

“ Diberkatilah orang yang menganDalkan tUhan

yang menarUh harapannya paDa tUhan “ (yer 17;7)

Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian

yang akan dikejar, untuk sebuah pengharapan,

agar hidup jauh lebih bermakna, karena hidup tanpa mimpi ibarat

arus sungai. Mengalir tanpa tujuan.

Teruslah belajar, berusaha, dan berdoa untuk menggapainya.

Jatuh berdiri lagi. Kalah mencoba lagi. Gagal Bangkit lagi.

Never give up! “

Skripsi ini saya persembahkan untuk : Tuhan Yesus Kristus yang slalu mendampingku

Kedua orang tuaku (papa dan mama)


(5)

UNIYERSITAS SANATA DHAR]VIA FAKT]LTAS EKONOMI

JURUS$I AKT]NTAIYSI.PROGRAM STUDI AKT]NTAI\ISI

PER}TYATAAIT KEASLIAAI\I KARYA TTILIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:

* ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN OTOMOTIF

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA *

dan dimajukan untuk diuji pada tanggd 28 Agustus 2013 adalahhasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi

ini tidak terdapat kesehruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk kalimat atau simbol yang

menunjukkan gagasar atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya

aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari fulisan onmg

lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis lainnya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan

ini

saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil

tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya temyata melakukan tindakan menyalia atau meniru tulisan oftmg lain seolah-olah hasil pemikiran saya

sendiri, berarti gelar dan rjaah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 28 Agustus 201 3

Yang membuat pernyataan,

@


(6)

LEMBAR PER}TYATAAN PERSETUJUAI\I PUBLIKASI KARYA

ILMIAH

T]NT[]K KEPENTINGAI\I AKADEh{IS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama

: Natalia Octavia

Nomor

Mahasiswa : 092114098

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISIS PREDIKSI KEBAI\IGKRUTAN PERUSAHAAIY OTOMOTIF YAI\IG TERDAFTAR DI BURSA EIIEK INDONESIA

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

hak

untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

dat4 mendistibusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta

ijin

dari saya mar4)un memberikan royalti kepada saya selama tetap mencanfumkan ftlma saya sebagai penulis.

Demikian pemyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 28 Agustus 201 3

Yang menyatakan

.A1

(Natalia Octavia)


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

2. Dr. H. Herry Maridjo, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

4. M. Trisnawati Rahayu, S.E., Akt., M.Si., QIA sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan, semangat, dan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Josephine Wuri, S.E., M.Si. sebagai dosen penguji ujian atas masukan, kritikan, dan saran yang bermanfaat bagi skripsi ini.


(8)

6.

Dr" Titus Odong Kusumajati,

M.A.

sebagai dosen penguji ujian atas masukan" kritikan, dan saran Vang belmanfaat bagi skripsi ini.

7.

Orang tua dan adikku tercinta atas doa, kesabaran, perhatian, kasih sayang, serta pengorbanan yang telah kalian berikan kepadaku selama ini.

8.

Teman-teman Akuntansi 2009 atas dukungan dan bimbingan kalian semua selama ini.

9.

Sahabatku Domas, Maria, Clara, atas persahabatan kita yang sudah 4 tahun ini, kalian selalu adauntuk memberi warna-warni dalam hidupku.

10. Ibu Tutik yang setia menemaniku di BEI

11. Teman-teman MPT terimakasih atas masukan dan bimbingannya. 12. Teman-teman kost Dhyastra yang telah menemaoiku selama ini. 13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis

bahwa penulisan skripsi

ini masih

jatrh dari

sempruruL Namun penulis berharap semoga skripsi ini berguna dan memberikan manfaat bagi pembaca.

Yogyakarta 1l Juli 2013

ctavia

q,,+

Natalia O


(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 3

C.Batasan Masalah ... 3

D.Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

F. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A.Laporan keuangan ... 7

1. Pengertian Laporan Keuangan ... 7

2. Tujuan Laporan Keuangan ... 8

3. Pengguna Laporan Keuangan... 8

4. Jenis Laporan Keuangan ... 9

5. Analisis Laporan Keuangan ... 10

6. Pemakai Laporan Keuangan... 12

B.Kebangkrutan ... 13

1. Pengertian Kebangkrutan ... 13

2. Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan ... 15

3. Pentingnya Informasi Mengenai Prediksi Kebangkrutan ... 17

C.Metode Z-Score ... 18


(10)

x

2. Komponen Z-Score ... 21

3. Kelebihan dan kelemahan Altman ... 23

D.Penelitian Terdahulu ... 24

BAB III METODE PENELITIAN... 27

A.Jenis Penelitian... 27

B.Tempat Dan Waktu Penelitian ... 27

C.Subjek Dan Objek Penelitian ... 28

D.Data Yang Diperlukan ... 28

E. Teknik Pengumpulan Sampel ... 28

F. Variabel Penelitian ... 30

G.Teknik Pengumpulan Data ... 32

H.Teknik Analisis Data... 33

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 35

A.Bursa Efek Indonesia ... 35

B.Sejarah Singkat Perusahaan Otomotif ... 36

C.Deskripsi Sampel Perusahaan ... 37

BAB VANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 50

A.Deskripsi Data ... 50

B.Analisis Data ... 50

C.Pembahasan... 66

BAB VI PENUTUP ... 85

A.Kesimpulan ... 85

B.Keterbatasan Penelitian ... 86

C.Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88

LAMPIRAN Lampiran I ... 90

Lampiran II ... 94


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Nama Perusahaan ... 29

Tabel 5.1 (Working Capital to Total Assets) ... 52

Tabel 5.2 X2 (Retained Earnings to Total Assets) ... 54

Tabel 5.3 X3 (Earning Before Interest and Tax to Total Assets) ... 56

Tabel 5.4 X4 (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities) ... 58

Tabel 5.5 X5 (Sales to Total Assets) ... 60

Tabel 5.6 Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Otomotif Tahun 2007 ... 61

Tabel 5.7 Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Otomotif Tahun 2008 ... 62

Tabel 5.8 Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Otomotif Tahun 2009 ... 63

Tabel 5.9 Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Otomotif Tahun 2010 ... 64

Tabel 5.10 Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Otomotif Tahun 2011 ... 65

Tabel 5.11 Nilai Z-Score PT. Astra Internasional Tbk. ... 66

Tabel 5.12 Nilai Z-score PT. Astra Otoparts Tbk. ... 67

Tabel 5.13 Nilai Z-Score PT. Gajah Tunggal Tbk. ... 67

Tabel 5.14 Nilai Z-Score PT. Goodyear Indonesia Tbk... 68

Tabel 5.15 Nilai Z-Score PT. Hexindo Adiperkasa Tbk ... 69

Tabel 5.16 Nilai Z-Score PT. Indo Kordsa Tbk ... 70

Tabel 5.17 Nilai Z-Score PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk ... 70

Tabel 5.18 Nilai Z-Score PT. Indospring Tbk... 71

Tabel 5.19 Nilai Z-Score PT. Intraco Penta Tbk ... 72


(12)

xii

Tabel 5.21 Nilai Z-Score PT. Multistrada Arah Sarana Tbk... 74

Tabel 5.22 Nilai Z-Score PT. Nipress Tbk ... 75

Tabel 5.23 Nilai Z-Score PT. Polychem Indonesia Tbk ... 75

Tabel 5.24 Nilai Z-Score PT. Prima Alloy Steel Tbk ... 77

Tabel 5.25 Nilai Z-Score PT. Selamat Sempurna Tbk ... 78

Tabel 5.26 Nilai Z-Score PT. Tunas Ridean Tbk ... 78

Tabel 5.27 Nilai Z-Score PT. United Tractors Tbk ... 79

Tabel 5.28 Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Otomotif Tahun 2007-2011 ... 80

Tabel 5.29 Persentase Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Otomotif Tahun 2007-2011 ... 83


(13)

xiii

ABSTRAK

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Natalia Octavia NIM : 092114098 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Tujuan penelitian ini adalah untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode Altman Z-Score periode tahun 2007-2011. Latar belakang penelitian ini adalah bahwa kebangkrutan perlu diprediksi agar perusahaan dapat memperbaiki kondisi keuangannya.

Jenis penelitian adalah studi empiris. Penelitian menggunakan data sekunder laporan keuangan, yaitu neraca dan laporan laba rugi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model prediksi kebangkrutan Altman Z-Score. Peneliti menggunakan lima variabel yang berkaitan dengan rasio likuiditas X1, profitabilitas X2 dan X3, aktivitas operasi X4 dan X5. Dengan rumus :

Z-score = 0,717 + 0,847 + 3,107 + 0,42 + 0,998 .

Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan pada tahun 2007, perusahaan otomotif yang berada pada kondisi grey area sebesar 41,2% dan 47,1% diprediksi akan mengalami kebangkrutan. Tahun 2008, ada 29,4% perusahaan otomotif yang mengalami penurunan kondisi keuangan di kondisi grey area, 58,8% kondisi bangkrut, dan 11,8% kondisi sehat. Tahun 2009, ada beberapa perusahaan yang mulai memperbaiki kondisi keuangan dengan adanya 29,4% kondisi sehat, 23,5% kondisi grey area, dan 47,1% kondisi bangkrut. Tahun 2010 prediksi kebangkrutan pada otomotif memiliki hasil yang sama dengan tahun sebelumnya sebesar 29,4% otomotif sehat, 29,4% berada pada grey area dan 41,2% masih dalam prediksi keadaan bangkrut. Untuk tahun 2011, terlihat bahwa ada beberapa perusahaan otomotif yang memperbaiki kondisi keuangannya secara signifikan sehingga sebesar 35,3% sehat, 35,3% berada pada grey area, dan 29,4% masih bangkrut.


(14)

xiv

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE PREDICTION OF BANKRUPTCY OF THE AUTOMOTIVE COMPANIES LISTED IN THE INDONESIA STOCK

EXCHANGE

Natalia Octavia NIM: 092114098 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This study aims to find out the prediction of bankruptcy at the automotive companies listed in the Indonesia Stock Exchange using the Altman Z-Score model for the period of 2007-2011. The bankruptcy needs to be predicted so that the company will have adequate information to take any necessary action based on its financial condition.

This research is an empirical study. The research uses secondary data of financial report namely balance sheet and income statement. The data analysis technique employed is the Altman Z-Score bankruptcy prediction model. The researcher uses five variables: liquidity ratios (X1), profitability ratios (X2 and X3), and operating activities ratios (X4 and X5), follows the Altman Z-score formula:

Z-score = 0,717 + 0,847 + 3,107 + 0,42 + 0,998 .

The results shows that in 2007, the automotive company which is in a state of gray area was 41,2% and 47,1% predicted to be bankrupt. In 2008, 29,4% of the automotive companies were in gray areas, 58,8% were predicted to bankrupt and 11,8% were in a good condition. In 2009, 29,4% were in a good condition, 23,5% were in gray areas, and 47,1% were predicted to bankrupt. In 2010 29,4% were in a good condition, 29,4% were in the gray area and 41,2% were predicted to bankrupt. In 2011, 35,3% were in a good condition, 35,3% were in the gray area, and 29.4% were predicted to bankrupt.


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Perkembangan perekonomian yang semakin cepat dan kompleks dari waktu ke waktu, lingkungan bisnis yang kompetitif ditambah dengan perkembangan teknologi yang digunakan untuk memperkuat daya saing ekonomi dan arus informasi yang semakin cepat menjadikan perusahaan untuk terus bersaing. Dalam bersaing, perusahaan akan menentukan strategi untuk menghadapi persaingan tersebut. Perusahaan akan terus berusaha menciptakan produk yang mampu menguasai pasar dan mampu bersaing dengan produk kompetitor agar perusahaan mampu mempertahankan kelangsungan hidup (going concern).

Untuk menjaga going concern perusahaan, terutama dalam industri otomotif, masing-masing perusahaan berpacu untuk meluncurkan produk terbaru, layanan pasca jual yang cepat dan terbaik, pemberian hadiah, bonus, bunga kredit yang murah sampai mendirikan klub untuk mengakrabkan antar pengguna mobil sejenis. Hal ini menimbulkan persaingan ketat yang sportif antar perusahaan. Semakin tingginya persaingan antar perusahaan maka mengakibatkan semakin tinggi pula biaya yang dikeluarkan perusahaan tersebut. Apabila tidak mampu bersaing dalam ketatnya persaingan maka perusahaan akan mengalami kerugian yang pada akhirnya mempengaruhi keuangan perusahaan yang menyebabkan perusahaan mengalami penurunan


(16)

kesehatan perusahaan dan dikhawatirkan akan banyak mengalami kebangkrutan.

Kebangkrutan suatu perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan, dengan cara menganalisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang akan diterapkan. Model yang sering digunakan dalam melakukan analisis laporan keuangan adalah dalam bentuk rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan yang digunakan adalah rasio keuangan yang berasal dari informasi di dalam Neraca dan Laporan Laba Rugi, lebih ditekankan pada rasio yang mencerminkan kinerja aset dan ekuitas perusahaan dalam mencapai laba dan proporsi hutang terhadap aktiva.

Dengan adanya analisa rasio keuangan ini, maka bisa dijadikan suatu tanda peringatan awal adanya potensi kebangkrutan sehingga manajemen diharapkan dapat mengambil langkah-langkah yang cepat dan tepat dalam memperbaiki kondisi sebelum sampai pada kondisi kritis. Kebangkrutan suatu perusahaan akan menimbulkan kerugian berbagai pihak yang berkepentingan dan berkaitan dengan perusahaan. Salah satu model penelitian yang dapat digunakan untuk memprediksi potensi kebangkrutan adalah pendekatan Altman (1968).

Pendekatan Altman terkenal dengan model Multivariate karena model ini menjelaskan hubungan antara lebih dari dua variabel penelitian, yaitu variabel


(17)

dependen berupa nilai Z (menunjukkan kondisi keuangan perusahaan) dan beberapa variabel independen yaitu rasio-rasio keuangan. Model Altman dikenal sebagai analisis Z-score. Secara khusus model ini dapat digunakan untuk menganalisis tanda-tanda perusahaan yang menuju kearah kebangkrutan atau yang tidak sehat. Dari uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk menulis

mengenai “Analisis Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana prediksi kebangkrutan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode Altman Z-score periode tahun 2007-2011 ?

C.Batasan Masalah

Banyak metode dan rasio keuangan yang dapat mempengaruhi perusahaan dalam memprediksi kebangkrutan, seperti The Zmijewski Model (ROA, Leverage, Likuiditas), The Springate Model (working capital / total asset, net profit before interest and taxes / total asset, net profit before taxes / current liabilities, sales / total asset), dan The Altman Model. Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah hanya dengan menggunakan metode dan rasio keuangan yang ditemukan Altman. Rasio-rasio yang digunakan dalam metode Altman tersebut adalah rasio Working Capital to Total Assets, Retained


(18)

Earning to Total Assets, Earning Before Interest and Taxes (EBIT) to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities, Sales to Total Assets. Selain itu, penulis menggunakan data dari perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007-2011.

D.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode Altman Z-score periode tahun 2007-2011.

E.Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

Penulis dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan serta menambah pengetahuan tentang cara memprediksi kebangkrutan.

2. Bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu tanda peringatan awal adanya potensi kebangkrutan sehingga manajemen diharapkan dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang cepat dan tepat dalam memperbaiki kondisi sebelum sampai pada kondisi kritis.


(19)

3. Bagi pihak eksternal perusahaan

Investor, kreditur, dan pemerintah serta pihak-pihak lain yang berkepentingan dapat menggunakan informasi kondisi keuangan suatu perusahaan dalam mengambil suatu keputusan ekonomi dan bisnis yang tepat menghadapi potensi kebangkrutan perusahaan di masa depan.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi kepustakan Universitas Sanata Dharma.

F. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Bab ini akan menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Bab ini akan menguraikan teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian yang dilakukan.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini akan menguraikan tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subyek dan obyek penelitian, teknik


(20)

pengumpulan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data yang dipakai.

BAB IV Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Bursa Efek Indonesia dan juga perusahaan yang dijadikan sampel penelitian.

BAB V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisi analisis terhadap data-data yang telah diperoleh dengan dasar teknik analisis data yang telah ditentukan.

BAB VI Penutup

Bab ini berisi kesimpulan tentang penelitian, keterbatasan penelitian yang dilakukan, serta saran dari penelitian yang telah dilakukan.


(21)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan pusat pelaporan keuangan yang mengkomunikasikan informasi keuangan perusahaan ke pihak di luar perusahaan (FASB, 2003: 1009, par 6). Laporan keuangan menyajikan aktiva, hutang, dan modal suatu unit usaha pada tanggal tertentu, pendapatan dan beban unit usaha selama periode tertentu serta perubahan posisi keuangan dan arus kas.

