Deskripsi Data Analisis Data

Pada tahun 2007, perusahaan PT. Indomobil Sukses International dan PT. Polychem Indonesia memiliki rasio X2 bernilai negatif, artinya bahwa selama ini pula perusahaan tidak pernah membukukan laba ditahan atau selalu mengakumulasikan rugi ditahan. Hal ini yang mengindikasikan bahwa kemampuan aktivanya untuk memperoleh laba ditahan sangatlah rendah dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya, disebabkan karena penghasilan yang diterima tidak mampu menutupi beban-beban yang harus ditanggung selama periode tersebut lebih mengarah kepada beban usaha dan biaya pokok penjualan. Hal tersebut juga terjadi pada PT. Gajah Tunggal Tbk, PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk, dan PT. Polychem Indonesia Tbk untuk periode tahun 2008. Hal serupa juga terjadi pada PT Goodyear Indonesia Tbk, PT. Polychem Tbk, dan PT. Prima Alloy Steel pada tahun 2009. Untuk tahun 2010-2011, PT. Goodyear Indonesia Tbk masih menunjukkan rasio X2 bernilai negatif. X3 Earning Before Interest and Tax to Total Assets Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak. Semakin kecil tingkat profitabilitas berarti semakin tidak efisien dan tidak efektif perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva di dalam menghasilkan laba usaha begitu juga sebaliknya. Melemahnya faktor ini merupakan indikator terbaik akan hadirnya kebangkrutan. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan perhitungan laba sebelum bunga dan pajak terhadap total asset yang dimiliki masing- masing perusahaan otomotif tersebut dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011. Sumber: data diolah Tabel 5.3: X3 Earning Before Interest and Tax to Total Assets NO KODE 2007 2008 2009 2010 2011 1 ASII 0,167 0,190 0,184 0,186 0,168 2 AUTO 0,167 0,194 0,204 0,250 0,180 3 GJTL 0,017 0,089 0,143 0,108 0,074 4 GDYR 0,106 0,006 0,141 0,068 0,024 5 HEXA 0,061 0,049 0,175 0,230 0,235 6 BRAM 0,043 0,096 0,099 0,143 0,074 7 IMAS 0,006 0,030 0,045 0,076 0,092 8 INDS 0,035 0,051 0,129 0,135 0,141 9 INTA 0,018 0,041 0,061 0,072 0,045 10 LPIN 0,151 0,044 0,096 0,123 0,101 11 MASA 0,024 0,003 0,091 0,075 0,040 12 NIPS 0,025 0,013 0,022 0,052 0,055 13 ADMG 0,010 0,085 0,020 0,013 0,080 14 PRAS 0,008 0,037 0,112 0,005 0,013 15 SMSM 0,157 0,154 0,197 0,192 0,246 16 TURI 0,077 0,100 0,232 0,166 0,169 17 UNTR 0,158 0,169 0,223 0,170 0,168 Contoh perhitungan X3 Earning Before Interest and Tax to Total Assets PT. Astra Internasional Tbk ASII tahun 2007: = = = 0,167 Dari Hasil perhitungan laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva yang dimiliki masing-masing perusahaan maka dapat terlihat bahwa aset produktif perusahaan otomotif belum mampu menghasilkan laba usaha seperti yang telah direncanakan. Ini dapat dilihat bahwa untuk setiap Rp. 1000 aktiva, belum dapat menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak lebih besar dari Rp. 1000. Pada tahun 2008, terdapat tiga perusahaan yang memiliki rasio X3 terendah daripada perusahaan lainnya bahkan bernilai negatif yaitu PT. Gajah Tunggal Tbk. Sebesar -0,089, PT. Polychem Indonesia Tbk sebesar -0,085 , dan PT. Prima Alloy Steel -0,037. Hal ini menunjukkan bahwa pihak manajemen tidak dapat mengelola aktivanya secara efektif. X3 yang bernilai sangat rendah disebabkan karena profitabiltas perusahaan pada tahun ini mengalami kerugian yang mana operating profit yang dicapai perusahaan terlihat bahwa biaya operasi perusahaan selalu lebih