Makna peyoratif Makna amelioratif Asosiasi Sinestesia

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMAMA Kelas XII Program Bahasa 126 b. Makna menyempit Gejala perubahan makna apabila cakupan makna sekarang lebih sempit daripada makna dahulu. Contoh: Kata Makna Semula Makna Sekarang Sarjana Dipakai untuk menyebut semua Dipakai khusus yang telah orang cendikiawan. menyelesaikan kuliah dari perguruan tinggi. Pendeta Orang yang berilmu. Pemuka agama Kristen.

c. Makna peyoratif

Proses perubahan makna, bahwa makna baru dirasakan lebih tinggi nilainya daripada makna dahulu. Contoh: 1 Kata oknum dahulu berarti pelaku, sekarang pelaku kejahatan. 2 Kata pembantu dahulu digunakan untuk menyebut siapa saja yang memberikan bantuan, tetapi sekarang berkonotasi buruk, rendah dan kurang menggembirakan.

d. Makna amelioratif

Proses perubahan makna, bahwa makna baru dirasakan lebih tinggi nilainya daripada makna dahulu. Contoh: Kata wanita lebih tinggi nilainya daripada perempuan. Kata istri lebih tinggi nilainya daripada bini.

e. Asosiasi

Perubahan makna terjadi karena persamaan sifat. Contoh: 1 Beri saja amplop, agar lebih mudah urusan. Amplop berarti uang sogok. 2 Jembatan timbang disinyalir banyak mencatut kendaraan berat. Catut berarti memungut secara tidak resmi.