Laporan keuangan merupakan sarana yang penting karena memberikan input (informasi) yang dapat dipakai dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan memberikan informasi mengenai keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, perubahan ekuitas arus kas perusahaan, dan informasi lain yang berhubungan dengan perusahaan tersebut. Laporan keuangan juga merupakan sarana pertanggung-jawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Secara khusus, laporan keuangan bertujuan membantu pihak luar manajemen mengenai : (1) likuiditas perusahaan, (2) fleksibilitas keuangan, (3) kemampuan operasional perusahaan, dan (4) kemampuan menghasilkan pendapatan selama periode tertentu.


(22)

2. Tujuan Laporan Keuangan Menurut IAI (2000) yaitu :

“Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi, serta menunjukkan pertanggung-jawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.”

3. Pengguna Laporan keuangan

Pengguna laporan keuangan dibagi menjadi dua kelompok yaitu pihak internal dan pihak eksternal. Pihak internal adalah pihak dalam perusahaan yang memiliki wewenang dalam pengelolaan perusahaan, yaitu manajer. Pihak eksternal merupakan pihak di luar manajer yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tetapi dalam banyak hal tidak memiliki kebebasan dan wewenang dalam memperoleh informasi yang berhubungan dengan pengelolaan perusahaan.

Pihak eksternal meliputi investor, kreditur, supplier, dan pemakai lain seperti karyawan, analis keuangan, pialang saham, pemerintah (berkaitan dengan pajak), dan BAPEPAM (berkaitan dengan perusahaan yang go public). Pihak eksternal dapat memperoleh informasi keuangan suatu perusahaan melalui laporan keuangan yang dipublikasikan (Hanafi dan Halim, 2012: 27).


(23)

4. Jenis laporan Keuangan

Menurut IAI (2002), laporan keuangan yang lengkap yaitu: a. Neraca

Neraca menggambarkan kondisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu, dengan menampilkan asset (sumber daya ekonomis) dan klaim atas asset tersebut (meliputi utang dan modal sendiri). Asset perusahaan menunjukkan keputusan penggunaan dana pada masa lalu, sedangkan klaim perusahaan menunjukkan sumber dana tersebut pada masa lalu b. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, dan laba rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu. Tiga elemen pokok dalam Laporan Laba Rugi yaitu (1) pendapatan operasional yang merupakan asset masuk yang berasal dari kegiatan pokok perusahaan, (2) beban operasional sebagai asset keluar dari kegiatan pokok perusahaan, (3) untung atau rugi (gain or loss), gain didefinisikan sebagai kenaikan modal saham dan loss adalah penurunan modal saham dimana keduanya berasal dari transaksi insidental atau bukan merupakan kegiatan pokok perusahaan.

c. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas perusahaan menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan. Laporan Perubahan Ekuitas kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan


(24)

pembayaran dividen, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan. d. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas digunakan untuk melihat efek kas dari kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan. Aktivitas operasi merupakan bagian dari usaha sehari-hari perusahaan. Aktivitas investasi adalah kegiatan yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan aktiva jangka panjang. Sedangkan aktivitas pendanaan merupakan kegiatan di mana kas diperoleh dari atau pembayaran kembali kepada pemilik atau kreditur.

e. Catatan Atas laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen.

5. Analisis Laporan Keuangan

Laporan keuangan dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan (Munawir, 2010: 6). Data dalam laporan keuangan tersebut akan lebih bermanfaaat apabila dilakukan analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan adalah proses penilaian yang bertujuan untuk mengevaluasi posisi keuangan dan hasil-hasil operasi


(25)

perusahaan pada masa lalu, sekarang, dan dapat digunakan untuk memprediksi kondisi dan kinerja perusahaan di masa depan dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan mengungkapkan kekuatan dan kelemahan relatif suatu perusahaan dibandingkan perusahaan lain dalam industri yang sama dan untuk menunjukkan apakah posisi keuangan membaik atau memburuk dalam suatu waktu.

Metode analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (Munawir, 2010: 36):

a. Metode analisa horizontal (dinamis)

Metode analisa horizontal adalah metode analisa yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun sehingga dapat diketahui perkembangannya. Disebut analisis horizontal karena analisis ini membandingkan pos yang sama untuk periode yang berbeda. Selain itu juga disebut sebagai metode analisis dinamis dikarenakan metode ini bergerak dari tahun ke tahun. Contoh: analisis trend, analisis perubahan laba kotor, analisis sumber dan penggunaan dana.

b. Metode analisa vertikal (statis)

Metode analisa vertikal adalah metode analisa yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk tahun yang sama. Contoh: analisis ratio, analisis impas, analisis common-size.


(26)

6. Pemakai Laporan Keuangan

Para pemakai laporan keuangan akan memerlukan informasi dari laporan keuangan dalam rangka membantu proses pengambilan keputusan ekonomi mereka. Keputusan yang biasanya harus diambil oleh pihak-pihak tersebut antara lain sebagai berikut (Munawir, 2001: 2):

a. Investor

Para investor (dan juga calon investor) berkepentingan terhadap informasi laporan keuangan antara lain untuk pengambilan keputusan apakah tetap mempertahankan atau menjual saham suatu perusahaan. b. Kreditur

Para kreditur berkepentingan terhadap informasi laporan keuangan untuk menilai apakah laba yang diperoleh suatu perusahaan akan mampu digunakan untuk membayar beban bunga periodik dan apakah perusahaan mempunyai prospek dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo.

c. Manajer

Para manajer berkepentingan terhadap informasi laporan keuangan untuk dapat melakukan penelitian apakah perusahaan mempunyai kemampuan untuk membayar deviden, apakah cukup tersedia dana yang akan dapat digunakan untuk pengembangan usahanya dan apakah ada kemungkinan keberhasilan perusahaan di masa datang di bawah kepimpinannya.


(27)

d. Analis Sekuritas

Para analis sekuritas terhadap informasi tentang estimasi laba dimasa datang dan kekuatan keuangan sebagai elemen penting untuk dasar penentuan nilai sekuritas.

e. Analis Kredit

Para analisis kredit menginginkan untuk dapat menetukan aliran dana dimasa datang dan konsekuensinya pada posisi keuangan perusahaan sebagai upaya untuk dapat mengevaluasi resiko kredit yang melekat pada perluasan kreditnya.

B.Kebangkrutan

1. Pengertian Kebangkrutan

Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas. Kegagalan keuangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo.

Menurut Martin.et.al (1995: 376) dikutip oleh Adnan dan Kurniasih (2000: 137), menyatakan bahwa kebangkrutan sebagai kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti yaitu :


(28)

a. Kegagalan ekonomi (economic failure)

Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak menutupi biayanya sendiri, ini berarti tingkat laba lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atas biaya historis dari investasinya lebih kecil dari pada biaya modal perusahaan.

b. Kegagalan keuangan (financial failure)

Kegagalan keuangan bisa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk:

1) Insolvensi teknis (Tehnical insolvency)

Perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Insolvensi juga terjadi bila arus kas tidak cukup untuk memenuhi pembayaran bunga atau pembayaran kembali pokok pada tanggal tertentu (Adnan dan Kurniasih, 2000: 137).

2) Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan

Dalam pengertian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca atau nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban (Adnan dan Kurniasih, 2000: 137).


(29)

2. Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan

Menurut Jauch dan Glueck (1995: 87) dalam Adnan dan Kurniasih (2000: 139), secara garis besar faktor-faktor penyebab kebangkrutan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Faktor Umum 1) Sektor Ekonomi

Faktor-faktor penyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang asing serta neraca pembayaran, surplus atau defisit dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri. 2) Sektor Sosial

Perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawan, kerusuhan atau kekacauan yang terjadi di masyarakat.

3) Sektor Teknologi

Penggunaan teknologi informasi menyebabkan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan menjadi lebih besar terutama untuk pemeliharaan dan implementasi.

4) Sektor Pemerintah

Kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang yang berubah,


(30)

kebijakan Undang-Undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja juga dapat menjadi penyebab kebangkrutan.

b. Faktor Eksternal Perusahaan 1) Sektor Pelanggan

Perusahaan harus dapat mempertahankan konsumennya dan mencegah konsumen berpaling ke pesaing, sekaligus menciptakan peluang untuk menemukan konsumen baru agar dapat menghindari menurunnya hasil penjualan yang akan mengakibatkan menurunnya pendapatan perusahaan.