besar dari laba kotornya, akibatnya perusahaan tidak dapat membukukan laba rugi usahanya. Untuk tahun 2009, PT. Prima Alloy Steel memiliki nilai rasio X2 negatif sebesar -0,112. X4 Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dari nilai pasar modal sendiri saham biasa. Nilai pasar ekuitas sendiri diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham biasa yang beredar dengan harga pasar per lembar saham biasa. Nilai buku hutang diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban lancar dengan kewajiban jangka panjang. Perusahaan yang memiliki nilai X4 yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mengakumulasikan lebih banyak hutang daripada modal sendiri dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya dalam satu jenis industri tertentu, yakni dalam penelitian ini yaitu industri otomotif. Tabel 5.4: X4 Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities NO KODE 2007 2008 2009 2010 2011 1 ASII 0,856 0,824 1,224 1,083 0,976 2 AUTO 2,066 2,228 2,680 2,767 2,107 3 GJTL 0,393 0,233 0,430 0,515 0,622 4 GDYR 1,069 0,409 0,523 0,567 0,556 5 HEXA 0,374 0,734 1,034 1,087 0,824 6 BRAM 1,934 2,078 5,002 4,259 2,622 7 IMAS 0,037 0,056 0,147 0,252 0,649 8 INDS 0,151 0,134 0,364 0,416 1,246 9 INTA 0,548 0,406 0,473 0,365 0,168 10 LPIN 1,267 0,824 2,058 2,430 3,023 11 MASA 2,519 1,174 1,356 1,156 0,595 12 NIPS 0,459 0,611 0,677 0,782 0,591 13 ADMG 0,464 0,356 0,415 0,905 0,962 14 PRAS 0,313 0,260 0,230 0,414 0,409 15 SMSM 1,523 1,596 1,367 1,138 1,438 16 TURI 0,344 0,400 1,298 1,369 1,362 17 UNTR 0,794 0,956 1,335 1,194 14,525 Sumber: data diolah Contoh perhitungan X4 Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities PT. Astra Internasional Tbk ASII tahun 2007: = = = 0,856 Dari hasil dari variabel X4 Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities memperlihatkan seberapa banyak aset dari suatu perusahaan dapat mengalami penurunan dalam nilainya sebelum hutangnya melebihi aset yang dimiliki. Dilihat dari tabel di atas, menunjukkan perkembangan meningkat dari nilai harga pasar saham dengan total utang yang dimiliki oleh PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk. Ada juga perusahaan yang mengalami perkembangan meningkat, tapi di tahun 2011 menurun yaitu PT. Astra Otoparts Tbk, PT. Hexindo Adiperkasa Tbk, PT. Nipress Tbk, PT. Tunas Ridean Tbk. Ada juga perusahaan yang mengalami perkembangan meningkat, tapi di tahun 2008 menurun karena krisis ekonomi yaitu PT. Gajah Tunggal Tbk, PT. Indospring Tbk, PT. Multi Prima Sejahtera Tbk, PT. Polychem Indonesia Tbk. Adanya penurunan dari hasil X4 Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities ditandai dengan meningkatnya jumlah utang perusahaan dan menurunnya harga saham di pasar modal. X5 Sales to Total Assets Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis yang cukup dibandingkan investasi dalam total aktivanya. Rasio ini mencerminkan efisiensi manajemen dalam menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan laba. Dengan kata lain rasio ini mengukur besar kecilnya kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi persaingan. Tabel 5.5: X5 Sales to Total Assets NO KODE 2007 2008 2009 2010 2011 1 ASII 1,105 1,202 1,108 1,152 1,059 2 AUTO 1,211 1,326 1,134 1,120 1,057 3 GJTL 0,788 0,914 0,894 0,950 1,025 4 GDYR 1,878 1,217 1,089 1,514 1,585 5 HEXA 1,264 0,282 1,559 1,971 1,626 6 BRAM 0,995 0,979 1,112 1,209 1,145 7 IMAS 1,036 1,469 1,363 1,369 1,222 8 INDS 