f. Sinestesia

Kata yang dipakai keluar dari kelazimannya, biasanya disangkutkan dengan dua indra yang berbeda. Contoh: 1 Kata-katanya sangat pedas. Pedas untuk rasa, yang tepat sangat menyakitkan. 2 Wajahnya sangat manis. Manis untuk rasa, yang tepat menawan, cantik, ayu, elok, rupawan. Di unduh dari : Bukupaket.com Ayo, Berkarya 127 Rangkuman Jelaskan makna kata yang tercetak miring dalam kalimat berikut, baik sebelum maupun sesudah mengalami perubahan 1. Orang itu menjadi benalu dalam keluarga saya. 2. Hatinya panas mendengar berita yang bernada fitnah. 3. Operasi dilakukan oleh seorang laksamana angkatan laut. 4. Makanan itu sudah berbau, jangan kau makan 5. ”Mereka yang menjarah harta rakyat dan harta negara itu harus kita ganyang, harus kita lengserkan, harus kita ganti. Setuju saudara-saudara?” 1. Menilai laporan lisan biasanya cukup menetapkan 1 isinya jelas dan tepat atau tidak, 2 lengkap atau tidak, 3 benar dan objektif atau tidak, 4 cermat dan konsisten atau tidak, 5 disampaikan tepat waktu atau tidak, 6 disalurkan melalui prosedur yang benar atau tidak, 7 sasaran tepat atau tidak, 8 sistematis atau tidak, dan 9 berbobot atau tidak. 2. Pidato dapat disampaikan secara 1 mendadak, serta merta, tanpa persiapan sama sekali impromtu, 2 mengembangkan catatan kecil yang sudah disiapkan ekstemporan, 3 membaca naskah, atau 4 menghafal. Dengan cara apa pun disampaikan, pidato harus disiapkan dan disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami, dengan cara yang menarik, dan sesuai dengan tujuan pidato, menyampaikan informasi, menghibur, atau memengaruhi pendengar. 3. Membaca teks pidato tak ubahnya menghidupkan naskah menjadi pidato sungguhan. Pembaca harus berusaha mengidentifikasikan diri dengan orator yang diidolakan. 4. Eksposisi dapat dikembangkan dengan metode perbandingan dan contoh. Metode perbandingan menghasilkan paragraf perbandingan dan pertentangan, sedangkan metode contoh menghasilkan paragraf contoh. Selain itu, paragraf juga dipaparkan dengan metode analisis. Dengan metode ini suatu keutuhan diurai ke dalam bagian- bagian. Ada yang diurai bagian-bagiannya, fungsinya, sebab-musababnya, atau prosesnya saja. Ada eksposisi yang dilengkapi gambar, ada yang tidak. 5. Dalam perkembangannya, ada kata yang mengalami perubahan, ada yang tidak. Perubahannya pun beragam. Ada yang maknanya meluas ibu, bapak, menyempit sarjana, pendeta, ameliorasi karyawan, pria, peyorasi oknum, kaki tangan, asosiasi suap, amplop, dan sinestesia sikapnya dingin, pidatonya hambar. Uji Kompetensi 10.5 Di unduh dari : Bukupaket.com Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMAMA Kelas XII Program Bahasa 128 Refleksi 1. Sebutkan pedoman bagi pembicara pada saat menuju mimbar untuk menyampaikan pidato 2. Perhatikan penggalan pidato berikut ”Kita harus berubah. Kita harus berubah. Tak ada yang dapat mengubah keadaan selain diri kita sendiri. Ketidakadilan harus kita ubah menjadi keadilan. Nasib kita yang selalu ada di bawah harus kita angkat sendiri agar berada di atas. Kita semua tahu, negeri kita amat kaya, tetapi selama ini hanya untuk rayahan atau untuk bancakan para pejabat, sedang kita hanya kebagian sisa-sisanya. Mereka yang suka bancakan harta rakyat dan harta negara itu harus kita ganyang, harus kita lengserkan, harus kita ganti. Setuju saudara-saudara?” Mustofa W. Hasyim, Kali Code, Pesan-pesan Api. a. Apa yang disampaikan pembicara melalui penggalan di atas? b. Dapatkah Anda menyebutkan beberapa kata kunci yang digunakan untuk mempertegas maksud pembicara dalam pidato di atas? 3. Susunlah sebuah eksposisi singkat tentang proses. Anda boleh memaparkan cara membuat kue, cara kerja mesin uap, cara mengurus pembuatan KTP, cara memperoleh paspor, cara memperpanjang STNK, dan sebagainya 4. Jelaskan mengapa makna kata-kata yang tercetak miring berikut mengalami perubahan a. Pada dekade 1950-an bermunculan bulanan yang memuat cerita pendek. b. Ketidakpuasan selalu mewarnai pilkada yang memperebutkan kursi kepala daerah. 5. Gunakan kata-kata a kakak, b pahit, c oknum, dan d halal dalam kalimat dalam arti semula dan dalam arti sesudah mengalami perubahan Tanyakan kepada guru Anda masing-masing, berapa skor yang Anda peroleh dari jawaban Anda atas soal evaluasi di atas Cocokkan dengan tabel berikut untuk mengetahui tingkat keberhasilan Anda dalam mempelajari materi pada pelajaran ini. Tabel Penguasaan Materi Skor Tingkat Penguasaan Materi 85 – 100 Baik sekali 70 – 84 Baik 60 – 69 Cukup 60 Kurang Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai skor 70 ke atas, Anda tergolong siswa yang berhasil. Akan tetapi, kalau skor yang Anda peroleh di bawah 70, Anda harus mengulangi pelajaran ini, terutama bagian materi yang belum Anda kuasai. E v a l u a s i Di unduh dari : Bukupaket.com Pelajaran 11 Pidato, Ceramah, dan Makalah Berdiri di depan publik saja kadang-kadang orang enggan. Lebih-lebih jika berpidato. Masalahnya, begitu berdiri di depan publik, pembicara menjadi aktor tunggal. Tidak ada yang dapat membantu. Pakaian, sikap, dan bahasanya menjadi pusat perhatian. Untuk menyampaikan gagasannya, pembicara harus pandai memilih kata dan gaya. Ia harus memahami makna kata dan efeknya jika digunakan. Adakalanya sebelum disampaikan di depan publik, pidato tidak hanya direncanakan, tetapi juga dikonsep. Wujudnya beragam, bisa naskah pidato bisa makalah. Dalam hal menyusun teks pidato, pembicara tidak dilarang mengutip pendapat orang lain. Kemampuan Berbahasa Sumber: kbribuenosaries.org.af Di unduh dari : Bukupaket.com Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMAMA Kelas XII Program Bahasa 130

B. Berbicara A. Mendengarkan