Tata Cara Penyetoran, Pelaporan dan Penyampaian SPT Masa PPN Pengakuan dan Pengukuran Pajak Pertambahan Nilai PPN Menurut SAK dan UU Perpajakan.

b. Lampiran 1 Daftar Pajak Keluaran dan PPnBM – Formulir 1107 A c. Lampiran 2 Daftar Pajak Masukan dan PPnBM – Formulir 1108 B

13. Tata Cara Penyetoran, Pelaporan dan Penyampaian SPT Masa PPN

a. Batas Waktu Penyetoran PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang dalam satu Masa Pajak , harus disetor paling lambat 15 lima belas hari setelah Masa Pajak berakhir. Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran bertepatan dengan hari libur, maka penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya b. Batas waktu Pelaporan SPT Masa PPN SPT Masa PPN harus disampaikan setiap bulan paling lambat 20 dua puluh hari setelah Masa Pajak berakhir.Dalam hal hari ke-20 adalah hari libur, maka SPT Masa PPN harus disampaikan pada hari kerja sebelum hari libur. c. Penyampaian SPT Masa PPN Surat Pemberitahuan Masa PPN dapat disampaiakn oleh Pengusaha Kena Pajak dengan cara: 1. Manual • disampaikan langsung ke KPP tempat PKP dikukuhkan atau KP4 Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan setempat; dan atas penyampaian SPT Masa PPN tersebut PKP akan menerima tanda bukti penerimaan, Universitas Sumatera Utara • disampaikan melalui Kantor Pos secara tercatat atau melaui perusahaan jasa ekspedisi atau melalui perusahaan jasa kurir, ke KPP tempat PKP dikukuhkan atau KP4 setempat. Tanda bukti serta tanggal pengiriman SPT dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan SPT, sepanjang SPT tersebut lengkap. 2. Elektronik yaitu melalui e-Filling, yang tata cara penyampaiannya sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-05PJ.2005 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Secara Elektronik e-Filling Melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi.