0,942 1,049 1,160 1,334 1,084 9 INTA 0,823 0,985 1,007 1,121 0,490 10 LPIN 0,353 0,324 0,421 0,394 0,400 11 MASA 0,499 0,561 0,667 0,660 0,604 12 NIPS 1,398 1,478 0,890 1,187 1,297 13 ADMG 0,927 1,038 0,845 0,757 0,926 14 PRAS 1,212 0,740 0,383 0,622 0,686 15 SMSM 1,282 1,456 1,460 1,464 1,590 16 TURI 1,319 1,541 2,762 3,250 3,260 17 UNTR 1,397 1,221 1,198 1,257 1,185 Sumber: data diolah Dari hasil perhitungan di atas pada masing-masing perusahaan, maka dapat terlihat hanya tiga perusahaan yang kemampuan manajemen perusahaan dalam menghadapi persaingan tergolong belum cukup baik karena belum mampu menghasilkan penjualan lebih besar dari Rp.1000 untuk setiap Rp.1000 aktiva yaitu PT. Gajah Tunggal Tbk, PT. Multi Prima Sejahtera Tbk, PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. selain itu, 14 Contoh perhitungan X5 Sales to Total Assets PT. Astra Internasional Tbk ASII tahun 2007: = = = 1,105 perusahaan lainnya memiliki kemampuan manajemen yang baik dalam menghadapi persaingan walaupun hasilnya cukup fluktuatif. b Menghitung nilai Z-score masing-masing perusahaan dan menganalisis hasil perhitungan nilai Z-score berdasarkan nilai batas kategori masing- masing perusahaan. Hasil Model Analisis Altman Z-Score Rumus Z-Score yang dipakai dalam penelitian ini adalah : Z-score = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5 Dari tabel-tabel di atas yaitu tabel 5.1 sampai dengan tabel 5.5 menunjukkan hasil perhitungan variabel X1, X2, X3, X4, dan X5. Hasil perhitungan kelima rasio di atas dikalikan dengan standar masing-masing sesuai dengan ketentuan Z-score maka akan diperoleh hasil Z-score untuk masing-masing perusahaaan pada tahun 2007-2011 sebagai berikut yang ditunjukkan dalam tabel 5.6 dibawah ini. Tabel 5.6: Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Otomotif Tahun 2007 No Nama Perusahaan Z- Score Prediksi Kebangkrutan 1 PT. Astra International Tbk. 2,371 Grey area 2 PT. Astra Otoparts Tbk. 3,220 Sehat 3 PT. Gajah Tunggal Tbk. 1,173 Bangkrut 4 PT. Goodyear Indonesia Tbk. 3,135 Sehat 5 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk. 1,879 Grey area 6 PT. Indo Kordsa dh Branta Mulia Tbk. 2,637 Grey area 7 PT. Indomobil Sukses International Tbk. 0,911 Bangkrut 8 PT. Indospring Tbk. 1,198 Bangkrut 9 PT. Intraco Penta Tbk. 1,582 Bangkrut 10 PT. Multi Prima Sejahtera Tbk. 1,610 Bangkrut 11 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. 1,779 Bangkrut 12 PT. Nipress Tbk. 1,849 Grey area 13 PT. Polychem Indonesia Tbk. 1,161 Bangkrut 14 PT. Prima Alloy Steel Tbk. 1,438 Bangkrut 15 PT. Selamat Sempurna Tbk. 2,923 Grey area 16 PT. Tunas Ridean Tbk. 1,929 Grey area 17 PT. United Tractor Tbk. 2,618 Grey area Sumber: data diolah Berdasarkan perhitungan diatas ada delapan perusahaan yang berada dalam kondisi bangkrut menurut Altman Z-score ditandai dengan nilai hasilnya yang berada di bawah 1,81 dan ada tujuh perusahaan yang berada dalam kondisi grey area yang ditandai nilai hasilnya berada di 1,81 Z-score 2,99, dan hanya ada dua perusahaan yang berada dalam kondisi sehat yaitu PT. Astra Otoparts Tbk dan PT. Goodyear Indonesia Tbk yang ditandai nilai hasilnya diatas 2,99. Tabel 5.7: Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Otomotif Tahun 2008 No Nama Perusahaan Z- Score Prediksi Kebangkrutan 1 PT. Astra International Tbk. 2,528 Grey area 2 PT. Astra Otoparts Tbk. 3,510 Sehat 3 PT. Gajah Tunggal Tbk. 0,762 Bangkrut 4 PT. Goodyear Indonesia Tbk. 1,721 Bangkrut 5 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk. 1,151 Bangkrut 6 PT. Indo Kordsa dh Branta Mulia Tbk. 2,767 Grey area 7 PT. Indomobil Sukses International Tbk. 1,491 Bangkrut 8 PT. Indospring Tbk. 1,364 Bangkrut 9 PT. Intraco Penta Tbk. 1,713 Bangkrut 10 PT. Multi Prima Sejahtera Tbk. 0,974 Bangkrut 11 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. 