Deskripsi Sampel Perusahaan GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Jakarta dengan No.795,796, dan 797 tanggal 4 Maret 1982 dan diumumkan dalam tambahan No.771 pada Berita Negara No.50 tanggal 22 Juni 1982. Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Notaris No. 6 tanggal 4 November 2011 dari Amrul Partomuan S.H., notaris di Jakarta sehubungan dengan perubahan status Perseroan dari Penanaman Modal Dalam Negeri menjadi Penanaman Modal Asing. Perubahan ini telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. AHU-AH.01.10- 40382 tanggal 12 Desember 2011. Perseroan berdomisili di Indonesia dengan kantor pusat dan pabrik berlokasi di Jl. Pahlawan, Desa Karang Asem Timur, Citeureup, Bogor. Perusahaan tergabung dalam kelompk usaha grup Kordsa Global Endustriyel Iplik ve kord Bezi Sanayi ve Ticaret A.S Kordsa Global, Turki, suatu perusahaan yang berdomisili di Turki. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi bidang manufaktur dan pemasaran ban, filament yarn serat-serat nylon, polyester, rayon nylon tire cord benang nylon untuk ban dan bahan baku polyester purified terepthalic acid. Perusahaan mulai berproduksi secara komersial pada 1 April 1987. Hasil produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri, ke Asia dan Timur Tengah. Jumlah karyawan Perusahaan dan anak perusahaan rata-rata 1.521 karyawan untuk tahun 2011 dan 1.769 karyawan untuk tahun 2010. 7. PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk. PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk “Perusahaan” didirikan berdasarkan hasil penggabungan usaha antara PT Indomulti Inti Industri Tbk IMII dan PT Indomobil Investment Corporation IIC. Setelah penggabungan usaha, Perusahaan dan Entitas Anak mengkonsentrasikan kegiatannya dalam bidang otomotif dan kegiatan penunjangnya. Perusahaan dan Entitas Anak selanjutnya disebut “Grup” didirikan dan menjalankan kegiatan usahanya di Indonesia. Ruang lingkup kegiatan Grup bergerak dalam bidang perakitan dan distribusi kendaraan bermotor roda empat, bis dan truk, dengan merek “Suzuki”, “Nissan”, “Volvo”, “Volkswagen VW”, “SsangYong”, “AUDI”, “Hino”, “Renault”, “Manitou”, “Kalmar”, “Chery”, “Foton”, “Great Wall”, dan “Mack” dan atau kendaraan bermotor roda dua serta suku cadangnya, perbengkelan, alat-alat berat, jasa keuangan, pembiayaan konsumen, penyewaan dan jual beli kendaraan bekas pakai. Bidang usaha Perusahaan adalah melakukan penyertaan saham dalam perusahaan- perusahaan atau kegiatan lainnya yang terkait dengan industri otomotif. Perusahaan memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1990. Perusahaan berlokasi di Wisma Indomobil, Jl. MT. Haryono Kav. 8, Jakarta. Fasilitas pabrik dan perakitan Grup terutama berlokasi di kawasan industri sekitar Jakarta dan Jawa Barat, sedangkan fasilitas penunjang servis otomotif lainnya, seperti dealer, bengkel, dan pembiayaan terutama berlokasi di kota besar di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. 8. PT. Indospring Tbk. PT. Indospring Tbk Perusahaan berkedudukan di Gresik, didirikan berdasarkan akta notaris No. 10 bulan Mei 1987 dari notaris Stefanus Sindunatha, S.H dengan status Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN. Berdasarkan pada pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup dari aktivitas perusahaan bergerak dalam bidang industri spare parts kendaraan bermotor khususnya pegas, yang berupa leaf spring pegas daun dan coil spring pegas spiral beralamat di Jl. Mayjend Sungkono No.10, Segoromadu, Gresik 61123 Jwa Timur. Perusahaan mulai berproduksi secara komersial pada tahun 1979. 