Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMAMA Kelas XII Program Bahasa
130
B. Berbicara A. Mendengarkan
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat menilai laporan pelaksanaan program kegiatan yang disampaikan.
Menilai laporan pelaksanaan kegiatan
Pada pelajaran yang lalu Anda telah belajar menilai sebuah presentasi laporan lisan. Pada kegiatan itu yang perlu Anda perhatikan adalah identitas laporan yang dinilai, butir-butir
yang dinilai, serta nilainya masing-masing. Bahkan, Anda telah memformulasikan lembar penilaian dalam format khusus. Masih ingat, bukan?
1. Carilah kembali salah satu laporan kegiatan yang pernah Anda lakukan, baik kegiatan di dalam maupun di luar sekolah
2. Bacakan laporan itu di depan kelas, dengan lafal yang jelas 3. Anda yang tidak mendapatkan giliran membaca bertugas menilai laporan lisan tersebut
Gunakan format penilaian seperti yang terdapat pada pelajaran terdahulu. Perlu diingat, format penilaian tersebut bukan satu-satunya. Jika dirasa kurang tepat, format tersebut
boleh Anda kurangi, boleh Anda tambah, dan boleh Anda ubah
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat berpidato tanpa teks dengan intonasi dan sikap yang tepat.
Berpidato Tanpa Teks
Pada pelajaran yang lalu Anda telah belajar berpidato tanpa teks. Anda telah belajar menyiapkan materi yang akan disampaikan, mengemasnya serta menyajikannya secara
spontan di depan publik. Begitu berdiri di depan publik, hanya pembicaralah yang menjadi aktor tunggal. Tidak
ada yang dapat membantu. Sukses tidaknya penyampaian materi pidato sangat tergantung pada diri pembicara. Di antaranya harus menguasai materi yang disampaikan, memerhatikan
situasi dan kondisi untuk memulai berbicara, mengucapkan kata dan kalimat dengan jelas dan tepat dengan gaya yang memikat, melayangkan pandangan ke seluruh pendengar, serta
memperlihatkan sikap sopan, hormat, dan familier yang mudah diamati oleh pendengar merupakan indikator bagi sukses tidaknya pidato.
Uji Kompetensi 11.1
Di unduh dari : Bukupaket.com
Pidato, Ceramah dan Makalah
131
C. Membaca
Juga sudah Anda ketahui bahwa materi pidato biasanya dikemas ke dalam bagian pendahuluan, isi, dan bagian penutup. Bagian pendahuluan ditujukan untuk mempersiapkan
pendengar, baik emosi maupun pikiran mereka, agar menerima apa yang akan dikemukakan. Bagian isi merupakan gagasan pokok yang disampaikan. Bagian tertentu dari bagian isi ini
adakalanya memerlukan ilustrasi atau contoh yang memadai. Ilustrasi ini dapat diangkat dari pengalaman pribadi, dari sejarah, dari fiksi, atau dari buatan sendiri.
Pembicara dalam menyampaikan materi dapat menggunakan berbagai gaya, seperti repetisi, retorik, perbandingan, kontras, analogi, dan metafora. Dapat pula pembicara
menyelipkan lelucon, peribahasa, slogan, dan pendapat tokoh tenar. Jika bertujuan menyampaikan informasi, pembicara dapat menggunakan peraga, seperti gambar, tabel, dia-
gram, dan peta. Jika bertujuan memengaruhi pendengar, pembicara harus dapat meyakinkan pendengar dengan bukti-bukti.
Bagian penutup pidato merupakan kunci keseluruhan isi pembicaraan. Panjang pendeknya berbeda-beda sesuai dengan tujuan pidato. Pidato yang bersifat menghibur, penutup sebaiknya
berupa cerita singkat yang membawa klimaks uraian. Pada pidato yang bertujuan menyampaikan informasi, penutup biasanya berupa ringkasan atau pengulangan bagian yang
terpenting dari uraiannya. Jika bertujuan memengaruhi pendengar, penutup pidato biasanya berisi ajakan dan seruan untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara. Yang penting
pendengar jangan ditinggalkan di awang-awang kemudian jatuh sendiri. Beritahulah bahwa uraian telah berakhir.
1. Susunlah kerangka pidato mengenai Sastra Asing yang memuat 1 judul, 2 salam pembuka, 3 sapaan, 4 pendahuluan, 5 paparan dan pembuktian, 6 harapan, saran,
dan himbauan, 7 penutup, dan 8 salam penutup. 2. Tanpa membawa catatan apa pun, sampaikan materi pidato yang telah Anda siapkan di
depan kelas Sesuaikan pidato Anda dengan situasi dan kondisi kelas Anda ketika itu
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat membaca teks pidato dengan memerhatikan kejelasan ucapan dan ekspresi wajah serta penekanan pada kata-kata
kunci.