1,123 Bangkrut 12 PT. Nipress Tbk. 2,013 Grey area 13 PT. Polychem Indonesia Tbk. 0,697 Bangkrut 14 PT. Prima Alloy Steel Tbk. 0,763 Bangkrut 15 PT. Selamat Sempurna Tbk. 3,145 Sehat 16 PT. Tunas Ridean Tbk. 2,343 Grey area 17 PT. United Tractor Tbk. 2,543 Grey area Sumber: data diolah Berdasarkan hasil perhitungan diatas, ada dua perusahaan yang mengalami penurunan kondisi keuangan yaitu PT. Goodyear Indonesia Tbk dari sehat menjadi bangkrut dan PT. Hexindo Adiperkasa Tbk dari grey area menjadi bangkrut. Dan hanya ada satu perusahaan yang memperbaiki kondisi keuangan sehingga dari grey area menjadi sehat yaitu PT. Selamat Sempurna Tbk. Sehingga di tahun 2008 terdapat 10 perusahaan otomotif berada dalam kondisi bangkrut, lima perusahaan berada dalam kondisi grey area yaitu PT. Astra International Tbk, PT. Indo Kordsa dh Branta Mulia Tbk, PT. Nipress Tbk, PT. Tunas Ridean Tbk, PT. United Tractor Tbk, dua perusahaan berada dalam kondisi sehat yaitu PT. Astra Otoparts Tbk dan PT. Selamat Sempurna Tbk. Tabel 5.8: Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Otomotif Tahun 2009 No Nama Perusahaan Z- Score Prediksi Kebangkrutan 1 PT. Astra International Tbk. 2,710 Grey area 2 PT. Astra Otoparts Tbk. 3,604 Sehat 3 PT. Gajah Tunggal Tbk. 1,728 Bangkrut 4 PT. Goodyear Indonesia Tbk. 1,381 Bangkrut 5 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk. 3,108 Sehat 6 PT. Indo Kordsa dh Branta Mulia Tbk. 4,329 Sehat 7 PT. Indomobil Sukses International Tbk. 1,536 Bangkrut 8 PT. Indospring Tbk. 1,985 Grey area 9 PT. Intraco Penta Tbk. 1,614 Bangkrut 10 PT. Multi Prima Sejahtera Tbk. 1,993 Grey area 11 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. 1,621 Bangkrut 12 PT. Nipress Tbk. 1,485 Bangkrut 13 PT. Polychem Indonesia Tbk. 0,894 Bangkrut 14 PT. Prima Alloy Steel Tbk. 0,302 Bangkrut 15 PT. Selamat Sempurna Tbk. 3,108 Sehat 16 PT. Tunas Ridean Tbk. 4,522 Sehat 17 PT. United Tractor Tbk. 2,909 Grey area Sumber: data diolah Dapat dilihat bahwa perusahaan otomotif ada beberapa yang tetap bertahan dengan berada pada kondisi sehat dan ada pula yang mulai memperbaiki kondisi keuangan dengan melihat bahwa pada tahun 2009 sebanyak lima perusahaan berada dalam keadaan sehat yaitu PT. Astra Otoparts Tbk, PT. Hexindo Adiperkasa Tbk, PT. Indo Kordsa dh Branta Mulia Tbk, PT. Selamat Sempurna Tbk, PT. Tunas Ridean Tbk. Ada pula yang memiliki kondisi keuangan yang tidak berkembang melainkan menurun yaitu PT. Nipress Tbk. Perusahaan ini harus mampu bertahan dengan ketatnya persaingan. Selain itu,ada empat perusahaan berada pada grey area yaitu PT. Astra International Tbk, PT. Indospring Tbk, PT. Multi Prima Sejahtera Tbk, PT. United Tractor Tbk. Tabel 5. 9: Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Otomotif Tahun 2010 No Nama Perusahaan Z- Score Prediksi Kebangkrutan 1 PT. Astra International Tbk. 2,666 Grey area 2 PT. Astra Otoparts Tbk. 3,732 Sehat 3 PT. Gajah Tunggal Tbk. 1,769 Bangkrut 4 PT. Goodyear Indonesia Tbk. 1,695 Bangkrut 5 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk. 3,738 Sehat 6 PT. Indo Kordsa dh Branta Mulia Tbk. 4,259 Sehat 7 PT. Indomobil Sukses International Tbk. 1,800 Bangkrut 8 PT. Indospring Tbk. 2,241 Grey area 9 PT. Intraco Penta Tbk. 1,648 Bangkrut 10 PT. Multi Prima Sejahtera Tbk. 2,288 Grey area 11 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. 