2. Pelaksanaan Uji Coba
Berikut adalah tabel jadwal pelaksanaan uji coba skala penelitian.
Tabel 6 Pelaksanaan Uji Coba
Tanggal Pelaksanaan Tempat Pelaksanaan
Jumlah Responden
18 Januari 2013 “Kost Intan”, Paingan
2
20 Januari 2013 Menitipkan Ke Teman, Untuk
Mahasiswa UAJY
Di Kost
“Wisma 33 B”, Janti. 7
25 Januari 2013 Menitipkan Ke Teman, Untuk
Mudika Gereja Mlati 10
31 Januari 2013 Menitipkan Ke Teman, Untuk
Remaja Gereja Kristen Indonesia Gejayan
7
2 Februari 2013 Kost Putri, Sanggrahan, Maguwo
5 Total
31
B. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 3 Maret sampai dengan tanggal 16 Maret 2013, dengan menggunakan alat ukur yakni skala
Perfectionism Inventory yang mengandung indikator Socially-Prescribed Perfectionism. Adapun subjek pada penelitian ini adalah mahasiswai
Fakultas Psikologi Sanata Dharma yang telah mengerjakan skripsi lebih dari dua semester. Penyebaran skala penelitian dilakukan dengan cara on-line
dengan Googledocs, menitipkan kepada teman kost subjek, serta meminta subjek untuk mengisi skala secara langsung saat bertemu dengan peneliti.
Jumlah skala yang disebar untuk penelitian ini adalah sejumlah 80, Meskipun demikian, ada dua buah skala yang tidak dikembalikandirespon oleh subjek
penelitian. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hanya 78 skala yang memenuhi persyaratan sebagai data pada penelitian ini.
C. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswai Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah menempuh skripsi lebih dari dua
semester. Mahasiswai tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan berdasarkan tahun angkatan, yakni tahun angkatan 2006, 2007, dan 2008. Berikut
adalah paparan subjek penelitian berdasarkan tahun angkatan, umur, dan jenis kelamin.
Tabel 7. Deskripsi Subjek Penelitian
Tahun Angkatan
Umur Jenis Kelamin
22 23
24 25
26 Laki-laki
Perempuan 2006
- -
5 4
1 5
5 2007
- 10
4 -
- 7
7 2008
28 21
4 -
1 18
36 Total
28 31
13 4
2 30
48
2. Uji Normalitas Data
Setelah mengetahui paparan data subjek, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan uji normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk
mengetahui apakah data yang berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak Noor, 2011. Salah satu teknik yang dilakukan untuk menguji
normalitas adalah dengan menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov. Dengan metode ini, maka suatu data dikatakan memiliki distribusi yang
normal jika memenuhi syarat, yakni nilai signifikansinya lebih besar dari nilai alpha sebesar 0,05 p α 0,05. Namun jika nilai signifikansinya
lebih kecil dari 0,05 p 0,05, maka data tidak terdistribusi secara normal. Berikut adalah tabel hasil pengujian normalitas dengan
menggunakan aplikasi SPSS for Windows version 16.
Tabel 8 Uji Normalitas Data dengan Teknik Kolmogorov-Smirnov
Total Skor N
78 Normal Parameters
a
Mean 45.6282
Std. Deviation 8.18473
Most Extreme Differences Absolute
.094 Positive
.094 Negative
-.052 Kolmogorov-Smirnov Z
.833 Asymp.Sig. 2-tailed
.492
Berdasarkan hasil di atas, maka didapatkan hasil nilai signifikansinya p adalah sebesar 0,492. Nilai signifikansi sebesar 0,492,
ternyata lebih besar dari nilai 0,05 p 0,05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa syarat normalitas data terpenuhi, sehingga distribusi
data dapat dikatakan normal.
3. Deskripsi Data Penelitian
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk mengumpulkan berbagai data, yang
nantinya akan disajikan ke dalam bentuk yang lebih sistematis. Penyajian olahan data tersebut dapat digunakan sebagai paparan mengenai
kecenderungan suatu variabel tertentu. a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif akan menghasilkan nilai mean hipotetik dan mean empirik. Adapun mean hipotetik merupakan rata-rata skor dari
suatu alat ukur yang diperoleh dari angka yang menjadi nilai tengah alat ukur tersebut.