2) Sektor Pemasok

Hubungan kerja sama antara pemasok dengan perusahaan sangat penting karen akekuatan pemassok untuk menaikkan harga dan mengurangi keuntungan pembelinya tergantung pada seberapa jauh pemasok ini berhubungan dengan pedagang bebas.

3) Sektor Pesaing

Produk pesaing yang lebih diterima masyarakat menyebabkan perusahaan kehilangan konsumen sehingga mengurangi pendapatan yang seharusnya diterima.

c. Faktor Internal Perusahaan

1) Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada debitur atau pelanggan. Kebangkrutan bisa terjadi karena terlalu besarnya jumlah kredit yang diberikan kepada para debitur atau pelanggan yang pada akhirnya tidak bisa dibayar oleh pelanggan pada waktunya.


(31)

2) Manajemen yang tidak efisien

Kurang adanya kemampuan, pengalaman, keterampilan, sikap adaptif dan inisiatif dari manajemen dapat pula menyebabkan kebangkrutan bagi suatu perusahaan.

3) Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan-kecurangan

Penyalahgunaan wewenang banyak dilakukan oleh karyawan, kadang oleh manajer puncak dan itu sangat merugikan, apalagi kalau berhubungan dengan keuangan perusahaan.

Indikator-indikator yang menandai perusahaan akan mengalami kebangkrutan (Adnan dan Kurniasih, 2000: 139):

a. Volume penjualan yang relatif rendah atau adanya tren penjualan yang menurun

b. Cash flow yang negatif

c. Kerugian yang selalu terjadi dari kegiatan operasinya d. Utang yang selalu membengkak

3. Pentingnya Informasi Mengenai Prediksi Kebangkrutan

Menurut Harnanto (1984: 484) dalam Adnan dan Kurniasih (2000: 133), mengemukakan pentingnya informasi mengenai pentingnya prediksi kebangrutan bagi pihak-pihak lain yang terkait diantaranya :

a. Bagi Investor

Informasi adanya prediksi potensi kebangkrutan memberi masukan bagi para investor dalam menanamkan modal mereka, apakah mereka


(32)

akan terus menanamkan modal atau menghentikan dan membatalkan penanaman modal modal mereka ke perusahaan. Sebab bagaimanapun para investor tidak menginginkan kerugian akibat kesalahan menanam modalnya.

b. Bagi Pemerintah

Prediksi kebangkrutan digunakan pemerintah untuk menetapkan kebijakan dibidang perpajakan dan kebijakan-kebijakan lain yang menyangkut hubungan pemerintah dengan perusahaan.

c. Bagi Bank dan Lembaga Perkreditan

Informasi akan kemungkinan kebangkrutan yang dihadapi perusahaan nasabahnya dan calon nasabahnya sangat diperlukan unutk menetukan status apakah pinjaman harus diberikan, negosiasi pembayaran kembali pinjaman perlu dibuat ulang dan kebijakan lain sehubungan dengan pemberian pinjaman.

C.Metode Z-Score

1. Model Z-Score dari Altman

Altman (1968) mengembangkan model prediksi kebangkrutan menggunakan metode multiple discriminant analysis (MDA). Altman mengambil sampel 66 perusahaan yang dibagi 2 menjadi kelompok perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut untuk periode amatan 1946-1965. Digunakan lima rasio keuangan yaitu: Working capital/total assest, retained earnings/ total assets, earning before interest and taxes/total


(33)

assets, market value equity/ book value of total debt serta sales/total assets (Wilopo, 2001: 185). Berdasarkan metoda tersebut dihasilkan Z-Score yang formulanya adalah:

Z -score = 1,2 + 1,4 + 3,3 + 0,6 + 1,0

Berdasarkan kelima rasio keuangan tersebut, Z-score Model Altman berhasil dipergunakan untuk mengklasifikasikan perusahaan kedalam kelompok yang mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk bangkrut atau kelompok perusahaan yang kemungkinan mengalami bangkrut rendah. Z-score Model Altman memungkinkan untuk memperkirakan kebangkrutan sampai dua tahun sebelum tiba saatnya.

Pada tahun 1984, Altman melakukan penelitian ulang di berbagai Negara seperti negara-negara maju antara lain Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Swiss, Brazil, Australia, Inggris, Irlandia, Kanada, Belanda, dan Perancis. Penelitian ini memasukkan dimensi internasional dimana dapat diterapkan pada perusahaan yang go public maupun yang tidak go public. Dengan perumusan sebagai berikut (Hanafi dan Halim, 2012: 273):

Z -score = 0,717 + 0,847 + 3,107 + 0,42 + 0,998

Keterangan :

= Working Capital to Total Assets (Modal Kerja Bersih / Total Aktiva)

= Retained Earnings to Total Assets (Laba Ditahan / Total Aktiva)

= Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aktiva)


(34)

= Market Value Equity to Book Value of Total Liabilities (Nilai Pasar Ekuitas / Nilai Buku Total Utang)

= Sales to Total Assets (Penjualan / Total Aktiva)

Interpretasi peramalan kebangkrutan dalam Z-Score memerlukan batasan yang jelas agar dapat digunakan untuk menentukan kondisi perusahaan yang dianalisis. Nilai batas skor antara lain :

1) Z-score > 2,99 perusahaan dikategorikan bebas dari risiko kebangkrutan / sehat.

2) 1,81 < Z-score < 2,99 perusahaan belum dapat dikategorikan pada perusahaan yang memiliki kemungkinan bangkrut maupun kemungkinan tidak mengalami kebangkrutan ( grey area).

3) Z-score < 1,81 perusahaan dikategorikan memiliki kesulitan keuangan yang besar dan berisiko tinggi sehingga berpotensi bangkrut.

Model yang baru mempunyai kemampuan prediksi yang cukup baik sebesar 94% benar, sedangkan yang asli sebesar 95% benar. Menurut Swandi (2003:45) ketepatan prediksi masa depan berlaku selama emiten (perusahaan) mempunyai kondisi keuangan yang sama dengan pada saat prediksi dilakukan. Apabila emiten melakukan perbaikan kerja melalui strategi yang tepat, kemungkinan besar yang sudah diprediksi sebelumnya tidak akan terjadi. Namun kelemahan apapun yang dihadapi pada kenyataannya prediksi masih selalu digunakan untuk pengambilan keputusan.


(35)

2. Komponen Z-score

Z-score merupakan formulasi dari beberapa rasio keuangan yang mempengaruhi kondisi dan perkembangan suatu perusahaan. Rasio-rasio tersebut berkaitan dengan likuiditas ( ), profitabilitas , , dan aktivitas operasi , (Adnan dan Taufiq, 2001 : 190). Rasio untuk memprediksi kebangkrutan usaha yang dapat digunakan diambil dari rasio-rasio metode Altman, yaitu :

=

(Working Capital to Total Assets)

Modal kerja diperoleh dari aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. termasuk rasio likuiditas yang digunakan untuk mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja. Variabel digunakan untuk mengukur tingkat kecairan aktiva yang dihubungkan dengan total aktiva. Indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan adalah indikator-indikator internal seperti ketidakcukupan kas, utang dagang membengkak, dan beberapa indikator lainnya.

= (Retained Earnings to Total Assets)

Laba ditahan adalah laba yang akan diinvestasikan kembali dan atau rugi dari suatu perusahaan selama umur perusahaan tersebut. Rasio termasuk rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur besarnya kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan, ditinjau dari kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam memperoleh laba


(36)

dibandingkan dengan kecepatan perputaran operating assets sebagai ukuran efisiensi usaha.

=

(Earning Before Interest and Taxes to

Total Assets)

Rasio ini termasuk rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan laba, yaitu tingkat pengembalian dari aktiva dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak dengan total aktiva. Rasio ini juga dapat digunakan sebagai ukuran seberapa besar produktivitas penggunaan dana yang dipinjam. Beberapa indikator yang dapat kita gunakan dalam mendeteksi adanya masalah ada kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah piutang dagang meningkat, rugi terus-menerus dalam beberapa kuartal, persediaan meningkat, penjualan menurun, dan terlambatnya hasil penagihan piutang.

=

(Market Value Equity to Book Value of Total

Liabilities )

Rasio ini termasuk rasio aktivitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modalnya sendiri. Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa dan saham preferen, sedangkan utang mencakup utang lancar dan utang jangka panjang.