1,462 Bangkrut 12 PT. Nipress Tbk. 1,964 Grey area 13 PT. Polychem Indonesia Tbk. 1,250 Bangkrut 14 PT. Prima Alloy Steel Tbk. 0,983 Bangkrut 15 PT. Selamat Sempurna Tbk. 3,058 Sehat 16 PT. Tunas Ridean Tbk. 4,885 Sehat 17 PT. United Tractor Tbk. 2,749 Grey area Sumber: data diolah Dapat dilihat bahwa dalam tahun 2010 ada satu perusahaan yang memperbaiki kondisi keuangannya yaitu PT. Nipress Tbk dari kondisi bangkrut menjadi grey area. Selain itu 16 perusahaan lainnya masih tetap bertahan pada kondisi dari tahun sebelumnya sehingga di tahun 2010 ini, terdapat tujuh perusahaan berada dalam kondisi bangkrut, lima perusahaan dalam kondisi grey area dan lima perusahaan dalam kondisi sehat. Tabel 5. 10: Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Otomotif Tahun 2011 No Nama Perusahaan Z- Score Prediksi Kebangkrutan 1 PT. Astra International Tbk. 2,495 Grey area 2 PT. Astra Otoparts Tbk. 3,090 Sehat 3 PT. Gajah Tunggal Tbk. 1,842 Grey area 4 PT. Goodyear Indonesia Tbk. 1,626 Bangkrut 5 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk. 3,268 Sehat 6 PT. Indo Kordsa dh Branta Mulia Tbk. 3,205 Sehat 7 PT. Indomobil Sukses International Tbk. 2,157 Grey area 8 PT. Indospring Tbk. 2,565 Grey area 9 PT. Intraco Penta Tbk. 0,701 Bangkrut 10 PT. Multi Prima Sejahtera Tbk. 2,544 Grey area 11 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. 0,899 Bangkrut 12 PT. Nipress Tbk. 1,994 Grey area 13 PT. Polychem Indonesia Tbk. 1,738 Bangkrut 14 PT. Prima Alloy Steel Tbk. 1,016 Bangkrut 15 PT. Selamat Sempurna Tbk. 3,571 Sehat 16 PT. Tunas Ridean Tbk. 4,930 Sehat 17 PT. United Tractor Tbk. 8,255 Sehat Sumber : data diolah Dari hasil tabel diatas, terdapat tiga perusahaan yang memperbaiki kondisi keuangannya yaitu PT. Gajah Tunggal Tbk dan PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk dari kondisi bangkrut menjadi kondisi grey area, dan PT. United Tractor Tbk dari kondisi grey area menjadi kondisi sehat. Selain itu, 14 perusahaan lainnya masih berada dalam kondisi yang sama di tahun sebelumnya. Sehingga di tahun 2011 ini, terdapat lima perusahaan berada dalam kondisi bangkrut, enam perusahaan dalam kondisi grey area, dan 6 perusahaan dalam kondisi sehat.

C. Pembahasan

Berikut ini merupakan hasil perhitungan Z-Score untuk seluruh perusahaan secara rinci, yaitu : Tabel 5.11 : Nilai Z-Score PT. Astra Internasional Tbk. Tahun Z-Score Kategori 2007 2,371 Grey Area 2008 2,528 Grey Area 2009 2,710 Grey Area 2010 2,666 Grey Area 2011 2,495 Grey Area Sumber : data diolah Seperti terlihat pada Tabel 5.11, menunjukkan bahwa PT. Astra Internasional Tbk. Selama lima tahun berturut-turut berada di kondisi Grey Area. Kondisi ini menggambarkan perusahaan yang memiliki kemungkinan bangkrut maupun kemungkinan tidak mengalami kebangkrutan. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan total utang yang signifikan yang dilakukan oleh perusahaan. Peningkatan utang ini disertai dengan adanya peningkatan penjualan yang dilakukan perusahaan sehingga bisa menutup utang yang dimiliki perusahaan. Selain itu juga ditunjukkan dengan adanya peningkatan laba bersih setiap tahun, dimana mengindikasikan perusahaan beroperasi secara baik dan memuaskan para investor, sehingga PT. Astra Internasional Tbk. Ini masih bertahan di industri otomotif di Indonesia. Tabel 5.12 : Nilai Z-score PT. Astra Otoparts Tbk. Tahun Z-Score Kategori 2007 3,220 Sehat 2008 3,510 Sehat 2009 3,604 Sehat 2010 3,732 Sehat 2011 3,090 Sehat Sumber : data diolah Seperti terlihat pada tabel diatas, PT. Astra Otoparts Tbk yang tergabung dalam kelompok usaha Astra Group selama lima tahun berturut-turut berada pada kondisi sehat yang menggambarkan bahwa manajemen perusahaan telah melakukan pengelolaan sumber daya yang dimiliki perusahaan aktiva dengan efektif sehingga dapat meningkatkan penjualan setiap tahunnya yang diiringi dengan peningkatan laba bersih dan adanya laba ditahan yang disimpan untuk pengembangan investasi lainnya. Tabel 5.13 : Nilai Z-Score PT. Gajah Tunggal Tbk. Tahun Z-Score Kategori 2007 1,173 Bangkrut 2008 0,762 Bangkrut 2009 1,728 Bangkrut 2010 1,769 Bangkrut 2011 1,842 Grey Area Sumber : data diolah Dari tabel diatas, diketahui bahwa PT. Gajah Tunggal Tbk. dari tahun 2007-2010 mengalami kondisi bangkrut, tetapi di tahun 2011, perusahaan berada di kondisi grey area yang menunjukkan bahwa perusahaan melakukan perbaikan kondisi keuangannya. Di tahun 2007, perusahaan mendapat laba bersih yang kecil senilai Rp.140.321.000.000,- yang menunjukkan bahwa pihak manajemen tidak dapat mengelola aktivanya secara efektif. Selain itu, di tahun 2008, perusahaan makin jatuh akibat krisis ekonomi dunia yang ditunjukkan dengan rasio X2 dan X3 bernilai negatif. Adanya rasio X2 bernilai negatif yaitu -0,063 mengindikasikan bahwa kemampuan aktiva perusahaan untuk memperoleh laba ditahan sangatlah rendah. Rugi usaha yang dialami perusahaan disebabkan karena penghasilan yang diterima tidak mampu menutupi beban-beban yang harus ditanggung selama periode tersebut. Rasio X3 bernilai negatif yaitu -0,089 menunjukkan bahwa pihak manajemen tidak dapat mengelola aktiva secara efektif. Nilai rasio X3 bernilai sangat rendah karena profitabilitas perusahaan pada tahun ini mengalami kerugian sehingga perusahaan tidak membagi deviden di tahun tersebut. Akhirnya di tahun 2009 dan 2010, perusahaan melakukan perbaikan kondisi keuangan perusahaan yang ditunjukkan dengan nilai Z-Score yang meningkat di tahun 2009 sebesar 1,728 dan 2010 sebesar 1,769 secara signifikan sampai akhirnya di tahun 2011, perusahan berada pada kondisi grey area dengan nilai Z-Score sebesar 1,842 . Tabel 5.14 : Nilai Z-Score PT. Goodyear Indonesia Tbk. Tahun Z-Score Kategori 2007 3,135 Sehat 2008 1,721 Bangkrut 2009 1,381 Bangkrut 2010 1,695 Bangkrut 2011 1,626 Bangkrut Sumber : data diolah Seperti terlihat pada table 5.14, diketahui bahwa PT. Goodyear Indonesia Tbk. Di tahun 2007 berda pada kondisi sehat, tetapi empat tahun berikutnya dari tahun 2008-2011 berada pada kondisi bangkrut. Di tahun 2008, perusahaan mengalami penurunan laba bersih EBIT yang drastis dari jumlah Rp61.162.000.000,- di tahun 2007 menjadi Rp. 6.611.000.000,- di tahun 2008 dikarenakan adanya krisis ekonomi dunia. Selain itu di tahun 2009-2011, rasio X1 dan rasio X2 bernilai negatif. Rasio X1 yang bernilai negatif menunjukkan bahwa perusahaan memiliki tingkat likuiditas terendah daripada tahun yang sebelumnya. Pada tahun 2009-2011 tercatat sebagai perusahaan yang memiliki likuid sebesar -0,112 dan -0,072 serta -0,086 artinya perusahaan memiliki likuiditas yang rendah, jumlah aktiva lancar lebih kecil daripada jumlah kewajiban lancar. Rasio