Sedangkan mean empirik adalah rata-rata skor dari hasil penelitian. Setelah kedua mean tersebut diketahui, maka akan dilakukan
perbandingan nilai kedua skor mean tersebut. Untuk mencari nilai mean hipotetik, maka penentuan skor
minimum dan maksimum dari alat harus dilakukan. Jumlah butir pernyataan pada alat ukur adalah sejumlah 16, dengan rentang nilai
jawaban bermula dari nilai 1 sampai dengan nilai 5. Skor minimum dari alat ukur adalah sebesar 16, yang berasal dari 16 item dikalikan skor 1,
dan skor maksimum dari alat ukur adalah 80, yang berasal dari 16 item dikalikan dengan skor 5. Kemudian, rentangan skor pada skala adalah
sebesar 64, yakni nilai skor maksimum dikurang skor minimum. Kemudian hasil rentangan skor dibagi ke dalam enam satuan standar
deviasi, sehingga nilai standar deviasi dari alat ukur adalah sebesar 10,67. Adapun mean hipotetik dari alat ukur dicari dengan
menjumlahkan skor minimum dan maksimum, kemudian hasil penjumlahan dibagi dua, sehingga diperoleh mean hipotetik sebesar 48.
Berikut adalah hasil analisis deskriptif dari keseluruhan data alat ukur.
Tabel 9 Hasil Analisis Deskriptif Penelitian
Parameter Statistik Nilai Hipotetik
Nilai Empirik N
78 78
Skor Minimum 16
31 Skor Maksimum
80 68
Range 64
37 Mean
48 45,628
SD 10,67
8,185
Berdasarkan tabel di atas, maka nilai empirik sebesar bernilai 45,628. Nilai ini lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai mean
hipotetik, yakni sebesar 48. Hal ini menunjukan ada perbedaan di antara kedua nilai mean. Perbedaan yang terjadi menunjukan bahwa
kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism pada mahasiswa skripsi, cenderung lebih rendah.
b. Analisis Uji One Sample T-Test Untuk menguji perbedaan di antara kedua kelompok mean,
maka pengujian tambahan dilakukan, yakni dengan menggunakan uji One Sample T-Test. Adapun prinsip dari pengujian ini adalah untuk
menguji apakah suatu nilai yang dianggap sebagai pembanding, memiliki perbedaan dengan nilai dari suatu sampel Santoso, 2010.
Pengujian ini akan menggunakan nilai rerata dari nilai hipotetik. Selain itu, pengujian ini akan menggunakan uji hipotesis yang didasarkan atas
beberapa dasar
pengambilan keputusan,
yaitu berdasarkan
perbandingan t hitung dengan t tabel, dan perbandingan nilai probabilitas p.
Berikut adalah paparan mengenai hasil Uji One Sample T-Test pada data penelitian.
Tabel 10. Uji Statistik One Sample T-Test
Berdasarkan tabel di atas, maka nilai t yang diperoleh adalah sebesar 2,559, dan nilai signifikansinya adalah sebesar 0,012 p=
0,012. Perbandingan nilai t hitung 2,559 dengan nilai t tabel 1,66, menunjukkan hasil bahwa t hitung memiliki nilai yang lebih besar
daripada t tabel. Kemudian analisis nilai probabilitas menunjukkan hasil bahwa nilai p 0,012 lebih kecil daripada nilai p 0,05. Hasil ini
mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan di antara ke dua nilai rata-rata. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa Hipotesis nol ditolak, yakni bahwa ada perbedaan di antara rata- rata dari mean hipotetik dan mean empirik. Perbedaan tersebut
menyatakan bahwa ada perbedaan kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism, yakni kecenderungan tersebut cenderung lebih rendah.
Test Value = 48 95 Confidence Interval of
the Difference t
df Sig.
2tailed Mean
Difference Lower
Upper TotalSkor -2.559 77
.012 -2.37179
-4.2172 -.5264
4. Deskripsi Data Penelitian Tiap Angkatan
Setelah memberikan paparan deskriptif mengenai kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism secara umum, maka penelitian
dilanjutkan dengan memaparkan hasil analisis deskriptif untuk subjek pada tahun angkatan yang berbeda.
a. Analisis Deskriptif Tiap Angkatan Berikut adalah hasil analisis deskriptif subjek penelitian pada
tahun angkatan yang berbeda.
