Definisi Mekanisme perusakan sel

AST. Apabila rasio AST:ALT 2:1 maka hanya bersifat sugestif, sementara rasio dengan nilai 3:1 merupakan isyarat kuat penyakit hati alkoholik Longo dan Fauci, 2010. Aspartat amino transferase AST dan alanin aminotransferase ALT, diukur dengan uji serum glutamat-oksaloasetat transaminase SGOT dan serum glutamat-piruvat transaminase SGPT, keduanya merupakan parameter utama kerusakan hepatoselular. AST dapat ditemukan di beberapa jaringan, khususnya otot kardial dan skeletal, ginjal, dan otak, sementara ALT terbatas hanya pada hati. Dalam sel hati, AST dihasilkan oleh dua bentuk isoenzim, yaitu di dalam mitokondria dan sitosol, tetapi ALT hanya dihasilkan di dalam sitosol Yamada, Alpers, Kalloo, Kaplowitz, Owyang, dan Powell, 2008. AST diekspresikan dalam jumlah besar di otot dan kurang spesifik untuk menunjukkan adanya kerusakan pada hati bila dibangkan dengan ALT Dufour dan Clavien, 2010. Konsentrasi serum ALT berubah-ubah tergantung pada jenis kelamin dan berat badan. Aktivitas serum ALT juga berkurang seiring dengan umur dan juga konsumsi kopi dan kafeina Yamada, 2008.

C. Karbon Tetraklorida

1. Definisi

Karbon tetraklorida atau tetrahidroklorit metana, tetraklorometana, perklorometana atau tetraklorokarbon merupakan senyawa hidrokarbon terhalogenasi yang memiliki struktur tetrahedral dengan sudut ikatan 109,50° seperti terlihat pada gambar 5 Wexler, 2005. Gambar 5. Struktur senyawa karbon tetraklorida Wexler, 2005. Senyawa ini memiliki bobot molekul 153,8227 gmol dengan rumus kimia C―Cl 4 , memiliki bobot jenis sebesar 1,59 dengan nilai log K oilwater , yakni 2,83. Ciri organoleptisnya yaitu berwujud cairan bening dengan aroma khas, titik didih 76,8 °C, dan titik leleh -23 °C. Senyawa ini dapat bercampur dengan alkohol, benzena, kloroform, eter, karbon disulfide, petroleum eter dan minyak. Karbon tetraklorida bersifat inert, namun bila terjadi dekomposisi maka akan membentuk klorin dan fosgen. Toksisitas karbon tetraklorida dapat dilihat dari gejala iritasi pada mata, kulit; mual, muntah; kerusakan pada hari dan ginjal; pusing dan mengalami inkoordinasi. Organ yang menjadi target aksi senyawa ini adalah sistem saraf pusat, mata, paru-paru, hepar, ginjal dan kulit Pubchem, 2015.

2. Mekanisme perusakan sel

Reaksi hepatotoksik yang terjadi pada karbon tetraklorida diawali pengikatan molekul karbon tetraklorida dengan CYP 2 E 1 dan menerima elektron dari reduksi nicotinamide-adenine dinucleotide phosphate NADPH sitokrom P 450 reduktase. Kompleks enzim-substrat kemudian kehilangan ion klorin dan terbentuklah radikal bebas sebagai hasil reaksi intermediet. Senyawa radikal ini dapat bereaksi dengan oksigen ataupun menarik atom hidrogen dari senyawa donor untuk membentuk radikal sekunder, ataupun bereaksi kovalen dengan lipid atau protein seperti terlihat pada gambar 6 Duffus dan Worth, 2006. Gambar 6. Mekanisme pengerusakan sel oleh karbon tetraklorida yang teroksidasi oleh CYP 450 sehingga terjadi peroksidasi yang membentuk beragam senyawa, stabil, intermediet maupun reaktif Burcham, 2014. Biotransformasi aerob dari •CCl 3 dapat menghasilkan triklorometanol, suatu prekursor untuk suatu metabolit reaktif yaitu karbonil klorida fosgen dengan mekanisme aktivasi metabolik seperti gambar 7. Metabolit reaktif tersebut bertanggung jawab pada perusakan jaringan yang banyak terkandung di CYP 2 E 1 , misalkan di hati ataupun ginjal, yang sangat sensitif terhadap senyawa tersebut Wexler, 2005. Gambar 7. Mekanisme reaksi aktivasi metabolik senyawa karbon tetraklorida dengan mekanisme deklorinasi Duffus dan Worth, 2006.

D. Sonchus arvensis L.

Dokumen yang terkait

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek fraksi air ekstrak etanolik herba Tempuyung (Sonchus arvensis L.) terhadap aktivitas ALT-AST SERUM pada tikus putih jantan terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 125

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang dekok herba Bidens pilosa L. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida.

1 2 99

Efek hepatoprotektif jangka panjang dekokta kulit buah persea americana Mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 8

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang ekstrak etanol 70% Herba Sonchus arvensis Linn. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus putih jantan terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 110

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang infusa herba Bidens pilosa L. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida.

1 1 94

Efek hepatoprotektif jangka panjang infusa daun tempuyung (sonchus arvensis l.) terhadap aktivitas alanin aminotransferase dan aspartate transaminase pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida.

1 3 130

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang ekstrak Etanol 50% HERBA Sonchus arvensis Linn. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus putih jantan terinduksi karbon tetraklorida.

1 6 112

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek infusa herba Sonchus arvensis L. terhadap aktivitas AST-ALT pada tikus jantan Galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 5 100

Uji efek hepatoprotektif jangka pendek sediaan dekokta kulit Persea americana Mill. terhadap aktivitas alt-ast pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 8

Efek hepatoprotektif jangka panjang ekstrak metanol-air biji persea americana mill. terhadap aktivitas alt-ast serum pada tikus jantan wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 155