X2 yang bernilai negatif di tahun 2009-2001 yaitu - 0,333, -0,252 dan -0,239 mengindikasikan bahwa kemampuan aktiva untuk memperoleh laba ditahan sangatlah rendah. Tabel 5.15 : Nilai Z-Score PT. Hexindo Adiperkasa Tbk. Tahun Z-Score Kategori 2007 1,879 Grey Area 2008 1,151 Bangkrut 2009 3,108 Sehat 2010 3,738 Sehat 2011 3,268 Sehat Sumber : data diolah Dari tabel diatas, terlihat PT. Hexindo Adiperkasa Tbk. Mengalami kondisi Grey area pada tahun 2007 dan mengalami kondisi bangkrut di tahun 2008 karena kena imbas dari krisis ekonomi dunia yang ditandai dengan penurunan penjualan di tahun 2008 secara drastis menjadi sebesar Rp.554.219.000.000,- dari total penjualan di tahun sebelumnya 2007 yaitu Rp. 1.741.151.000.000,-. Tetapi, perusahaan terus melakukan perbaikan kondisi keuangan di tahun 2009 dan seterusnya dengan peningkatan penjualan secara signifikan menjadi Rp.3.230.272.000.000,- dan meningkat di tahun berikutnya sehingga berdasarkan nilai Z-Score pada tahun 2009-2011 perusahaan berada di kondisi sehat. Tabel 5.16 : Nilai Z-Score PT. Indo Kordsa Tbk. Tahun Z-Score Kategori 2007 2,637 Grey Area 2008 2,767 Grey Area 2009 4,329 Sehat 2010 4,259 Sehat 2011 3,205 Sehat Sumber : data diolah Dari data di atas terlihat bahwa PT Indo Kordsa Tbk. Pada tahun 2007- 2008 berada pada kondisi grey area. Tetapi di tahun berikutnya perusahaan berada pada kondisi sehat dikarenakan perusahaan terus melakukan perbaikan kondisi keuangan dengan meningkat penjualan di tahun berikutnya diiringi dengan penurunan jumlah utang yang dimiliki perusahaan. Tabel 5.17 : Nilai Z-Score PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk. Tahun Z-Score Kategori 2007 0,911 Bangkrut 2008 1,491 Bangkrut 2009 1,536 Bangkrut 2010 1,800 Bangkrut 2011 2,157 Grey Area Sumber : data diolah Berdasarkan nilai Z-Score di atas, terlihat bahwa pada tahhun 2007-2010, perusahaan mengalami kondisi bangkrut dan mengalami peningkatan pada tahun 2011 sehingga berda di kondisi grey area. Kondisi bangkrut di tahun 2007 disebabkan rasio X1 dan rasio X2 bernilai negatif yaitu -0,107 dan -0,095. Sedangkan ditahun 2008, perusahaan juga memiliki rasio X1 dan rasio X2 bernilai negative yaitu -0,056 dan -0,062. Rasio X1 yang bernilai negatif menunjukkan perusahaan memiliki likuiditas yang rendah, jumlah aktiva lancar lebih kecil daripada jumlah kewajiban lancar. Rasio X2 yang bernilai negatif menunjukkan kemampuan aktiva untuk memperoleh laba ditahan sangatlah rendah. Rugi usaha yang dialami perusahaan disebabkan karena penghasilan yang diterima tidak mampu menutupi beban-beban yang ditanggung selama periode tersebut lebih mengarah kepada beban usaha dan biaya pokok penjualan. Di tahun 2009, perusahaan memiliki nilai rasio X1 negatif yaitu -0,040, selain itu perusahaan mengalami peningkatan kondisi keuangan yang ditandai dengan laba ditahan yang bernilai positif yaitu Rp.15.755.000.000,- tetapi mengalami penurunan penjualan menjadi Rp.6.939.570.000.000,-. Perusahaan terus melakukan upaya peningkatan kondisi keuangan perusahaan dengan cara meningkatkan penjualan di tahun 2010 menjadi Rp.10.935.335.000.000,- dan mengalami modal kerja bersih positif sehingga pada akhirnya di tahun 2011 perusahaan keluar dari kondisi bangkrut menjadi kondisi grey area. Table 5.18 : Nilai Z-Score PT. Indospring Tbk. Tahun Z-Score Kategori 2007 1,198 Bangkrut 2008 1,364 Bangkrut 2009 1,985 Grey Area 2010 2,241 Grey Area 2011 2,565 Grey Area Sumber : data diolah