signifikan, sehingga diduga bahwa yang menyebabkan jumlah daun tidak berbeda nyata adalah unsur nitrogen yang terlalu banyak pada pupuk kompos daun
ketapang. Jika tanaman kelebihan unsur N, maka dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat terlihat pada rata-rata
pengukuran jumlah daun pada perlakuan 3 dengan komposisi pupuk yang diberikan sebesar 70 1,4 kg hasilnya paling kecil dibandingkan dengan
kontrol. Pada kontrol hanya menggunakan tanah yang terdapat di sekitar lokasi penelitian dan setelah dilakukan uji di laboratorium, hasil kandungan unsur N
pada tanah yang digunakan pada kontrol yaitu sebesar 0,20 dan masuk ke dalam kandungan ideal. Hasil pengukuran pada tinggi tanaman, rata-rata tertinggi
diperoleh oleh kontrol hal ini juga dapat disebabkan oleh jumlah N yang terlalu banyak dapat menyebabkan unsur N akan mengikat unsur hara lain, sehingga akan
sulit diserap tanaman dan pertumbuhan tanaman bayam cabut pada perlakuan P1, P2 dan P3 terhambat pertumbuhannya.
Pertumbuhan tanaman bayam cabut dipengaruhi oleh banyak faktor. Ada beberapa faktor yang berpotensi menghambat proses pertumbuhan tanaman yaitu :
1. Serangan Hama dan Penyakit
Pertumbuhan tanaman bayam cabut antar perlakuan sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah
hormon dan gen pada tanaman tersebut. Sedangkan faktor eksternal adalah air, cahaya, nutrisi, Kelembaban, suhu, oksigen, dan pH. Selain faktor-
faktor tersebut, pertumbuhan bayam cabut juga dipengaruhi oleh hama atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penyakit bawaan dari biji yang mengganggu pertumbuhan tanaman bayam cabut sejak dibeli dari toko pertanian. Serangan hama dan penyakit yang
berasal dari luar, serta iklim. a.
Hama 1
Ulat Spodoptera sp.
Ulat yang menyerang tanaman bayam adalah jenis ulat grayak yang memiliki ciri-ciri, tubuhnya bewarna hijau tua, hijau
muda dan ada juga yang bewarna putih agak bening jika masih kecil. Ulat ini memakan daun tanaman bayam cabut, sehingga
meninggalkan bekas berupa daun yang rombeng dan bolong. Saat ditemukan ulat ini sedang bersembunyi dengan menempel pada
bagian bawah daun dan batang daun. Warna tubuh yang seperti warna lingkungan sekitarnya membuat ulat ini sangat sulit
ditemukan jika tidak mengamati tanaman dengan jeli. Pengendalian hama ulat ini dilakukan dengan mengambil
ulat tersebut dan dimusnahkan, jika sudah terlalu parah, dibasmi dengan petisida organik yang telah dipersiapkan sebelumnya yang
terbuat dari air sari tembakau, daun mindi, daun pepaya, laos, kunyit, jahe, bawang putih, gadung dan daun sirih yang
difermentasi selama 2 minggu dari tanggal 1 April 2017 sampai tanggal 15 April 2017. Sebelum digunakan, pestisida sebanyak
500ml dicampur air sebanyak 300ml agar tidak terlalu pekat. Adanya hama ulat menyebabkan pertumbuhan jumlah daun pada
tanaman bayam cabut terganggu karena daun menjadi bolong dan ada pula yang dimakan ulat hingga habis. Penggunaan pestisida
organik digunakan sejak tanaman berumur 2 hari setelah dipindah ke dalam polybag yaitu pada tanggal 16 April 2017 karena pada
tanggal ini tanaman belalang sudah diserang oleh hama ulat dan belalang. Penyemprotan pestisida terakhir dilakukan dua hari
sebelum panen yaitu tanggal 4 Mei 2017 karena dirasa sudah tidak ada serangan hama yang begitu berarti lagi. Penyemprotan
pestisida alami seharusnya dilakukan setiap didapati adanya hama, namun hal itu menyesuaikan dengan cuaca yang cukup labil,
karena mengingat penyemrotan hama dilakukan pada pagi atau sore hari tergantung cuaca, jika hujan tidak dilakukan penyemprotan
pestisida.
Gambar 4.4 Hama Ulat yang menyerang tanaman bayam cabut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 Belalang Valanga nigricornis, Oxya chinensis, Locusta
migratoria Belalang menyerang tanaman bayam cabut pada bagian
daun dengan ciri-ciri belalang ada yang bewarna cokelat, kuning dan hijau muda, kebanyakan belalang meninggalkan bekas pada
daun berupa daun yang rombeng dan bolong-bolong yang cukup besar. Belalang ini hinggap dan berpindah-pindah sehingga sulit
sekali dibasmi. Pembasmian terhadap hama belalang ini dilakukan sama dengan pembasmian hama ulat yaitu dengan pestisida
organik. Yang membedakan adalah jika ditemukan belalang hanya diusir keluar dari lokasi penlitian karena penangkapan belalang
cukup sulit dilakukan. Pada saat ditemukan belalang sedang bertengger pada batang daun, ada pula yang kedapatan sedang
memakan tanaman penelitian hingga daunnya habis tanpa tersisa. Gambar hama belalang dapat dilihat pada gambar 4.5, sebagai
berikut :
Gambar 4.5 Hama belalang yang menyerang tanaman bayam cabut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Penyakit
Penyakit yang menjangkit tanaman bayam cabut selama masa penelitian berlangsung yaitu serangan bulai atau downy mildew,
dengan gejala yaitu pada daun timbul bercak warna putih kekuningan, umumnya bulat dengan batas yang jelas seperti mengikuti alur tulang
daun Nurasanah dkk, 2016. Kadang-kadang bercak menyatu membentuk bercak lebih lebar yang selanjutnya dapat menyebabkan
bentuk daun abnormal, kaku, mengering dan mudah hancur. Pada pagi hari yang dingin timbul miselium dan konidium Pratama dkk, 2013.
Daun yang terjangkit penyakit downy mildew telah terlihat sejak hari ke 16 yaitu pada tanggal 30 April 2017, namun karena dirasa belum
terlalu parah dan masih berupa bercak kekuningan akhirnya dibiarkan dulu sambil melihat perkembangan selanjutnya. Namun setelah
didiamkan hingga keesokan hari, dan semakin parah karena permukaan daun yang semakin cokelat karena mengering dan terkena
air hujan ditumbuhi oleh jamur. Akhirnya dilakukan pencegahan penyebaran dengan cara memetik daun yang terjangkit penyakit
downy mildew. Pemetikan daun dimulai dari batang daun. Penyakit downy mildew ini disebabkan oleh kondisi lingkungan sekitar tempat
penelitian yang terlalu lembab sehingga menyebabkan tumbuhnya jamur pada permukaan daun yang terjangkit penyakit ini. Gambar
daun yang terjangkit penyakit downy mildew dapat dilihat pada gambar 4.6 sebagai berikut
Gambar 4.6 Daun yang terjangkit penyakit downy mildew
2. Faktor-Faktor Lain