9. PT. Intraco Penta Tbk. PT. Intraco Penta Tbk Perusahaan atau Induk Perusahaan didirikan berdasarkan Akta No. 13 tanggal 10 Mei 1975 dari Milly Karmila Sarael, S.H., notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman RI dalam surat keputusan No. Y.A.519915 tanggal 10 Juni 1975 serta diumumkan dalam Berita Negara RI No.38 tanggal 11 Mei 1993, Tambahan No. 2084. Perusahaan memulai usahanya secara komersial pada tahun 1975. Kantor pusat Perusahaan terletak di Jl. Raya Cakung Cilincing KM 3,5 Jakarta 14130, sedangkan cabang-cabang Perusahaan terletak di beberapa kota di Indonesia. Sesuai dengan pasal 3 dari Anggaran Dasar, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama meliputi bidang perdagangan dan penyewaan alat-alat berat dan suku cadang, serta memberikan jasa pelayanan yang berkenaan dengan perakitan dan perbengkelan. 10. PT. Multi Prima Sejahtera Tbk. Pada tahun 2000, PT. Multi Prima Sejahtera “Perusahaan” dh Lippo Enterprises Tbk terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 8 Oktober 2000. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi manufaktur busi dan suku cadang kendaraan bermotor, perdagangan barang-barang hasil produksi sendriti dan atau perusahaan yang mempunyai hubungan berelasi, penyertaan dalam perusahaan-perusahaan dan atau badan hukum lain. Perusahaan berkedudukan di Karawaci Office Park Blok M No. 39-50 Lippo Karawaci, Tangerang, sedangkan pabriknya berlokasi di Jl. Kabupaten No. 454, Desa Tlajung Udik, Kecamatan Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat. 11. PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. PT. Multistrada Arah Sarana Tbk atau disingkat dengan MASA berdiri pada tanggal 20 Juni 1988, bertempat di Jakarta dengan nama PT. Oroban Perkasa. Bisnis inti MASA adalah manufaktur ban kendaraan bermotor roda empat atau lebih. MASA mulai beroperasi secara komersial pada bulan Agustus 1995. Dengan lokasi produksi di Jalan Raya Lemah Abang KM 58,3, Cikarang Timur, Jawa Barat. Hasil produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri, termasuk Timur Tengah, Eropa, Australia, Afrika, Asia dan Amerika. Perusahaan tidak memiliki entitas induk langsung maupun entitas induk terakhir karena tidak terdapat pemegang saham pengendali atas perusahaan. 12. PT. Nipress Tbk. PT. Nipress Tbk Perusahaan didirikan dalam rangka Undang- Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No.6 tahun 1968 yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 12 tahun 1970 berdasarkan akta notaris No. 295 tanggal 24 April 1975 dari Ridwan Suselo SH, notaris di Jakarta. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.527122 tanggal 19 Agustus 1975, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 42 tanggal 25 mei 1976, Tambahan No. 394. Perusahaan dan pabrik berdomisili di Jawa barat. Ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi bidang usaha industri accu lengkap untuk segala keperluan dan usaha-usaha lainnya yang berhubungan dengan hal tersebut. Perusahaan mulai berproduksi secara komersial sejak tahun 1975. Hasil produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri, termasuk Eropa, Asia, Timur Tengah, Afrika dan Amerika. 13. PT. Polychem Indonesia dh GT. Petrochem Industries Tbk. PT. Polychem Indonesia Tbk perusahaan didirikan dengan akta no. 62 tanggal 25 April 1986 dari Irawati Marzuki Arifin, SH, notaris di Jakarta. Akta pendirian tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman RI dengan SK No. C2-1526.HT.01.01.TH.87 tanggal 21 Februari 1987. Perusahaan berdomisili di Jakarta. Susunan anggota dewan komisaris terdiri dari 5 dewan komisaris dan 5 dewan direksi. Ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi industri pembuatan kain nylon cord, polyester chips, polyester filament, engineering plastik, engineering resin, ethylene glycol, polyester staple fiber dan petrokimia, pertenunan, pemintalan dan industri tekstil. Perusahaan memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1990 dan status perusahaannya adalah PMDN. 14. PT. Prima Alloy Steel Tbk. PT. Prima Alloy Steel Tbk didirikan dengan akta notaris M.M. Lomanto, S.H. No. 22 tanggal 20 Februari 1984. Akta pendirian ini disahkan oleh menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat keputusan No. C2-2315-HT.01.TH.1985 tanggal 25 April 1985 serta diumumkan dalam Berita Negara No. 27 Tambahan No. 304 tanggal 3 April 1987. Perusahaan berdomisili di Jawa Timur. Ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi industri rim, stabilizer, dan peralatan lain dari alloy aluminium dan baja, serta perdagangan umum untuk produk-produk tersebut. Perusahaan memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1986 dan status perusahaannya adalah PMDN. 15. PT. Selamat Sempurna Tbk. PT. Selamat Sempurna Tbk Perusahaan didirikan pada tanggal 19 Januari 1976 berdasarkan akta notaris Ridwan Suselo, S.H. No. 207. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. Y. A.5965 tanggal 22 Maret 1976. Perusahaan berdomisili di Jakarta. Kantor pusat di Jakarta Utara dan pabrik Entitas berlokasi di Jakarta dan Tangerang. Ruang lingkup kegiatan perusahaan adalah bergerak dalam bidang industri alat-alat perlengkapan suku cadang dari berbagai macam alat-alat mesin pabrik dan kendaraan, dan sejenisnya. Perusahaan memulai kegiatan operasi komersialnya sejak tahun 1980. 16. PT. Tunas Ridean Tbk. PT. Tunas Ridean Tbk Perseroan didirikan berdasarkan akta notaris Winanto Wiryomartani, SH No. 102 tanggal 24 Juli 1980. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A5140.1 tanggal 7 April 1981 dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 935, Tambahn No. 84 tanggal 21 Oktober 1983. Perseroan berdomisili di Jakarta. Ruang lingkup kegiatan perseroan meliputi keagenan penjualan kendaraan bermotor dan jasa keuangan. Perseroan memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1981 dan status perseroannya adalah PMDN. Seluruh saham Perseroan yang ditempatkan telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia sejak 16 Mei 1995. 17. PT. United Tractors Tbk. PT. United Tractors Tbk Perusahaan didirikan di Indonesia pada tanggal 13 Oktober 1972 dengan nama PT Inter Astra Motor zWorks, berdasarkan akta Pendirian No.69 oleh notaris Djojo Mulyadi, S.H. akta pendirian tersebut relah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.5348 tanggal 6 Februari 1973 dan telah diumumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 31, Tambahan No. 281 tanggal 17 April 1973. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan memiliki 18 cabang, 17 kantor lapangan dan 12 kantor perwakilan yang tersebar di seluruh Indonesia. Ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi penjualan dan penyewaan alat- alat berat, penambangan batu bara dan kontraktor penambangan. Perusahaan memulai kegiatan operasinya pada tahun 1973 dan status perusahaannya adalah PMDN. 50

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Data dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari Pojok BEI Universitas Sanata Dharma, Indonesian Capital Market Directory, dan situs www.idx.co.id . Data yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2007- 2011 dari 17 perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam menganalisis data penelitian, penulis melakukan penilaian kondisi keuangan perusahaan dengan menggunakan rumus Z-Score Altman.

B. Analisis Data

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Untuk variabel independen yaitu rasio keuangan yang digunakan Altman, sedangkan variabel dependen adalah nilai Z-Score. Analisis data dilakukan berdasarkan langkah-langkah yang telah disusun sebelumnya di dalam metode penelitian, yaitu : 1. Pengumpulan data Pengumpulan data yang dilakukan yang diambil dari laporan keuangan setiap perusahaan, berupa rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam metode Altman. Data-data tersebut adalah total aktiva lancar, total aktiva, total hutang lancar, total hutang, laba ditahan, laba sebelum bunga dan pajak, nilai pasar ekuitas dan total penjualan. 2. Menghitung Z-Score untuk menilai kondisi perusahaan. Dalam melakukan perhitungan Z-Score dengan melalui langkah-langkah sebagai berikut : a Menghitung komponen Z-Score masing-masing perusahaan : Working Capital to Total Assets Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya. Rasio ini dihitung dengan membagi modal kerja bersih dengan total aktiva. Modal kerja bersih diperoleh dengan cara aktiva lancar dikurangi dengan kewajiban lancar. Modal kerja bersih yang negatif kemungkinan besar akan menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk menutupi kewajiban tersebut. Sebaliknya, perusahaan dengan modal kerja bersih yang bernilai positif jarang sekali menghadapi kesulitan dalam melunasi kewajibannya. Dari hasil perhitungan modal kerja terhadap total aset yang dimiliki masing-masing perusahaan, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan-perusahaan otomotif belum ada yang mampu menghasilkan modal kerja lebih besar dari Rp. 1000 untuk setiap Rp. 1000 aset. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dibawah ini yaitu Tabel 5.1 merupakan hasil perhitungan rasio X1 Working Capital to Total Assets dari tahun 2007-2011 dengan 17 perusahaan. Tabel 5.1: Working Capital to Total Assets NO KODE 2007 2008 2009 2010 2011 1 ASII 0,107 0,107 0,112 0,092 0,147 2 AUTO 0,263 0,249 0,248 0,170 0,096 3 GJTL 0,213 0,113 0,175 0,178 0,188 4 GDYR 0,148 0,143 0,112 0,072 0,086 5 HEXA 0,142 0,277 0,361 0,369 0,350 6 BRAM 0,469 0,318 0,345 0,365 0,327 7 IMAS 0,107 0,056 0,040 0,037 0,154 8 INDS 0,039 0,052 0,142 0,153 0,407 9 INTA 0,529 0,474 0,140 0,048 0,102 10 LPIN 0,297 0,160 0,385 0,404 0,426 11 MASA 0,048 0,031 0,047 0,108 0,287 12 NIPS 0,030 0,019 0,004 0,009 0,046 13 ADMG 0,207 0,006 0,032 0,036 0,100 14 PRAS 0,033 0,006 0,292 0,145 0,062 15 SMSM 0,237 0,269 0,226 0,335 0,400 16 TURI 0,066 0,166 0,124 0,167 0,193 17 UNTR 0,138 0,219 0,194 0,189 0,230 Sumber : data diolah Selain itu, terdapat beberapa perusahaan yang mengalami hasil perhitungan negatif, seperti PT. Goodyear Indonesia Tbk dari tahun 2009-2011, PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk tahun 2007-2009, PT. Intraco Penta Tbk pada tahun 2011, PT. Multistrada Arah Sarana Tbk tahun 2008-2011, PT. Nipress Tbk pada tahun 2009, PT. Polychem Indonesia Tbk tahun 2008, yang menunjukkan bahwa adanya modal kerja bersih negatif, jumlah aktiva lancar lebih kecil dari jumlah Contoh perhitungan Working Capital to Total Assets: PT. Astra Internasional Tbk ASII tahun 2007: = = = 0,107 kewajiban lancar, sehingga tidak mencukupi untuk menutup kewajibannya yang mempengaruhi perhitungan . Retained Earnings to Total Assets Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Dengan kata lain, laba ditahan menunjukkan berapa banyak pendapatan