Metode Z-Score TINJAUAN PUSTAKA

= Sales to Total Assets Rasio ini termasuk rasio aktifitas yang mengukur keefektifan suatu perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini menggambarkan kemampuan peningkatan penjualan dari aktiva perusahaan. 3. Kelebihan dan kelemahan Z-Score Kelebihan Z-score yaitu dapat diterapkan pada perusahaan go public dan yang tidak go public. Z-score dapat diterapkan di negara berkembang yang sebagian merupakan perusahaan tidak go public Hanafi dan Halim, 2005: 289. Ada pula beberapa kelemahannya, yaitu : a. Keanekaragaman data EBIT. Pengungkapan dan pelaporan keuangan antar perusahaan yang satu dengan yang lain biasanya berbeda. Hal ini menyebabkan EBIT sulit diterapkan karena pada perusahaan tertentu adakalanya besarnya bungan tidak dinyatakan secara eksplisit dan oleh karenanya harus menggunakan EBT Earning Before Tax Adnan dan kurniasih, 2000: 136. b. Tidak adanya penegasan atau pemisahan antara satu kelompok industri dengan kelompok industri lainnya. Hal ini menimbulkan anggapan bahwa model Altman akan memberikan perlakuan terhadap semua kelompok industri. Padahal, antara kelompok industri yang satu dengan yang lain memiliki karakteristik yang berbeda Adnan dan kurniasih, 2000: 184. c. Tidak ada rentang waktu yang pasti kapan kebangkrutan akan terjadi setelah hasil z-score diketahui lebih rendah dari standar yang telah ditetapkan. Endri, 2009: 36

D. Penelitian Terdahulu

1. Adnan dan Kurniasih 2000, menganalisis tingkat kesehatan perusahaan untuk memprediksi potensi kebangkrutan perusahaan dengan metode Altman. Penelitian ini mengambil kasus 5 perusahaan non perbankan yang ketiganya delisted menggunakan formula Z-score dan 5 perusahaan perbankan yang beku operasi. Alat analisis yang digunakan menggunakan variabel keuangan rasio likuiditas, rentabilitas, profit margin, dan rasio operasi, sedangkan untuk perbankan menggunakan analisis CAMEL. Selain pengujian Z-score dan CAMEL, penelitian ini diperluas dengan analisis yang mengukur tingkat kesehatan perusahaan berdasarkan rasio keuangan yang ditetapkan MenKeu RI No. 826KMK 0131992. Diperoleh hasil bahwa Z-score bisa digunakan sebagai salah satu alat ukur yang handal untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. 2. Christina 2005, menganalisis potensi kebangkrutan perusahaan perusahaan go public di Bursa Efek Jakarta. Sampel sebanyak 7 perusahaan manufaktur yang delisting antara tahun 1999 sampai 2003. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ketentuan tentang delisting yang dikeluarkan BAPEPAM sudah tepat diterapkan pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang delisting tersebut. 3. Wilopo 2001 melakukan penelitian dengan judul : Prediksi Kebangkrutan Bank. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu untuk memprediksi kegagalan suatu usaha pada umumnya menggunakan model analisa rasio keuangan. Maka untuk usaha non perbankan menggunakan perhitungan Z-score yang ditemukan Altman, sedangkan untuk perbankan digunakan rasio CAMEL dengan didukung variabel lain seperti variabel kondisi ekonomi. 4. Wahyuni 2004 melakukan penelitian dengan judul: Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan dengan Metode Altman. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio Working Capital to Total Assets, Retained Earning to Total Assets, ROA, Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities, Sales to Total Assets. Analisis data dengan formula Altman dan dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu: bangkrut, daerah rawan, dan tidak bangkrut. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa rasio WCTA, RETA, ROA, MVBV tidak terdapat pengaruh yang signifikan dengan prediksi kebangkrutan, sedangkan untuk rasio STA mempunyai pengaruh yang signifikan dengan prediksi kebangkrutan. 5. Supardi dan Mastuti 2003: 74 hasil analisa menunjukkan bahwa rasio keuangan profitability, liquidity dan solvency bermanfaat untuk memprediksi kebangkrutan dengan tingkat keakuratan 95 setahun sebelum perusahaan bangkrut. Tingkat keakuratan tersebut turun menjadi 72 untuk periode dua tahun sebelum bangkrut, 48 untuk periode tiga tahun sebelum perusahaan bangkrut, 29 untuk periode empat tahun sebelum bangkrut dan 36 untuk periode lima tahun sebelum bangkrut. Hasil penelitian ini menunjukkan penurunan kekuatan prediksi rasio keuangan untuk periode waktu yang lebih lama Adnan dan Taufiq, 2001: 184. 27

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah studi empiris. Studi empiris merupakan penelitian yang dilakukan terhadap beberapa perusahaan dengan menggunakan data penelitian berupa data sekunder. Menurut Indriantoro 2002: 147, data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Sumber data dalam penulisan skripsi ini adalah dari berbagai sumber buku, jurnal dan penelitian terdahulu yang mendukung penelitian. Sedangkan untuk sumber data yang akan diolah dalam analisis penelitian adalah www.idx.co.id , situs web resmi Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian. Penelitian dilakukan di Pojok Bursa Efek Indonesia BEI di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan mulai bulan Februari 2013 sampai April 2013.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian yaitu Indonesian Capital Market Directory ICMD, Laporan Bursa Efek Indonesia. 2. Objek penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak dalam industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011.

D. Data yang Diperlukan

1. Daftar perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2011. 2. Data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan otomotif periode 2007- 2011. 3. Data gambaran perusahaan yang diteliti.

E. Teknik Pengumpulan Sampel

1. Populasi Populasi adalah jumlah total dari seluruh unitelemen di mana penyelidik tertarik Ulber Silalahi, 2009:253. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011. 2. Sampel. Sampel adalah bagian tertentu yang dipilih dari populasi Ulber Silalahi, 2009:254. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Sampel tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Perusahaan yang diteliti adalah Perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 1 Januari 2007 hingga 31 Desember 2011. b. Perusahaan yang menyediakan laporan keuangan selama lima tahun berturut-turut, yaitu tahun 2007-2011. Tabel 3.1. Daftar Nama Perusahaan NO NAMA PERUSAHAAN KODE 1 PT. Astra International Tbk. ASII 2 PT. Astra Otoparts Tbk. AUTO 3 PT. Gajah Tunggal Tbk. GJTL 4 PT. Goodyear Indonesia Tbk. GDYR 5 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk. HEXA 6 PT. Indo Kordsa dh Branta Mulia Tbk. BRAM 7 PT. Indomobil Sukses International Tbk. IMAS 8 PT. Indospring Tbk. INDS 9 PT. Intraco Penta Tbk. INTA 10 PT. Multi Prima Sejahtera Tbk. LPIN 11 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. MASA 12 PT. Nipress Tbk. NIPS 13 PT. Polychem Indonesia Tbk. ADMG 14 PT. Prima Alloy Steel Tbk. PRAS 15 PT. Selamat Sempurna Tbk. SMSM 16 PT. Tunas Ridean Tbk. TURI 17 PT. United Tractor Tbk. UNTR Sumber: www.idx.co.id