(37)

=

(Sales to Total Assets)

Rasio ini termasuk rasio aktifitas yang mengukur keefektifan suatu perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini menggambarkan kemampuan peningkatan penjualan dari aktiva perusahaan.

3. Kelebihan dan kelemahan Z-Score

Kelebihan Z-score yaitu dapat diterapkan pada perusahaan go public dan yang tidak go public. Z-score dapat diterapkan di negara berkembang yang sebagian merupakan perusahaan tidak go public (Hanafi dan Halim, 2005: 289). Ada pula beberapa kelemahannya, yaitu :

a. Keanekaragaman data EBIT.

Pengungkapan dan pelaporan keuangan antar perusahaan yang satu dengan yang lain biasanya berbeda. Hal ini menyebabkan EBIT sulit diterapkan karena pada perusahaan tertentu adakalanya besarnya bungan tidak dinyatakan secara eksplisit dan oleh karenanya harus menggunakan EBT (Earning Before Tax) (Adnan dan kurniasih, 2000: 136).

b. Tidak adanya penegasan atau pemisahan antara satu kelompok industri dengan kelompok industri lainnya.

Hal ini menimbulkan anggapan bahwa model Altman akan memberikan perlakuan terhadap semua kelompok industri. Padahal, antara kelompok industri yang satu dengan yang lain memiliki karakteristik yang berbeda (Adnan dan kurniasih, 2000: 184).


(38)

c. Tidak ada rentang waktu yang pasti kapan kebangkrutan akan terjadi setelah hasil z-score diketahui lebih rendah dari standar yang telah ditetapkan. (Endri, 2009: 36)

D.Penelitian Terdahulu

1. Adnan dan Kurniasih (2000), menganalisis tingkat kesehatan perusahaan untuk memprediksi potensi kebangkrutan perusahaan dengan metode Altman. Penelitian ini mengambil kasus 5 perusahaan non perbankan yang ketiganya delisted menggunakan formula Z-score dan 5 perusahaan perbankan yang beku operasi. Alat analisis yang digunakan menggunakan variabel keuangan rasio likuiditas, rentabilitas, profit margin, dan rasio operasi, sedangkan untuk perbankan menggunakan analisis CAMEL. Selain pengujian Z-score dan CAMEL, penelitian ini diperluas dengan analisis yang mengukur tingkat kesehatan perusahaan berdasarkan rasio keuangan yang ditetapkan MenKeu RI No. 826/KMK 013/1992. Diperoleh hasil bahwa Z-score bisa digunakan sebagai salah satu alat ukur yang handal untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan.

2. Christina (2005), menganalisis potensi kebangkrutan perusahaan perusahaan go public di Bursa Efek Jakarta. Sampel sebanyak 7 perusahaan manufaktur yang delisting antara tahun 1999 sampai 2003. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ketentuan tentang delisting yang dikeluarkan BAPEPAM sudah


(39)

tepat diterapkan pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang delisting tersebut.

3. Wilopo (2001) melakukan penelitian dengan judul : Prediksi Kebangkrutan Bank. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu untuk memprediksi kegagalan suatu usaha pada umumnya menggunakan model analisa rasio keuangan. Maka untuk usaha non perbankan menggunakan perhitungan Z-score yang ditemukan Altman, sedangkan untuk perbankan digunakan rasio CAMEL dengan didukung variabel lain seperti variabel kondisi ekonomi.

4. Wahyuni (2004) melakukan penelitian dengan judul: Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan dengan Metode Altman. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio Working Capital to Total Assets, Retained Earning to Total Assets, ROA, Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities, Sales to Total Assets. Analisis data dengan formula Altman dan dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu: bangkrut, daerah rawan, dan tidak bangkrut. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa rasio WCTA, RETA, ROA, MVBV tidak terdapat pengaruh yang signifikan dengan prediksi kebangkrutan, sedangkan untuk rasio STA mempunyai pengaruh yang signifikan dengan prediksi kebangkrutan.

5. Supardi dan Mastuti (2003: 74) hasil analisa menunjukkan bahwa rasio keuangan (profitability, liquidity dan solvency) bermanfaat untuk memprediksi kebangkrutan dengan tingkat keakuratan 95% setahun sebelum perusahaan bangkrut. Tingkat keakuratan tersebut turun menjadi 72% untuk


(40)

periode dua tahun sebelum bangkrut, 48% untuk periode tiga tahun sebelum perusahaan bangkrut, 29% untuk periode empat tahun sebelum bangkrut dan 36% untuk periode lima tahun sebelum bangkrut. Hasil penelitian ini menunjukkan penurunan kekuatan prediksi rasio keuangan untuk periode waktu yang lebih lama (Adnan dan Taufiq, 2001: 184).


(41)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah studi empiris. Studi empiris merupakan penelitian yang dilakukan terhadap beberapa perusahaan dengan menggunakan data penelitian berupa data sekunder. Menurut Indriantoro (2002: 147), data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Sumber data dalam penulisan skripsi ini adalah dari berbagai sumber buku, jurnal dan penelitian terdahulu yang mendukung penelitian. Sedangkan untuk sumber data yang akan diolah dalam analisis penelitian adalah www.idx.co.id , situs web resmi Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

B.Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian.

Penelitian dilakukan di Pojok Bursa Efek Indonesia (BEI) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian.


(42)

C.Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian yaitu Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Laporan Bursa Efek Indonesia.

2. Objek penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak dalam industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011.

D.Data yang Diperlukan

1. Daftar perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2011.

2. Data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan otomotif periode 2007-2011.

3. Data gambaran perusahaan yang diteliti.

E.Teknik Pengumpulan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit/elemen di mana penyelidik tertarik (Ulber Silalahi, 2009:253). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011.

2. Sampel.

Sampel adalah bagian tertentu yang dipilih dari populasi (Ulber Silalahi, 2009:254). Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada


(43)

suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Sampel tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Perusahaan yang diteliti adalah Perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 1 Januari 2007 hingga 31 Desember 2011. b. Perusahaan yang menyediakan laporan keuangan selama lima tahun

berturut-turut, yaitu tahun 2007-2011.

Tabel 3.1. Daftar Nama Perusahaan

NO NAMA PERUSAHAAN KODE

1 PT. Astra International Tbk. ASII

2 PT. Astra Otoparts Tbk. AUTO

3 PT. Gajah Tunggal Tbk. GJTL

4 PT. Goodyear Indonesia Tbk. GDYR

5 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk. HEXA

6 PT. Indo Kordsa (d/h Branta Mulia) Tbk. BRAM 7 PT. Indomobil Sukses International Tbk. IMAS

8 PT. Indospring Tbk. INDS

9 PT. Intraco Penta Tbk. INTA

10 PT. Multi Prima Sejahtera Tbk. LPIN 11 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. MASA

12 PT. Nipress Tbk. NIPS

13 PT. Polychem Indonesia Tbk. ADMG

14 PT. Prima Alloy Steel Tbk. PRAS

15 PT. Selamat Sempurna Tbk. SMSM

16 PT. Tunas Ridean Tbk. TURI

17 PT. United Tractor Tbk. UNTR


(44)

F. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel independen/bebas dan variabel dependen/terikat. Variabel merupakan abstraksi dari gejala, peristiwa atau masalah yang memerlukan penyelidikan (Ulber Silalahi, 2009: 191).

1. Variabel Independen

Dalam hal ini variabel independennya adalah rasio keuangan dengan menggunakan perhitungan Z-score. Terdapat lima variabel independen dalam penelitian ini, yaitu :

= Working Capital to Total Assets (Modal Kerja Bersih / total aktiva) Rasio ini merupakan salah satu rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Hasil tersebut dapat negatif apabila aktiva lancar lebih kecil dari pada hutang lancar.

= Retained Earning to Total Assets (Laba ditahan / total aktiva)

Laba ditahan adalah rekening yang menunjukkan akumulasi jumlah laba yang diinvestasikan kembali atau mengukur akumulasi modal laba saham perusahaan beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut, karena semakin lama perusahaan beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan. Hal tersebut menyebabkan perusahaan yang masih relatif muda pada umumnya menunjukkan hasil rasio tersebut yang rendah, kecuali yang labanya sangat besar pada awal masa berdirinya.


