G. Landasan Teori
Hati merupakan kelenjar terbesar pada tubuh manusia yang memiliki massa sekitar 2 persen berat tubh total, atau sekitar 1,5 kg pada rata-rata
manusia dewasa. Organ tersebut berada tepat di bagian bawah diafragma dalam rongga abdomen. Bagian anterior organ hati memiliki struktur yang halus,
sementara bagian inferior organ tersebut memiliki struktur yang tidak beraturan. Hati memiliki empat lobus, yaitu lobus dexter, lobus sinister, lobus
caudatus , serta lobus quadratus. Selain itu, juga terdapat empat pembuluh
darah utama yang menjelajahi organ hati, yaitu dua pembuluh yang mengalirkan cairan masuk ke hati artery hepatica dan vena portae dan dua
pembuluh lainnya yang mengalirkan cairan keluar dari hati vena hepatica dan saluran empedu. Fungsi utama oragn hati adalah sebagai agen pendetoksifikasi
senyawa berbahaya menjadi kurang berbahaya. Aspartat amino transferase AST dan alanin aminotransferase ALT,
diukur dengan uji serum glutamat-oksaloasetat transaminase SGOT dan serum glutamat-piruvat transaminase SGPT, keduanya merupakan parameter
utama kerusakan hepatoselular. Reaksi hepatotoksik dari senyawa karbon tetraklorida yang terjadi dihasilkan melalui pemecahan ikatan karbon-klorin
oleh CYP
2
E
1
membentuk radikal triklorometil yang sifatnya merusak Cl
3
C •
serta fosgen sebagai metabolit toksiknya. Tanaman Sonchus arvensis L. termasuk dalam golongan Asteraceae.
Bagian yang digunakan adalah herba yang telah berbunga. Tanaman ini sering digunakan untuk detoksifikasi dan juga melancarkan peredaran darah. Terdapat
penelitian yang mengatakan bahwa tempuyung dapat menghambat hepatotoksisitas karbon tetraklorida CCl
4
yang diberikan pada mencit jantan. Salah satu cara penggunaan tempuyung ini adalah merebus daun atau seluruh
tumbuhan sebanyak 15-60 g, lalu diminum. Serbuk Sonchus arvensis L. mengandung beberapa senyawa golongan flavonoid, diantaranya kelompok
flavon kuersetin, kaemferol, dan miricetin dan kelompok katekin +katekin. Kandungan senyawa flavonoid tersebut bermanfaat bagi
kesehatan. Infundasi merupakan salah satu metode penyarian dengan
menggunakan air sebagai cairan penyari yang selanjutnya diseduh bersama sejumlah serbuk simplisia. Metode penyarian dekokta termasuk dalam cara
infundasi yakni dengan menyeduh sejumlah serbuk sampel herbal dalam air bersuhu 90 °C selama 30 menit kemudian disaring menggunakan kain bersih
untuk mendapatkan ekstraknya. Tes fungsi hati sering dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit
hati, membedakan jenis gangguan yang terjadi pada hati, memprediksi luas kerusakan hati tersebut, serta memantau respon sel hati terhadap pengobatan
yang dilakukan. Beragam metode pengujian fungsi hati memiliki keunggulan dan kekurangan, sehingga perlu dilakukan lebih dari satu metode yang
dilakukan dalam rangkaian pengujian untuk meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas pengujian fungsi hati.
Salah satu metode pengujian fungsi hati dapat dilakukan dengan pengukuran enzim hati, yaitu alkali fosfatase maupun transaminase yang
merupakan indikator kerusakan hati. Aspartat aminotransferase AST dan alanin aminotransferase ALT serum, yang sering disebut uji fungsi hati,
merupakan pengukuran kadar enzim-enzim yang normalnya terletak di dalam hepatosit. Keberadaan keduanya dalam serum adalah tanda nekrosis sel hati
dan bukan merupakan indikasi sejati fungsi hati. Melalui penelitian ini akan diketahui apakah pemberian jangka
panjang dekokta daun Sonchus arvensis L. dapat memberikan pengaruh berupa penurunan aktivitas ALT dan AST serum pada tikus jantan galur Wistar yang
terinduksi karbon tetraklorida dan melihat apakah ada kekerabatan antara peningkatan dosis dekokta daun Sonchus arvensis L. dengan penurunan
aktivitas ALT dan AST serum.
H. Hipotesis