Menemukan standar budaya masyarakat lama

Seni Berpuisi 163 Periodisasi Nugroho Notosusanto Kesastraan Melayu Lama Kesastraan Indonesia Modern Masa Kebangkitan Periode 1920 Periode 1930 Periode 1942 Masa Perkembangan Periode 1945 Periode 1950 Periodisasi Ayip Rosisi Masa Kelahiran atau Masa Kejadian ± 1900 – 1945 Periode awal hingga 1933 Periode 1933 – 1942 Periode 1942 – 1945 Masa Perkembangan 1945 hingga sekarang Periode 1945 – 1953 Periode 1953 – 1960 Periode 1960 – sekarang Kiranya mereka sependapat bahwa sastra Indonesia hanya terbagi dua periode utama: Sastra Indonesia Lama sampai 1900, dan Sastra Indonesia Modern 1900 – sekarang.

2. Menemukan standar budaya masyarakat lama

Dalam setiap periode sastra Indonesia adakalanya menunjukkan ciri khasnya, baik ciri khas dalam wujud bentuk, pandangan hidup penyairnya, maupun pokok masalahnya. Pada periode sastra lama, puisi didominasi bentuk pantun dan syair; prosa didominasi dongeng dan hikayat. Dengan melakukan analisis bentuk-bentuk itu, kita dapat menemukan standar budaya masyarakat ketika itu. Asam kandis asam gelugur, 1 .................. a Ketiga asam siriang-riang. 2 ..................... b Menangis mayat di pintu kubur, ............. a mengenang badan tidak sembahyang. ... b Dari Sabaruddin Ahmad, Seluk Beluk Bahasa Indonesia Bentuk pantun dari dahulu hingga sekarang seperti itu. Setiap bait terjadi dari empat larik. Akhir larik pertama memiliki kesamaan bunyi dengan akhir larik ketiga. Demikian pula akhir larik kedua dan larik keempat. Persamaan bunyi akhir larik dirumuskan dengan pola a b a b. Isi pantun tidak terletak pada larik pertama dan kedua, tetapi pada larik ketiga dan larik keempat. Bagi masyarakat ketika itu Karya sastra bukan ciptaan perseorangan, tetapi ciptaan bersama. Wajar apabila nama pengarang tidak dikenal anonim. Bagi masyarakat lama, bentuk yang ada dipertahankan. Ikatan puisi mengenai bait, jumlah baris per bait, jumlah suku kata per baris, pola rima dan irama dipertahankan. Masyarakat tidak mau ambil risiko dengan membuat bentuk baru dengan pola baru. Hal itu wajar, mengingat peradaban mereka masih sederhana. Pola pikir masih sederhana. Tidak mustahil ekspresi serta kesan mereka terhadap sesuatu juga sederhana. ½ ¾ ¿ sampiran ½ ¾ ¿ isi 1. gelugur, mangga hutan; Garcinia macrophyllia 2. riang-riang, pohon yang kayunya keras; Plotiarum alternatiffolium Di unduh dari : Bukupaket.com Kompeten Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMAMA Kelas XII Bahasa 164 1. Mengapa pada puisi lama penyair enggan atau tidak mau mencantumkan nama pada karyanya? 2. Bagaimana pola rima akhir pada puisi berikut? Guliga 1 di dalam puan 2 , pakaian anak raja mandi. Alangkah payah gerangan tuan, dendam mana akan dicari. 3. Mengapa bentuk puisi lama harus mematuhi persyaratan bait, larik, rima, dan irama yang ketat? 4. Apakah tema, topik, dan amanat yang disampaikan melalui puisi berikut? a. Kemumu di dalam semak, jatuh melayang selaranya. Meski ilmu setinggi tegak, tidak sembahyang apa gunanya. b. Kalau ‘nak pergi ke pekan, yu beli belanak beli, ikan panjang beli dahulu. Kalau ‘nak pergi berjalan, ibu cari dan sanak cari, induk semang cari dahulu. 5. Bagaimanakah budaya masyarakat lama ditinjau dari puisi-puisi yang diciptakannya? Uji Kompetensi 1.3 1. guliga, batu dalam tubuh binatang ular, landak, dan sebagainya yang berkhasiat sebagai penawar bisa 2. puan, tempat sirih dari emas atau perak Di unduh dari : Bukupaket.com Seni Berpuisi 165

D. Menulis