Tabel 11. Hasil Analisis Deskriptif Tiap Angkatan
Parameter Statistik
Tahun Angkatan 2006
2007 2008
Nilai Hipotetik
Nilai Empirik
Nilai Hipotetik
Nilai Empirik
Nilai Hipotetik
Nilai Empirik
N 10
10 14
14 54
54 Skor
Minimum 16
34 16
34 16
31 Skor
Maksimu m
80 58
80 61
80 68
Range 64
24 64
27 64
37 Mean
48 45,5
48 47
48 45,296
SD 10,67
7,648 10,67
9,559 10,67
8,022
Berdasarkan perhitungan di atas, maka mean empirik pada setiap angkatan cenderung lebih rendah daripada nilai mean hipotetik. Adapun
perbedaan di antara kedua mean tersebut, bergerak dari rentang nilai 1 sampai dengan 2,7, di mana subjek angkatan 2008 memiliki perbedaan
mean yang paling besar yakni 2,7.
b. Analisis Uji One Sample T-Test Tiap Angkatan Berikut adalah hasil uji One Sample T-Test untuk setiap subjek
pada tahun angkatan yang berbeda.
Tabel 12. Uji Statistik One Sample T-Test Tiap Angkatan
Test Value = 48 95 Confidence
Interval of the Difference
t df
Sig. 2tailed
Mean Difference
Lower Upper
2006 -1.034
9 .328
-2.50000 -7.9714
2.9714 2007
-.391 13
.702 -1.0000
-6.5195 4.5195
2008 -2.476
53 .016
-2.70370 -4.8935
-.5139
Berdasarkan hasil perhitungan One Sample T-Test pada setiap angkatan, maka diperoleh hasil untuk subjek dengan tahun angkatan
2006 dan 2007, tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan nilai
rerata hipotetiknya. Hal ini terlihat dari nilai probabilitas dari kedua kelompok angkatan p 0,328; p 0,702 lebih besar dari nilai signifikansi
p 0,05. Selain itu, jika menggunakan perbandingan dengan t tabel untuk df sebesar 9 dan 13 t
9
= 1,83; t
13
= 1,77, maka nilai t hitung pada subjek angkatan 2006 dan 2007 lebih kecil daripada nilai t tabel. Hal ini
berbeda dengan nilai probabilitas yang dimiliki oleh subjek tahun angkatan 2008, yakni sebesar 0,016. Nilai tersebut lebih kecil daripada
nilai signifikansi p sebesar 0,05. Selain itu, nilai t hitung subjek angkatan 2008 sebesar 2,476, lebih besar jika dibandingkan dengan t
tabel dengan df 53, yakni sebesar 1,67. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara mean hipotetik dan mean empirik pada subjek angkatan 2006 dan 2007. Sedangkan pada angkatan 2008,
terdapat perbedaan yang signifikan di antara kedua nilai rerata hipotetik dan empiriknya. Hasil ini menunjukkan bahwa kecenderungan Socially-
Prescribed Perfectionism cenderung rendah pada berbagai angkatan.
5. Deskripsi Data Penelitian Tiap Indikator
a. Analisis Deskriptif Tiap Indikator Berikut adalah paparan mengenai analisis deskriptif kedua
Indikator Socially-Prescribed Perfectionism.
Tabel 13 Hasil Analisis Deskriptif Tiap Indikator
Parameter Statistik
Indikator Socially-Prescribed Perfectionism Indikator 1
Need of Approval Indikator 2
Perceived Parental Pressure
Nilai Hipotetik
Nilai Empirik
Nilai Hipotetik
Nilai Empirik
N 78
78 78
78 Skor Minimum
8 13
8 12
Skor Maksimum 40
36 40
34 Range
32 23
32 22
Mean 24
23,025 24
22,602 SD
5,33 5,21
5,33 5,406
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mean empirik dari setiap indikator Socially-Prescribed
Perfectionism memiliki nilai yang lebih rendah daripada mean hipotetiknya. Perbedaan kedua nilai mean yang lebih besar yakni 1,39
terdapat pada indikator Perceived Parental Pressure.
b. Analisis Uji One Sample T-Test Tiap Indikator Berikut adalah uji One Sample T-Test untuk setiap indikator
Socially-Prescribed Perfectionism.