(45)

= Earning Before Interest and Taxes (EBIT) to Total Assets (Laba sebelum bunga dan pajak / total aktiva)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan ketika menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Rasio ini merupakan kontribusi terbesar dari model tersebut. Beberapa indikator yang dapat digunakan ketika mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan, diantaranya piutang dagang meningkat, penjualan menurun, dan lain-lain. = Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (Nilai pasar ekuitas / nilai buku total utang)

Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa dan saham preferen, sedangkan hutang mencakup hutang lancar dan hutang jangka panjang.

= Sales to Total Assets (Penjualan / total aktiva)

Rasio ini mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan, juga bisa mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi persaingan.

2. Variabel Dependen

Dalam penelitian ini, variabel dependennya adalah nilai Z-Score. Dimana persamaan rumus Z-Score ini merupakan formulasi dari beberapa rasio keuangan yang mempengaruhi kondisi dan perkembangan suatu perusahaan. Rasio-rasio tersebut berkaitan dengan likuiditas ( ), profitabilitas , , dan aktivitas operasi , . Data atau hasil


(46)

perhitungan kemudian akan dianalisis lebih jauh lagi dengan menggunakan sebuah formula yang ditemukan Altman, yaitu

Z-score = 0,717 + 0,847 + 3,107 + 0,42 + 0,998

(Hanafi dan Halim, 2012: 273) dengan penelitian yang akan dilakukan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kondisi ini dapat dilihat dari nilai score-nya, jika: (1) Untuk nilai Z-score lebih kecil atau sama dengan 1,81 berarti perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan resiko tinggi. (2) Untuk nilai Z-score antara 1,81 sampai 2,99, perusahaan dianggap berada pada daerah abu-abu (grey area). Pada kondisi ini, perusahaan mengalami masalah keuangan yang harus ditandatangani dengan manajemen yang tepat. Jadi pada grey area ini ada kemungkinan perusahaan bangkrut dan ada pula yang tidak tergantung bagaimana pihak manajemen perusahaan dapat segera mengambil tindakan untuk segera mengatasi masalah yang dialami oleh perusahaan. (3) Untuk nilai Z-score lebih besar dari 2,99 memberikan penilaian bahwa perusahaan berada dalam keadaan yang sangat sehat sehingga kemungkinan kebangkrutan sangat kecil terjadi.

G.Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data melalui dokumentasi yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan membuat salinan catatan-catatan perusahaan yang ada hubungannya dengan penelitian. Data yang dibutuhkan terdiri atas data sekunder yaitu : gambaran umum perusahaan, laporan


(47)

keuangan perusahaan periode 2007-2011. Dalam hal ini, data yang diperlukan berasal dari Indonesian capital Market directory (ICMD), www.idx.co.id, dan laporan perusahaan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia.

H.Teknik Analisis Data

Untuk menjawab rumusan masalah yang dikemukakan, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data.

Data awal yang dibutuhkan berupa laporan keuangan periode 2007-2011 yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan/ laporan perubahan modal.

2. Menghitung Z-score untuk menilai kondisi perusahaan

Melakukan perhitungan Z-score dengan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menghitung komponen Z-score masing-masing perusahaan:

= Working Capital to Total Assets (Modal Kerja Bersih / total aktiva)

= Retained Earning to Total Assets (Laba ditahan / total aktiva)

= Earning Before Interest and Taxes (EBIT) to Total Assets (Laba sebelum bunga dan pajak / total aktiva)

= Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (Nilai pasar ekuitas / nilai buku total utang)


(48)

b. Menghitung nilai Z-score masing-masing perusahaan

Setelah menghitung masing-masing komponen dari Z-Score kemudian memasukkan komponen tersebut untuk menghitung Z-Score dengan rumus :

Z-score = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,420 X4 + 0,998 X5

c. Menganalisis hasil perhitungan nilai Z-score berdasarkan nilai batas sehingga dapat diketahui kategori masing-masing perusahaan.

1). Z-score lebih dari 2,99, perusahaan dikategorikan bebas dari risiko kebangkrutan / sehat (low risk).

2). Z-score antara 1,81 sampai dengan 2,99, perusahaan belum dapat dikategorikan pada perusahaan yang memiliki kemungkinan bangkrut maupun kemungkinan tidak mengalami kebangkrutan (grey area).

3). Z-score kurang dari 1,81, perusahaan dikategorikan berpotensi bangkrut (high risk).


(49)

35

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A.Bursa Efek Indonesia

Sejarah historis, pasar modal telah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak zaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal vakum. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia I dan perang dunia II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasional bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana semestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tanggal 10 Agustus 1977. Bursa Efek dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Pada tanggal 16 Juni 1989, Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh perseroan terbatas milik swasta yaitu PT. Bursa Efek Surabaya. Kemudian pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek diprivatisasi dengan dibentuknya PT. Bursa Efek Jakarta. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal.


(50)

Tahun 1995 BEJ memasuki babak baru. Pada tanggal 22 Mei 1995 sistem perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem komputer yaitu Jakarta Automed trading Systems. Sebuah sistem perdagangan otomatisasi yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang transparan dibandingkan dengan sistem perdagangan manual.

Kemudian tahun 2000 Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diterapkan dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham, serta untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi. Tahun 2002 BEJ juga mulai menerapkan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading), sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan, dan frekuensi perdagangan. Tahun 2007 terjadi penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

B.Sejarah singkat perusahaan otomotif

Perusahaan otomotif dimulai awal 1769 dengan dibuatnya mesin bertenaga uap yang mampu menjadi alat transportasi manusia. Pada tahun 1806, mobil pertama yang menggunakan mesin pembakaran internal berbahan bakar gas muncul yang mengarah pada penemuan mesin modern berbahan bakar bensin pada tahun 1885 hingga mobil listrik yang muncul pada abad ke-20.


(51)

Kendaraan bermotor pertama yang dapat bergerak dengan tenaga sendiri dirancang oleh Nicholas Joseph Cugnot dan dibangun oleh M. Brezin pada tahun 1769. Unit kedua dibuat pada tahun 1770 dengan berat 400 pon dan memiliki kecepatan maksimal 2 mile per jam. Beberapa pioneer awal otomotif dimulai dari mesin motor empat tak yang menggunakan bahan bakar bensin yang dapat dikatakan sebagai bentuk pendorong otomotif modern yang dibuat oleh penemu Jerman yaitu Nikolaus Otto 1876.

C.Deskripsi Sampel Perusahaan

1. PT. Astra Internasional Tbk.

PT. Astra Internasional Tbk (“Perseroan”) didirikan tahun 1957 dengan nama PT. Astra Internasional Incorporated. Pada tahun 1990, Perseroan mengubah namanya menjadi PT. Astra Internasional Tbk.

Perseroan berdomisili di Jakarta, Indonesia, dengan kantor pusat di Jl. Gaya Motor Raya No. 8, Sunter II, Jakarta.

Ruang lingkup kegiatan perseroan seperti yang tertuang dalam Anggaran Dasarnya adalah perdagangan umum, perindustrian, jasa pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan dan jasa konsultasi. Ruang lingkup kegiatan utama entitas anak perusahaan meliputi perakitan dan penyaluran mobil, sepeda motor berikut suku cadangnya, penjualan dan penyewaan alat-alat berat, pertambangan dan jasa terkait, pengembangan perkebunan, jasa keuangan, infrastruktur dan teknologi informasi.


(52)

2. PT. Astra Otoparts Tbk.

PT. Astra Otoparts Tbk (“Perseroan”) didirikan dengan Akta Notaris No. 50 tanggal 20 September 1991 dari Rukmasanti Hardjasatya, S.H., notaris di Jakarta, dengan nama PT Federal Adiwiraserasi. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-1326.HT.01.01.TH.92 tanggal 11 Februari 1992 serta diumukan dalam Berita Negara No. 39 tanggal 15 Mei 1992 Tambahan No. 2208.

Anggaran Dasar Perseroan telah beberapa kali diubah. Perubahan terakhir dengan Akta Notaris PSA. Tampubolon, S.H., No. 18 tanggal 27 April 2011. Perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-23540.AH.01.02. tahun 2011 tanggal 10 Mei 2011. Sampai dengan tanggal laporan keuangan konsolidasian 2011 ini, perubahan tersebut masih dalam proses untuk diumumkan dalam Berita Negara.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, ruang lingkup kegiatan Perseroan terutama bergerak dalam perdagangan suku cadang kendaraan bermotor, baik lokal maupun ekspor, dan manufaktur dalam bidang industri logam, plastic dan suku cadang kendaraan bermotor.