14. Pengakuan dan Pengukuran Pajak Pertambahan Nilai PPN Menurut SAK dan UU Perpajakan.

Pajak Pertambahan Nilai timbul akibat adanya transaksi pembelian dan penjualan terhadap BKP JKP. Apabila PKP melakukan pembelian BKP maka akan dikenakan Pajak Masukan. Selanjutnya bila PKP tersebut melakukan penjualan atas BKP tersebut maka mereka berhak untuk melakukan pemungutan PPN yang telah mereka setor sebelumnya dan hal ini merupakan Pajak Keluaran. Seperti halnya pendapatan, PPN juga harus diketahui kapan diakui dan bagaimana cara pengukurannya. Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan dalam SAK yang dikeluarkan oleh IAI 2009, Pasal 23, dijelaskan bahwa: Universitas Sumatera Utara “Penghasilan diakui dalam laba rugi kalau peningkatan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.” Menurut UU Perpajakan R.I No.250PMK2008 Pasal 4 ayat 1, dijelaskan bahwa: “Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun”. Menurut Donald E Kieso, dkk dalam buku Akuntansi Intermediate 2002:53, Pendapatan umumnya diakui jika: a. Telah direalisasi atau dapat direalisasi b. Telah dihasilkan Misal, PT. X melakukan penjualan barang dengan penyerahan Rp 25.000.000,00 terdiri dari : - Penyerahan yang telah diterima pembayarannya Rp 20.000.000,00,- - Penyerahan yang belum diterima pembayarannya Rp 5.000.000,00,- Prinsip kas : pendapatan penjualan adalah Rp 20.000.000,00,- sisa yang belum di bayar sebesar Rp 5.000.000,00 ditetapkan sebagai penghasilan pada periode berikutnya apabila telah dilakukan pembayaran berikutnya. Tabel 2.1 Universitas Sumatera Utara Pengakuan Pendapatan Des 2009 Jan 2010 Prinsip akrual Penyerahan = Rp 25.000.000,00 Pembayaran = Rp 20.000.000,00 Pembayaran II = Rp 5.000.000,00 Penghasilan ditetapkan = Rp 25.000.000,00 Des 2009 Jan 2010 Prinsip kas Penyerahan = Rp 25.000.000,00 Pembayaran = Rp 20.000.000,00 Pembayaran II = Rp 5.000.000,00 Penghasilan ditetapkan = Rp 20.000.000,00 Penghasilan ditetapkan=Rp5.000.000,00 Pengakuan pendapatan dari penjualan barang dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.23 menurut IAI 2009 : 23 menyebutkan bahwa pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut terpenuhi : a. Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah memindahkan menfaat kepemilikan barang kepada penbeli ; b. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual; c. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal; d. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut; dan Universitas Sumatera Utara e. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal. Pengukuran pendapatan dalam PSAK No.23 2009 : 23 dijelaskan bahwa “ Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima”. Dalam UU Perpajakan No.42 Tahun 2009 Pasal 8A ayat 1, dijelaskan bahwa “ Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 dengan Dasar Pengenaan Pajak yang meliputi Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain”. Dalam Pasal 11 ayat 1 UU PPN No.42 Tahun 2009, terutangnya pajak terjadi pada saat: a. Penyerahan BKP; b. Impor BKP; c. Penyerahan JKP; d. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean; e. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean; f. Ekspor BKP Berwujud; g. Ekspor BKP tidak berwujud, atau h. Ekspor JKP. Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan dalam SAK 2009 : 23 dijelaskan bahwa “Beban diakui dalam Laporan Laba Rugi kalau penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal”. Hal ini berarti pengakuan beban terjdi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aktiva misalnya, akrual hak karyawan atau penyusutan aktiva tetap. Menurut UU Perpajakan No.42 Tahun 2009 Pasal 11 Ayat2, dijelaskan bahwa “ Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau sebelum penyerhan Jasa Kena Pajak, atau dalam hal pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan Barang kena Pajak tidak berujud atau Jasa Kena Universitas Sumatera Utara Pajak dari Luar Daerah Pabean, saat terutangnya pajak adalah pada saat pembayaran”. Dalam akuntansi, saat penyerahan barang merupakan salah satu saat pengakuan beban atau perolehan aktiva PSAK No.23 ; 38. Begitu juga dengan pajak, pengakuan beban atau perolehan aktiva diakui pada saat penyerahan barang kena pajak, tetapi karena pembuatan faktur pajak dapat diserahkan bulan berikutnya maka pendapatan tersebut tidak dapat dilaporkan pada bulan saat penyerahan BKP. Terutangnya PPN menurut akuntansi yaitu pada saat penyerahan BKP walaupun faktur pajak belum dibuat dan belum diterima pembayarannya. Menurut UU Perpajakan terutangnya PPN sama dengan akuntansi yaitu pada saat penyerahan BKP atau sudah terjadi penjualan UU Perpajakan RI No.42 Tahun 2009, tetapi apabila diterima uang muka dari penjualan tersebut maka terutangnya PPN secara administrative adalah pada saat pembayaran uang muka dan diterbitkan faktur pajaknya. Efek dari pengakuan dan pengukuran beban PPN ini memiliki implikasi terhadap pelaporan keuangan yaitu laba ruginya terlalu rendah sehingga mengakibatkan pajak terutangnya juga understated. Misal, pada tanggal 25 Desember 2009 diterima uang muka sebesar Rp. 1.000.000,00 dari penjualan barang dagang sebesar Rp 10.000.000,00. Barang tersebut akan diserahkan pada 20 Januari 2010. Menurut UU Perpajakan, pada saat diterima uang muka PPN dan penjualan sudah diakui dan faktur pajak diterbitkan pada saat itu juga. Sedangkan Universitas Sumatera Utara menurut SAK, penjualan belum diakui karena barang belum diserahkan dan faktur belum diterbitkan, tetapi uang muka atas penjualan barang tersebut sudah diakui dan dikenakan PPN Keluaran. Jadi penjualan diakui menurut akuntansi adalah pada saat penyerahan barang pada bulan berikutnya yaitu tanggal 20 Januari 2010. Perbedaan pengakuan penjualan menurut SAK dan Pajak, akan menyebabkan laba yang dihasilkan perusahaan terlalu rendah understated. Hal ini terjadi karena menurut akuntansi penjualan belum diakui bila belum terjadi penyerahan barang.Sedangkan dalam pajak, apabila pembayaran diterima lebih dahulu sebelum barangnya diserahkan maka pada saat pembayaran uang muka tersebut penjualan dan PPN sudah diakui. Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan koreksi fiscal atas pendapatan dan beban untuk mendapatkan Penghasilan Kena Pajak dan rekonsiliasi nilai atas penyerahan omset penjualan.

15. Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai Prosedur pembukuan Pajak Pertambahan Nilai PPN terdiri dari: