Sejarah Bertani di Desa Delung Tue

66 Tabel 9 Komposisi Penduduk Desa Delung Tue Berdasarkan Agama No Agama Jumlah Persentase 1 Islam 422 100 2 Kristen Jumlah Total 422 100 Sumber : Profil Desa Delung Tue Tahun 2013 Berdasarkan data profil Desa Delung Tue, komposisi penduduk berdasarkan agama adalah mayoritas penduduk Delung Tue menganut agama Islam dengan 442 jiwa.

4.4 Sejarah Bertani di Desa Delung Tue

Bertani merupakan pekerjaan yang telah dilakukan secara turun-temurun sejak dahulu oleh masyarakat desa ini. Sejarah pertanian di Desa Delung Tue dari masyarakat petani yang awalnya hanya mengenal beberapa jenis tanaman seperti ubi kayu, ubi rambat, labu, tebu dan teh pada saat itu hasil dari pertanian tidak untuk dijual tapi untuk dikonsumsi sendiri dan dibagi-bagi ke tetangga atau petani lainya. Seiring kemajuan zaman perkembangan terjadi disaat kebutuhan petani semakin meningkat hasil pertanian selain untuk dikonsumsi sendiri juga untuk dijual sebagai sumber penghasilan petani. Pengetahuan petani bertambah tentang jenis-jenis tanaman sejak kedatangan Belanda ke Indonesia, Belanda memperkenalkan jenis- jenis tanaman, diantaranya tanaman kopi, kentang, sawi, kol, cabai dan lain-lain Universitas Sumatera Utara 67 kepada masyarakat petani. Setelah kedatangan Belanda petani mengalami perkembangan pengetahuan mengenai pertanian meskipun masyarakat hanya mengenal jenis-jenis tanaman saja tanpa mengetahui bagaimana cara merawat tanaman, jenis pupuk apa yang bagus supaya hasil panennya maksimal. Setelah itu sekitar tahun 1980-an Belgia datang untuk memberikan penyuluhan tentang ilmu pertanian, mengenalkan berbagai macam tanaman dan membagi ilmu tentang bertani mulai dari penanaman dan cara merawat tanaman, serta mengolah hasil pertanian menjadi makanan.

4. 5 Sejarah Mangolo

Mangolo terbentuk sejak berkembangnya aktifitas bertani di desa ini, para petani merasa tidak sanggup mengerjakan lahan masing-masing sehingga mereka mengadakan sistem tolong-menolong yang berawal dari tolong-menolong antara sesama petani yang masih memiliki ikatan keluarga. Dengan tolong-menolong tersebut para petani menganggap dapat meringankan pekerjaan mereka dalam mengelola pertanian, karena para petani merasakan manfaat yang besar dari mangolo ini maka diadakan musyawarah untuk membentuk sistem mangolo yang lebih luas bukan hanya antara petani yang memiliki ikatan keluarga namun juga diadakan antara sesama petani di desa Delung Tue. Awal sistem mangolo di adakan di Desa Delung Tue jika petani mengadakan mangolo di kebun atau di sawah, pemilik lahan harus menyediakan makan dalam satu hari tiga kali untuk para petani yang ikut mangolo. Namun hal tersebut di anggap para petani memberatkan pemilik lahan sehingga belakangan telah terjadi perubahan, pemilik lahan cukup menyediakan makan siang serta makanan ringan untuk dimakan bersama di kebun. Universitas Sumatera Utara 68 Aktifitas pertanian di desa ini dahulunya lebih didasarkan pada sistem mangolo, namun seiring waktu berjalan sistem ini mulai memudar karena saat ini kebanyakan petani-petani yang tidak memiliki modal besar yang mempertahankan sistem ini. sedangkan petani yang bermodal besar lebih memilih sistem upah kepada petani lain untuk mengerjakan lahannya dikarenakan petani bermodal besar mampu mengeluarkan biaya untuk membayar tenaga kerja petani sehingga tidak harus ikut kegiatan mangolo.

4.6 Sistem Pengairan atau Irigasi Pertanian