Perseroan memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1991. Saat ini kegiatan pemasaran Perseroan meliputi dalam dan luar negeri, termasuk Asia, Timur Tengah, Oceania, Amerika. Eropa dan Afrika, dan memiliki divisi perdagangan yang beroperasi di Singapura dan entitas anak di


(53)

Australia. Perseroan tergabung dalam kelompok usaha Astra Grup. Pabrik Perseroan berlokasi di Jakarta dan Bogor dan kantor pusatnya beralamat di Jalan Raya Pegangsaan Dua Km. 2,2 Kelapa Gading, Jakarta.

3. PT. Gajah Tunggal Tbk.

Pada tanggal 8 Mei 1990, PT. Gajah Tunggal Tbk (Perusahaan) terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan kode GJTL. Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan pabrik berlokasi di Tangerang dan Serang. Kantor pusat Perusahaan beralamat di Wisma Hayam Wuruk, Lantai 10 Jl. Hayam Wuruk 8, Jakarta.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama meliputi bidang industri pembuatan barang-barang dari karet, termasuk ban dalam dan luar segala jenis kendaraan, barang atau alat. Perusahaan mulai berproduksi secara komersial pada tahun 1953. Hasil produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri, termasuk ke Amerika Serikat, Asia, Australia, dan Eropa. Jumlah karyawan perusahaan 12.423 karyawan tahun 2011 dan 11.724 karyawan tahun 2010.

4. PT. Goodyear Indonesia Tbk.

PT. Goodyear Indonesia Tbk (“Perusahaan”) semula didirikan dengan

nama “NV The Goodyear Tire & Rubber Company Limited” pada tanggal

26 Januari 1917 berdasarkan Akta Notaris Benjamin ter Kuile No. 199, yang


(54)

Akta Notaris Eliza Pondaag No. 73 tanggal 31 Oktober 1977 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/250/7 tanggal 25 Juli 1978.

Perusahaan bergerak dalam bidang industry ban untuk kendaraan bermotor, pesawat terbang serta komponen lain yang terkait, juga penyaluran dan ekspor ban. Perusahaan mulai beroperasi dalam bidang usaha perdagangan ban pada tahun 1917. Pabrik Perusahaan dibangun pada tahun 1935 di Bogor sebagai pabrik ban pertama di Indonesia. Kantor pusat Perusahaan berdomisili di Bogor. Induk utama Perusahaan adalah The Goodyear Tire & Rubber Company, sebuah Perusahaan yang berdiri dan berkedudukan di Amerika Serikat.

Pada tanggal 20 Desember 2000, Perusahaan mendaftarkan 34.850.000 lembar sahamnya yang dimiliki oleh The Goodyear Tire &

Rubber Company (“GTRC”) ke BEI. Sejak tanggal 2 Januari 2001, seluruh

saham Perusahaan telah tercatat secara resmi di BEI.

5. PT. Hexindo Adiperkasa Tbk.

PT. Hexindo Adiperkasa Tbk (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan Akta Notaris Mohammad Ali, S.H., No 37 tanggal 28 November 1988. Akta Pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-4389.HT.01.01.Th.89 tanggal 12 Mei 1989, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 54 tambahan No. 1251 tanggal 7 Juli 1989. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami


(1)

Hasil Perhitungan Variabel (lanjutan)

NAMA

PERUSAHAAN

KODE TAHUN

X1

Modal

kerja /

Total

Asset

X2

Laba

Ditahan /

Total

Aktiva

X3

EBIT /

Total

aktiva

X4

Ekuitas /

Total

Utang

X5

Penjualan

/ Total

Aktiva

13

PT. Polychem Indonesia (d/h GT Petrochem Industries)

Tbk.

ADMG

2007 0,207 (0,166) 0,010 0,464 0,927 2008 (0,006) (0,259) (0,085) 0,356 1,038 2009 0,032 (0,247) 0,020 0,415 0,845 2010 0,036 0,056 0,013 0,905 0,757 2011 0,100 0,107 0,080 0,962 0,926

14

PT. Prima Alloy Steel

Tbk.

PRAS

2007 0,033 0,059 0,008 0,313 1,212 2008 0,006 0,031 (0,037) 0,260 0,740 2009 0,292 (0,046) (0,112) 0,230 0,383 2010 0,145 0,081 0,005 0,414 0,622 2011 0,062 0,087 0,013 0,409 0,686

15

PT. Selamat Sempurna

Tbk.

SMSM

2007 0,237 0,407 0,157 1,523 1,282 2008 0,269 0,412 0,154 1,596 1,456 2009 0,226 0,356 0,197 1,367 1,460 2010 0,335 0,334 0,192 1,138 1,464 2011 0,400 0,389 0,246 1,438 1,590

16 PT. Tunas

Ridean Tbk. TURI

2007 0,066 0,214 0,077 0,344 1,319 2008 0,166 0,247 0,100 0,400 1,541 2009 0,124 0,485 0,232 1,298 2,762 2010 0,167 0,511 0,166 1,369 3,250 2011 0,193 0,522 0,169 1,362 3,260

17

PT. United Tractors

Tbk.

UNTR

2007 0,138 0,356 0,158 0,794 1,397 2008 0,219 0,285 0,169 0,956 1,221 2009 0,194 0,378 0,223 1,335 1,198 2010 0,189 0,388 0,170 1,194 1,257 2011 0,230 0,338 0,168 14,525 1,185


(2)

LAMPIRAN III

Hasil Perhitungan Z-Score

No KODE TAHUN 0.717*X1 0.847*X2 3.107*X3 0.420*X4 0.998*X5

Z-SCORE Keterangan

1 ASII

2007 0,077 0,312 0,520 0,359 1,103 2,371 Grey area 2008 0,077 0,314 0,591 0,346 1,200 2,528 Grey area 2009 0,080 0,437 0,573 0,514 1,106 2,710 Grey area 2010 0,066 0,417 0,579 0,455 1,150 2,666 Grey area 2011 0,106 0,401 0,522 0,410 1,057 2,495 Grey area

2 AUTO

2007 0,188 0,436 0,519 0,868 1,209 3,220 Sehat 2008 0,178 0,470 0,602 0,936 1,323 3,510 Sehat 2009 0,178 0,536 0,633 1,126 1,131 3,604 Sehat 2010 0,122 0,555 0,776 1,162 1,118 3,732 Sehat 2011 0,069 0,521 0,560 0,885 1,055 3,090 Sehat

3 GJTL

2007 0,153 0,018 0,052 0,165 0,786 1,173 Bangkrut 2008 0,081 (0,053) (0,276) 0,098 0,912 0,762 Bangkrut 2009 0,126 0,084 0,446 0,181 0,892 1,728 Bangkrut 2010 0,127 0,142 0,336 0,216 0,948 1,769 Bangkrut 2011 0,135 0,193 0,230 0,261 1,023 1,842 Grey area

4 GDYR

2007 0,106 0,378 0,328 0,449 1,875 3,135 Sehat 2008 0,102 0,212 0,020 0,172 1,215 1,721 Bangkrut 2009 (0,080) (0,282) 0,437 0,220 1,087 1,381 Bangkrut 2010 (0,051) (0,213) 0,210 0,238 1,511 1,695 Bangkrut 2011 (0,062) (0,202) 0,074 0,234 1,582 1,626 Bangkrut

5 HEXA

2007 0,102 0,168 0,191 0,157 1,261 1,879 Grey area 2008 0,198 0,211 0,152 0,308 0,281 1,151 Bangkrut 2009 0,259 0,316 0,544 0,434 1,556 3,108 Sehat 2010 0,265 0,337 0,714 0,457 1,967 3,738 Sehat 2011 0,251 0,319 0,730 0,346 1,622 3,268 Sehat

6 BRAM

2007 0,336 0,363 0,133 0,812 0,993 2,637 Grey area 2008 0,228 0,390 0,299 0,873 0,977 2,767 Grey area 2009 0,248 0,563 0,308 2,101 1,110 4,329 Sehat 2010 0,262 0,556 0,445 1,789 1,207 4,259 Sehat 2011 0,234 0,497 0,230 1,101 1,142 3,205 Sehat

7 IMAS

2007 (0,077) (0,081) 0,019 0,016 1,034 0,911 Bangkrut 2008 (0,040) (0,053) 0,094 0,024 1,466 1,491 Bangkrut 2009 (0,028) 0,003 0,141 0,062 1,360 1,536 Bangkrut 2010 0,026 0,065 0,236 0,106 1,367 1,800 Bangkrut 2011 0,111 0,268 0,286 0,273 1,219 2,157 Grey area


