Kandungan Kimia Pada Daun Ketapang Pupuk Kompos

F. Kandungan Kimia Pada Daun Ketapang

Salah satu bahan alami yang berpotensi sebagai bahan antibakteri adalah daun ketapang Hardhiko et al., 2004. Daun ketapang mengandung beberapa kandungan kimia. Ketapang mengandung senyawa seperti flavonoid Lin dkk., 2000, triterpenoid Gao dkk., 2004, tanin Ankamwar, 2010, alkaloid Mandasari, 2006, steroid Babayi dkk., 2004, asam lemak Jaziroh, 2008, diterpen, saponin, dan senyawa fenolik Pauly, 2001. Tumbuhan Ketapang memiliki kandungan tanin terhidrolisis dengan konsentrasi tinggi Howell, 2004. Zat kimia yang terkandung dalam ekstrak daun ketapang yang diduga bersifat sebagai antibakteri adalah tanin Chee Mun, 2003. Menurut Orwa, et al 2009 daun ketapang juga memiliki kandungan nitrogen N sebesar 3,92 sebelum dilakukan pengomposan. Kandungan N dalam daun ketapang sebesar 3,92 ini berpotensi untuk penyubur tanaman melalui proses pengomposan.

G. Pupuk Kompos

Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sisa-sisa tanaman atau sisa hasil panen yang dibusukkan pada suatu tempat, terlindungi dari matahari dan hujan, serta diatur kelembabannya dengan menyiram air apabila terlalu kering Hardjowigeno, 1989. Proses pengomposan bisa berlangsung apabila bahan- bahan mentah telah dicampur secara merata, pengomposan dapat dibagi menjadi 2 tahap yaitu : tahap aktif, dan tahap pematangan. Pada tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik, yang mengakibatkan suhu tumpukan kompos akan tinggi dan pH kompos meningkat. Suhu akan meningkat menjadi 50 – 70ᵒC, dan akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang berperan aktif pada kondisi ini adalah mikroba termofilik yaitu mikroba yang aktif pada suhu yang tinggi. Pada saat terjadi proses ini, maka proses dekomposisi bahan organik juga berlangsung Isroi, 2007. Dekomposisi secara aerob adalah modifikasi yang terjadi secara biologis pada struktur kimia atau biologi bahan organik dengan kehadiran oksigen. Dalam proses ini banyak koloni bakteri yang berperan akibat dan ditandai dengan adanya perubahan temperatur 35 ᵒ C bakteri yang berperan adalah Phsycrophile. Antara termperatur 35-55 ᵒ C yang berperan adalah bakteri mesofilik. Pada temperatur tinggi di atas 85 ᵒ C yang banyak berperan adalah bakteri termofilik. Hasil dari dekomposisi bahan organik secara aerobik adalah CO 2 , H 2 O air, Humus, dan energi. Proses dekomposisi bahan organik secara aerobik disajikan sebagai berikut: Bahan organik CO 2 +H 2 O + Humus + Hara + Energi Hasil dari proses pengomposan secara aerobik berupa bahan kering dengan kelembaban 30-40, bewarna cokelat gelap, dan remah. Djuarnani dkk, 2005. mikroba aerob Sedangkan Dekomposisi secara anaerob adalah modifikasi yang terjadi secara biologis pada struktur kimia atau biologi bahan organik tanpa oksigen. Berikut mekanisme pengomposan secara anaerob: Bahan Organik CH 4 + hara + humus Pada proses anaerob reaksi berlangsung secara bertahap. Tahap pertama, beberapa jenis bakteri fakultatif akan menguraikan bahan organik menjadi asam lemak. Kemudian diikuti tahap kedua, dimana kelompok mikroba lain akan mengubah asam lemak menjadi amoniak, metan, karbondioksida dan hidrogen. Panas yang dihasilkan dalam proses anaerobik lebih rendah dibanding aerobik. Pengomposan anaerob akan menghasilkan gas mentah CH4, karbondioksida CO2, dan asam organik yang memiliki bobot molekul rendah seperti asam asetat, asam propionate, asam butirat, asam laktat, dan asam suksinat. Gas metan bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternative biogas. Sisanya berupa lumpur yang mengandung bagian padatan dan cairan. Bagian padatan ini yang disebut kompos. Namun, kadar airnya masih tinggi sehingga sebelum digunakan harus dikeringkan. Djuarnani dkk, 2005. Mikroba anaerob PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

H. Manfaat Kompos