perusahaan yang tidak dibayarkan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham. Laba ditahan menunjukkan klaim terhadap aktiva, bukan aktiva per ekuitas pemegang saham. Laba ditahan terjadi karena pemegang saham biasa mengizinkan perusahaan untuk menginvestasikan kembali laba yang tidak didistribusikan sebagai dividen. Dengan demikian, laba ditahan yang dilaporkan dalam neraca bukan merupakan kas dan tidak tersedia untuk pembayaran dividen atau yang lain. Rasio ini juga merupakan indikator profitabilitas kumulatif yang relatif terhadap panjangnya waktu yang mengisyaratkan bahwa semakin muda suatu perusahaan semakin sedikit waktu yang dimilikinya untuk membangun laba kumulatif sehingga semakin besar kemungkinannya untuk mengalami kegagalan usaha. Bila perusahaan merugi, total dan nilai laba ditahan pada perusahaan akan mengalami penurunan. Tabel di bawah ini merupakan hasil perhitungan rasio X2 Retained Earnings to Total Assets. Tabel 5.2: X2 Retained Earnings to Total Assets NO KODE 2007 2008 2009 2010 2011 1 ASII 0,369 0,371 0,515 0,492 0,474 2 AUTO 0,515 0,555 0,633 0,656 0,615 3 GJTL 0,021 0,063 0,099 0,167 0,228 4 GDYR 0,446 0,250 0,333 0,252 0,239 5 HEXA 0,199 0,249 0,373 0,397 0,376 6 BRAM 0,428 0,460 0,664 0,657 0,586 7 IMAS 0,095 0,062 0,003 0,077 0,317 8 INDS 0,066 0,076 0,204 0,243 0,272 9 INTA 0,113 0,106 0,144 0,140 0,088 10 LPIN 0,050 0,064 0,159 0,239 0,301 11 MASA 0,133 0,100 0,162 0,191 0,152 12 NIPS 0,191 0,269 0,289 0,332 0,291 13 ADMG 0,166 0,259 0,247 0,056 0,107 14 PRAS 0,059 0,031 0,046 0,081 0,087 15 SMSM 0,407 0,412 0,356 0,334 0,389 16 TURI 0,214 0,247 0,485 0,511 0,522 17 UNTR 0,356 0,285 0,378 0,388 0,338 Sumber: data diolah Dari hasil perhitungan laba ditahan terhadap total asset yang dimiliki masing-masing perusahaan, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan-perusahaaan otomotif tidak mampu menghasilkan laba ditahan seperti yang diharapkan. Ini dapat dilihat bahwa untuk setiap Rp. 1000 aktiva, belum ada yang mampu menghasilkan laba ditahan lebih besar dari Rp.1000. Contoh perhitungan X2 Retained Earnings to Total Assets: PT. Astra Internasional Tbk ASII tahun 2007: = = = 0,369 Pada tahun 2007, perusahaan PT. Indomobil Sukses International dan PT. Polychem Indonesia memiliki rasio X2 bernilai negatif, artinya bahwa selama ini pula perusahaan tidak pernah membukukan laba ditahan atau selalu mengakumulasikan rugi ditahan. Hal ini yang mengindikasikan bahwa kemampuan aktivanya untuk memperoleh laba ditahan sangatlah rendah dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya, disebabkan karena penghasilan yang diterima tidak mampu menutupi beban-beban yang harus ditanggung selama periode tersebut lebih mengarah kepada beban usaha dan biaya pokok penjualan. Hal tersebut juga terjadi pada PT. Gajah Tunggal Tbk, PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk, dan PT. Polychem Indonesia Tbk untuk periode tahun 2008. Hal serupa juga terjadi pada PT Goodyear Indonesia Tbk, PT. Polychem Tbk, dan PT. Prima Alloy Steel pada tahun 2009. Untuk tahun 2010-2011, PT. Goodyear Indonesia Tbk masih menunjukkan rasio X2 bernilai negatif. X3 Earning Before Interest and Tax to Total Assets Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak. Semakin kecil tingkat profitabilitas berarti semakin tidak efisien dan tidak efektif perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva di dalam menghasilkan laba usaha begitu juga sebaliknya.