(3)

Hasil Perhitungan Z-Score (lanjutan)

No KODE TAHUN 0.717*X1 0.847*X2 3.107*X3 0.420*X4 0.998*X5

Z-SCORE Keterangan

8 INDS

2007 0,028 0,056 0,110 0,064 0,940

1,198 Bangkrut

2008 0,037 0,064 0,160 0,056 1,047

1,364 Bangkrut

2009 0,102 0,173 0,400 0,153 1,157

1,985 Grey area

2010 0,110 0,206 0,418 0,175 1,332

2,241 Grey area

2011 0,292 0,230 0,438 0,523 1,081

2,565 Grey area

9 INTA

2007 0,380 0,096 0,055 0,230 0,821

1,582 Bangkrut

2008 0,340 0,090 0,129 0,171 0,983

1,713 Bangkrut

2009 0,100 0,122 0,188 0,199 1,005

1,614 Bangkrut

2010 0,034 0,119 0,223 0,153 1,119

1,648 Bangkrut

2011 (0,073) 0,075 0,140 0,070 0,489

0,701 Bangkrut

10 LPIN

2007 0,213 0,042 0,470 0,532 0,352

1,610 Bangkrut

2008 0,115 0,054 0,135 0,346 0,323

0,974 Bangkrut

2009 0,276 0,135 0,297 0,864 0,420

1,993 Grey area

2010 0,290 0,202 0,381 1,021 0,394

2,288 Grey area

2011 0,305 0,255 0,314 1,270 0,399

2,544 Grey area

11 MASA

2007 0,034 0,113 0,075 1,058 0,498

1,779 Bangkrut

2008 (0,022) 0,084 0,008 0,493 0,559

1,123 Bangkrut

2009 (0,034) 0,138 0,282 0,570 0,666

1,621 Bangkrut

2010 (0,077) 0,162 0,232 0,486 0,659

1,462 Bangkrut

2011 (0,205) 0,128 0,123 0,250 0,603

0,899 Bangkrut

12 NIPS

2007 0,021 0,161 0,079 0,193 1,395

1,849 Grey area

2008 0,014 0,228 0,040 0,257 1,475

2,013 Grey area

2009 (0,003) 0,245 0,070 0,285 0,888

1,485 Bangkrut

2010 0,006 0,281 0,162 0,328 1,185

1,964 Grey area

2011 0,033 0,246 0,172 0,248 1,294


(4)

Hasil Perhitungan Z-Score (lanjutan)

No KODE TAHUN 0.717*X1 0.847*X2 3.107*X3 0.420*X4 0.998*X5

Z-SCORE Keterangan

13 ADMG

2007 0,149 (0,141) 0,032 0,195

0,925 1,161 Bangkrut

2008 (0,004) (0,219) (0,265) 0,149

1,036 0,697 Bangkrut

2009 0,023 (0,209) 0,063 0,174

0,843 0,894 Bangkrut

2010 0,026 0,047 0,041 0,380

0,755 1,250 Bangkrut

2011 0,071 0,091 0,247 0,404

0,925 1,738 Bangkrut

14 PRAS

2007 0,024 0,050 0,023 0,132

1,210 1,438 Bangkrut

2008 0,004 0,026 (0,114) 0,109

0,738 0,763 Bangkrut

2009 0,209 (0,039) (0,347) 0,096

0,382 0,302 Bangkrut

2010 0,104 0,069 0,016 0,174

0,620 0,983 Bangkrut

2011 0,044 0,074 0,041 0,172

0,684 1,016 Bangkrut

15 SMSM

2007 0,170 0,345 0,489 0,640

1,279 2,923 Grey area

2008 0,193 0,349 0,480 0,670

1,453 3,145 Sehat

2009 0,162 0,301 0,613 0,574

1,457 3,108 Sehat

2010 0,240 0,283 0,596 0,478

1,461 3,058 Sehat

2011 0,286 0,330 0,764 0,604

1,587 3,571 Sehat

16 TURI

2007 0,048 0,181 0,240 0,144

1,316 1,929 Grey area

2008 0,119 0,209 0,309 0,168

1,538 2,343 Grey area

2009 0,089 0,411 0,720 0,545

2,756 4,522 Sehat

2010 0,120 0,433 0,514 0,575

3,244 4,885 Sehat

2011 0,138 0,442 0,524 0,572

3,253 4,930 Sehat

17 UNTR

2007 0,099 0,301 0,489 0,334

1,394 2,618 Grey area

2008 0,157 0,242 0,524 0,401

1,219 2,543 Grey area

2009 0,139 0,320 0,693 0,561

1,196 2,909 Grey area

2010 0,136 0,329 0,529 0,502

1,254 2,749 Grey area

2011 0,165 0,286 0,521 6,100


(5)

xiii

ABSTRAK

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN OTOMOTIF

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Natalia Octavia

NIM : 092114098

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2013

Tujuan penelitian ini adalah untuk memprediksi kebangkrutan pada

perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan

metode Altman Z-Score periode tahun 2007-2011. Latar belakang penelitian ini

adalah bahwa kebangkrutan perlu diprediksi agar perusahaan dapat memperbaiki

kondisi keuangannya.

Jenis penelitian adalah studi empiris. Penelitian menggunakan data

sekunder laporan keuangan, yaitu neraca dan laporan laba rugi. Teknik analisis

data yang digunakan adalah model prediksi kebangkrutan Altman Z-Score.

Peneliti menggunakan lima variabel yang berkaitan dengan rasio likuiditas X1,

profitabilitas X2 dan X3, aktivitas operasi X4 dan X5. Dengan rumus :

Z-score = 0,717

+ 0,847

+ 3,107

+ 0,42

+ 0,998

.

Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan pada tahun 2007, perusahaan

otomotif yang berada pada kondisi grey area sebesar 41,2% dan 47,1% diprediksi

akan mengalami kebangkrutan. Tahun 2008, ada 29,4% perusahaan otomotif

yang mengalami penurunan kondisi keuangan di kondisi grey area, 58,8% kondisi

bangkrut, dan 11,8% kondisi sehat. Tahun 2009, ada beberapa perusahaan yang

mulai memperbaiki kondisi keuangan dengan adanya 29,4% kondisi sehat, 23,5%

kondisi grey area, dan 47,1% kondisi bangkrut. Tahun 2010 prediksi

kebangkrutan pada otomotif memiliki hasil yang sama dengan tahun sebelumnya

sebesar 29,4% otomotif sehat, 29,4% berada pada grey area dan 41,2% masih

dalam prediksi keadaan bangkrut. Untuk tahun 2011, terlihat bahwa ada beberapa

perusahaan otomotif yang memperbaiki kondisi keuangannya secara signifikan

sehingga sebesar 35,3% sehat, 35,3% berada pada grey area, dan 29,4% masih

bangkrut.


(6)

xiv

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE PREDICTION OF BANKRUPTCY OF THE

AUTOMOTIVE COMPANIES LISTED IN THE INDONESIA STOCK

EXCHANGE

Natalia Octavia

NIM: 092114098

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2013

This study aims to find out the prediction of bankruptcy at the automotive

companies listed in the Indonesia Stock Exchange using the Altman Z-Score

model for the period of 2007-2011. The bankruptcy needs to be predicted so that

the company will have adequate information to take any necessary action based

on its financial condition.

This research is an empirical study. The research uses secondary data of

financial report namely balance sheet and income statement. The data analysis

technique employed is the Altman Z-Score bankruptcy prediction model. The

researcher uses five variables: liquidity ratios (X1), profitability ratios (X2 and

X3), and operating activities ratios (X4 and X5), follows the Altman Z-score

formula:

Z-score = 0,717

+ 0,847

+ 3,107

+ 0,42

+ 0,998

.

The results shows that in 2007, the automotive company which is in a state

of gray area was 41,2% and 47,1% predicted to be bankrupt. In 2008, 29,4% of

the automotive companies were in gray areas, 58,8% were predicted to bankrupt

and 11,8% were in a good condition. In 2009, 29,4% were in a good condition,

23,5% were in gray areas, and 47,1% were predicted to bankrupt. In 2010 29,4%

were in a good condition, 29,4% were in the gray area and 41,2% were predicted

to bankrupt. In 2011, 35,3% were in a good condition, 35,3% were in the gray

area, and 29.4% were predicted to bankrupt.