Membaca teks pidato
Pada pelajaran yang lalu, kita telah mengenal ’gaya’ pidato Bung Karno. Untuk menegaskan maksud pembicaraan, Bung Karno senang menggunakan gaya repetisi, retorik,
paralelisme, klimaks, perbandingan, dan kontras dengan suara dan nada yang memukau dan meyakinkan. Masih ingat, bukan? Namun, tidak banyak tokoh yang memiliki bakat berpidato
seperti beliau. Walaupun begitu, gaya pidato dapat dipelajari dan ditiru.
Uji Kompetensi 11.2
Di unduh dari : Bukupaket.com
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMAMA Kelas XII Program Bahasa
132
1. Bacalah penggalan teks pidato W.S. Rendra pada saat menerima penghargaan dari Akademi Jakarta pada tahun 1975 berikut dengan cermat
Pidato Penerimaan Penghargaan dari Akademi Jakarta
Hari ini Akademi Jakarta telah memberikan hadiah penghargaan kepada saya sebagai seorang seniman. Hadiah penghargan itu saya terima dengan baik. Terima kasih.
Selanjutnya perkenankan saya mengutarakan kegirangan hati saya karena mendapatkan penghargaan ini.
Pepatah mengatakan ”Di dalam ilmu silat tidak ada juara nomor dua, di dalam ilmu surat tidak ada juara nomor satu.” Tentu saja di dalam persaingan di rimba persilatan,
yang tinggal jaya hanyalah juara nomor satu sebab yang nomor dua sudah terbunuh di dalam suatu pertarungan; sedangkan di dalam ilmu surat, ukuran apa yang akan dipakai
untuk menetapkan juara nomor satu? Bukankah ilmu surat itu cermin kehidupan? Maka kehidupan itu banyak seginya. Dan semua segi kehidupan ini penting. Jadi, para ahli ilmu
surat itu, yang masing-masing mencerminkan segi berbeda dari kehidupan, tidak mungkin dipertandingkan. Semuanya nomor satu. Tidak ada yang lebih unggul dari lainnya. Jadi,
mustahil bila saya menganggap bahwa penghargaan dari Akademi Jakarta ini bisa menjadi ukuran mutu bagi kesenian saya, di dalam perbandingannya dengan karya seniman-
seniman lain yang tidak mendapatkan hadiah pada tahun ini. Maka kegembiraan saya hari ini tidak ada hubungannya dengan rasa unggul. Lalu apakah dasar kegembiraan saya
yang sangat besar hari ini?
Di kota di mana saya tinggal, di yogya, sejak pementasan drama saya Mastodon dan Burung Kondor, saya belum pernah diizinkan untuk melakukan pementasan sandiwara
lagi. Alasan pelarangan-pelarangan terhadap pementasan saya itu tidak bisa diterima oleh akal sehat. Oidipus Sudah Berpulang dan Lysistrata yang sudah diizinkan di Jakarta
itu, tidak diizinkan untuk dimainkan di Yogya. Naskah Oidipus Sudah Berpulang itu dilarang karena dinilai tidak sesuai dengan naskah Sophocles yang asli. Tetapi, apakah ada
undang-undang melarang penyaduran? Sedang Lysistrata dilarang berdasarkan pertimbangan atasan, serta mengingat ”situasi dan kondisi di Daerah Istimewa Yogyakarta
saat ini” – Astaga, jadi rupa-rupanya saat ini, menurut keterangan di dalam surat polisi itu, Yogya dalam keadaan sedemikian rupa sehingga pementasan sebuah sandiwara
semacam Lysistrata saja dianggap akan bisa membahayakan suasana. Kalau begitu, secara tidak langsung diakui bahwa Yogya penuh dengan keadaan yang tidak normal.
Ataukah keadaan Yogya diakui selalu tegang dan gawat terus-menerus? Bagaimanakah sebenarnya? Sebagai penduduk Yogya saya kurang tahu duduk perkara keadaan aneh
semacam itu. Pemerintah pusat, para wakil rakyat, dan para wartawan harus menyelidiki ”situasi dan kondisi di Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini” seperti yang dikuatirkan
oleh polisi Yogya tersebut di atas. Apakah para atasan yang disebut oleh polisi itu benar sudah tidak bisa menguasai suasana sehingga mereka menjadi repot hanya oleh sebuah
sandiwara? Itu harus benar-benar diselidiki. Apakah mereka takut menghadapi sindiran dan kritikan? Kalau begitu apakah kewibawaan mereka sudah sedemikian tipis sehingga
gentar menghadapi kritikan?
Uji Kompetensi 11.3
Di unduh dari : Bukupaket.com
Pidato, Ceramah dan Makalah
133
D. Menulis