Tabel 14 Uji Statistik One Sample T-Test Tiap Indikator
Test Value = 24 95 Confidence Interval of
the Difference t
df Sig.
2tailed Mean
Difference Lower
Upper NoAp
-1.651 77
.103 -.97436
-2.1496 .2008
PPP -2.283
77 .025
-1.39744 -2.6164
-.1785
Berdasarkan hasil pengujian One Sample T-Test pada setiap indikator Socially-Prescribed Perfectionism, maka didapatkan hasil
bahwa indikator Need of Approval, tidak terbukti secara signifikan memiliki perbedaan di antara mean hipotetik dan mean empiriknya. Hal
ini disebabkan karena nilai probabilitasnya p 0,103 lebih besar daripada nilai signifikansi p 0,05. Selain itu, nilai t hitung pada
indikator Need of Approval sebesar 1,651 mempunyai nilai yang lebih rendah dari nilai t tabel sebesar 1,66.
Sedangkan untuk indikator Perceived Parental Pressure, terbukti memiliki perbedaan nilai rerata hipotetik dan empirik secara
signifikan. Hal ini dikarenakan nilai probabilitas 0,025 lebih kecil daripada nilai signifikansi 0,05 dan nilai t hitung 2,283 lebih besar
daripada nilai t tabelnya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism dilihat dari kedua
indikatornya, cenderung rendah dilakukan oleh subjek penelitian.
6. Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Untuk mengetahui perbedaan nilai rerata di antara dua buah sampel, maka dilakukan Uji t untuk Sampel yang Bebas, atau Independent
Sampel T-Test Santoso, 2010. Tidak jauh berbeda dengan One Sample T- Test, dalam uji t untuk sampel bebas diperlukan dasar pengambilan
keputusan untuk menguji signifikansinya. a. Analisis Two Independent Sample T-Test untuk Jenis Kelamin
Berikut adalah hasil dari analisis perbedaan mean antara subjek laki-laki dan perempuan.
Tabel 15 Uji Statistik Two Independent Sample T-Test Jenis Kelamin
JK N
Mean SD
Levene’s Test For Equality of
Variances t-test For Equality
of Means
F Sig.
t Sig 2-
tailed L
30 45.9333
8.50531 .111
.740 .259
.797 P
48 54.4375
8.06333
Berdasarkan hasil di atas, maka nilai probabilitas adalah sebesar 0,740 dengan nilai F adalah sebesar 0,111. Nilai p 0,740 bernilai lebih
besar daripada nilai signifikansi p 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa kedua kelompok memiliki varian yang sama. Setelah melihat
perbandingan nilai variansnya, maka perhitungan berlanjut dengan melihat perbedaan nilai reratanya dengan t-test. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa nilai probabilitas one-tailed adalah sebesar 0,398 0,797 dibagi 2. Karena nilai probabilitas 0,398 lebih besar dari nilai
signifikansi 0,025, maka dapat disimpulkan bahwa H diterima, yakni
tidak terdapat perbedaan kecenderungan yang signifikan di antara kedua kelompok jenis kelamin.
D. Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan paparan atau deskripsi mengenai kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism pada mahasiswa
skripsi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Secara keseluruhan, hasil penelitian menyebutkan bahwa mean empirik subjek penelitian, bernilai
lebih rendah daripada mean hipotetik alat ukur, dengan perbedaan mean tersebut adalah sebesar 2,37. Hasil ini mengungkapkan bahwa kecenderungan
Socially-Prescribed Perfectionism mahasiswa skripsi cenderung lebih rendah daripada kecenderungan yang idealnya terjadi.
Hasil penelitian yang menunjukkan kecenderungan Socially- Prescribed Perfectionism rendah, disebabkan subjek penelitian kurang
melihat lingkungan sosialnya memberi banyak tekanan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian pada indikator Perceived Parental Pressure yang memiliki
nilai empirik lebih rendah daripada nilai hipotetiknya µ
empirik
= 22,602 µ
hipotetik
= 24. Hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa subjek penelitian kurang
merasakan tekanan sosial terutama dari orang tua, disebabkan oleh pola asuh
orang tua subjek yang cenderung tidak memberikan banyak tekanan, yakni pola asuh autoritatif dan juga permisif. Pada pola asuh autoritatif, terdapat
tuntutan demandingness bagi anak-anaknya. Akan tetapi tuntutan tersebut mengacu kepada harapan serta aturan orangtua yang dirasa masuk akal bagi
tingkah laku anaknya. Sedangkan pada pola asuh permisif, ditandai dengan adanya kebebasan yang berlebihan, yang di dalamnya orang tua tidak
memberikan panduan yang jelas bagi pengalaman anaknya Baumrind, dalam Silalahi, 2010.
