Kerangka Berpikir LANDASAN TEORI

B. Kerangka Berpikir

Kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism berkembang pada masing-masing individu. Perkembangan tersebut bermula pada awal perkembangan seorang individu. Perkembangan individu mendapatkan pengaruhnya dari keluarga sebagai unit sosial terkecil proses pembelajaran Prasetyawati, dalam Silalahi, 2010. Salah satunya adalah relasi antara orang tua dan anak yang terlihat dalam pola asuh orang tua. Ada beberapa pola asuh orang tua yang berpengaruh terhadap perkembangan kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism. Pola asuh otoriter salah satunya, merupakan pola asuh yang cenderung untuk mengekang, menghukum, dan mengontrol secara berlebihan Flett, dkk, 1995. Dalam pola asuh ini, orang tua menyuruh anak-anaknya untuk melakukan performansi yang terbaik Stornelli, 1997. Pola seperti ini dapat menyebabkan seorang anak melihat lingkungan sosialnya sebagai sesuatu yang mengontrol mereka untuk melakukan permintaan-permintaan yang tidak realistik. Lamborn dalam Flett, dkk, 1995, menyebutkan dalam pola asuh ini, anak-anak selalu berusaha untuk mematuhi standar yang diberikan orang tuanya. Pola asuh otoriter memberi pengaruh terhadap perkembangan kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism yang tinggi pada anak- anak Flett, dkk, 1995. Selain pola asuh orang tua yang otoriter, maka terdapat pola asuh orang tua autoritatif dan permisif. Pada pola asuh autoritatif, terdapat tuntutan demandingness bagi anak-anaknya. Akan tetapi tuntutan tersebut mengacu kepada harapan serta aturan orangtua yang dirasa masuk akal bagi tingkah laku anaknya. Sedangkan pada pola asuh permisif, ditandai dengan adanya kebebasan yang berlebihan, yang di dalamnya orang tua tidak memberikan panduan yang jelas bagi pengalaman anaknya Baumrind, dalam Silalahi, 2010. Kedua pola asuh tersebut tidak memberi banyak tekanan pada anak seperti pada pola asuh otoriter. Hal tersebut menyebabkan anak-anak pada kedua pola asuh ini, tidak merasakan kontrol berlebih dari orang tua untuk memenuhi standar mereka, sehingga cenderung memiliki Socially-Prescribed Perfectionism yang rendah. Kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism yang mulai tumbuh pada anak-anak, akan menjadi bagian dari kepribadiannya sampai dengan anak tersebut menjadi seorang mahasiswa. Sebagai mahasiswa, anak-anak tersebut tidak terlepas dari sebuah tugas akhir sebelum menjadi seorang Sarjana. Mahasiswa akan menempuh sebuah fase akhir masa studinya, yaitu skripsi. Dalam mengerjakan skripsinya, mahasiswa akan dibimbing oleh dosen pembimbing skripsi. Darmono dan Hasan 2005, menyebutkan bahwa, dosen pembimbing sebagai sosok yang perlu dihormati, berhak untuk memeriksa dan memberikan saran bagi setiap hasil kerja mahasiswa dalam tahapan penulisan skripsinya dalam Januarti, 2009. Peran dosen pembimbing tersebut dapat berupa pemberian koreksi jika menemukan kesalahan skripsi, maupun permintaan bagi mahasiswa untuk menemukan sekaligus memahami sumber-sumber bacaan yang digunakan. Peran tersebut dilakukan demi membantu mahasiswa mengerjakan skripsinya. Situasi dalam pengerjaan skripsi tersebut ternyata akan direspon secara berbeda oleh masing-masing mahasiswa. Salah satunya adalah dengan merespon situasi tersebut berdasarkan kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism yang berbeda pada diri mahasiswa. Seorang mahasiswa dengan kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism yang tinggi akan mempercayai bahwa saran atau permintaan dosen pembimbing merupakan sebuah tuntutan yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, dalam prosesnya mereka lebih mementingkan penerimaan. Selain itu, mahasiswa akan merasa sensitif jika mendapatkan kritikan dari dosen pembimbing dalam bentuk koreksian skripsi. Hal ini akan berbeda dengan mahasiswa yang memiliki kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism yang rendah, karena mereka tidak akan melihat peran dosen pembimbing sebagai sebuah tuntutan dan tekanan yang berlebihan, melainkan sebagai arahan positif demi kesuksesan skripsinya. Respon-respon yang berbeda terhadap situasi skripsi dapat menghasilkan outcome yang berbeda. Mahasiswa dengan kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism yang tinggi, akan berujung pada outcome negatif seperti kemarahan dan depresi Hewitt dan Flett, 1991. Salah satu outcome yang berkaitan erat dengan kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism adalah prokrastinasi akademik, sebagai antisipasi dari tekanan yang berasal dari lingkungan Flett, Blankstein, Hewitt, dan Koledin, 1992; Flett, Hewitt, dan Singer, 1995; Onwuegbuzie, 2000. Berkebalikan dari hal tersebut, maka mahasiswa yang memiliki kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism yang rendah, tidak akan menghasilkan outcome berupa emosi- emosi yang negatif. Dengan kata lain, mahasiswa dengan kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism yang rendah, tidak menunda penyelesaian skripsinya. DIAGRAM KERANGKA BERPIKIR SPP : Socially-Prescribed Perfectionism Orang tua Pola Asuh Otoriter Pola Asuh Autoritatif dan Permisif Anak dengan SPP tinggi Anak dengan SPP rendah MAHASISWA SKRIPSI Mencari dan memahami jurnal penelitian Mempertanggung jawabkan skripsi Menerima koreksi atas kesalahan Memperbaiki sesuai dengan saran dosen pembimbing Direspon secara berbeda Mahasiswa SPP tinggi Mahasiswa SPP rendah Prokrastinator Non-prokrastinator 18

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang merupakan salah satu jenis penelitian umtuk memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin. Dalam penelitian ini tidak terdapat perlakuan terhadap variabel yang hendak diteliti, melainkan menguraikan secara jelas variabel penelitiannya Kountur, 2003.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan satu variabel tunggal, yaitu Socially- Prescribed Perfectionism pada mahasiswa skripsi.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Socially-Prescribed Perfectionism merupakan kecenderungan individu untuk berusaha memenuhi atau mencapai harapan serta tekanan yang dianggapnya berasal dari lingkungan sosial, dengan tujuan untuk mendapatkan persetujuan atau validasi dari orang lain. Karakteristik dari Socially-Prescribed Perfectionism termasuk di dalamnya adalah kecenderungan untuk mencari persetujuan dari orang lain disertai adanya rasa sensitif terhadap kritikan. Selain itu adanya kecenderungan individu untuk