Pembahasan mengenai pola asuh yang dirasa subjek sebagai pola asuh yang kurang memberi tekanan, didukung oleh beberapa penelitian mengenai
karakteristik pola asuh orang tua di negara-negara Asia Tenggara. Elias dan Tan 2009 dalam penelitian yang mereka lakukan pada sekelompok remaja
Malaysia, mengemukakan bahwa remaja cenderung menganggap kedua orang tuanya sebagai orang tua dengan pola asuh autoritatif. Hal ini senada dengan
penelitian McKinney dan Renk 2008, yang menyebutkan bahwa remaja akhir menganggap orang tuanya cenderung autoritatif dan permisif.
Selain membahas penyebab rendahnya kecenderungan Socially- Prescribed Perfectionism dari sisi pola asuh orang tua, maka pembahasan
juga dilakukan dengan melihat kekurangan dari metode penelitian. Salah satunya adalah mengenai jumlah sampel pada setiap strata. Menurut Roscoe
1982, bila sampel terbagi ke dalam kategori-kategori, maka jumlah anggota sampel pada setiap kategori minimal berjumlah 30 dalam Taniredja dan
Mustafidah, 20011. Subjek penelitian yang terbagi ke dalam dua buah
kategori tahun angkatan, berjumlah kurang dari 30 subjek, yakni pada subjek tahun angkatan 2006 dan 2007. Kurangnya jumlah subjek pada kategori
tersebut dapat menghasilkan kesalahan yang lebih besar pada hasil penelitian. Selain itu, kekurangan penelitian yang dapat menyebabkan
kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism pada subjek cenderung rendah, dapat disebabkan adanya kekurangan pada proses penerjemahan alat
ukur. Penelitian menggunakan alat ukur yang berasal dari luar negeri, sehingga membutuhkan proses penerjemahan. Salah satu proses yang
digunakan adalah menggunakan metode Back-translation. Akan tetapi, metode Back-translation saja tidaklah cukup untuk menghasilkan
penerjemahan yang baik. Greco, Walop, dan Eastridge 1987, menyatakan bahwa setelah melakukan proses Back-translation, maka perlu dilanjutkan
dengan proses penyetaraan lintas bahasa. Hal ini dilakukan untuk melihat detail-detail penggunaan bahasa maupun istilah yang kemungkinan berbeda
dari bahasa asli alat ukur tersebut. Melihat bahwa penelitian hanya menggunakan metode Back-translation saja, maka alat ukur hasil
penerjemahan belum sepenuhnya dikatakan valid, sehingga dapat mempengaruhi hasil daripada penelitian tersebut.
46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan bahwa kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism pada subjek
penelitian cenderung lebih rendah. Hal ini disebabkan perbedaan mean hipotetik µ = 48 dengan mean empirik µ= 45,628, di mana mean empirik
lebih kecil nilainya dibandingkan dengan mean hipotetik. Kesimpulan ini juga diperoleh berdasarkan hasil perhitungan terhadap kecenderungan
Socially-Prescribed Perfectionism pada tiap tahun angkatan, dengan hasil yang menunjukkan nilai mean empirik pada setiap angkatan lebih rendah
daripada nilai hipotetiknya. Selain itu, berdasarkan perhitungan pada dua indikator Socially-Prescribed Perfectionism yang memiliki mean empirik
lebih rendah daripada nilai hipotetiknya.
B. Saran
Berikut adalah saran yang dapat diajukan:
1. Bagi Mahasiswa
Kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism mahasiswa yang rendah ternyata tidak menyebabkan mahasiswa menjadi cepat dalam
meraih kelulusannya. Hal ini menandakan bahwa masih ada variabel lain yang
mempengaruhi masalah
tersebut. Diharapkan
agar dapat