PPN Keluaran Rp 5.868.992
PiutangKas Rp 64.558921
d. Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai Terutang :
Oleh karena menerapkan tarif umum PPN 10, maka besarnya PPN terutang yang harus dibayar dan disetor ke kas negara adalah selisih antara PPN
Keluaran dan PPN Masukan. Jumlah PPN Keluaran diperoleh dari 10 atas transaksi penjualan kepada konsumen. Sedangkan jumlah PPN Masukan
diperoleh dari dari 10 atas transaksi pembelian yang berasal dari PKP.
9. Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai PPN
Prosedur pembukuan yang dilakukan PT. Agung Sumatera Samudera Abadi Medan berkaitan dengan Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai PPN adalah
pembelian barang dan penjualan lokal. Setiap transaksi yang terjadi dalam kegiatan usaha perusahaan, bagian keuangan wajib mencatat atau
membukukannya. Masalah yang timbul dalam pencatatan Pajak Masukan adalah berbedanya
saat penyerahan barang kena pajak dan saat pembuatan faktur pajak. Seperti biasanya, faktur pajak dapat dibuat pada akhir bulan setelah penyerahan barang
kena pajak. Dalam pencatatan pajak keluaran, masalah yang terjadi juga tidak jauh berbeda dengan pajak masukan yaitu berbedanya saat penyerahan barang kena
pajak dengan saat pembuatan faktur pajak.
Universitas Sumatera Utara
Pada saat penjualan, dimana barang dagang diserahkan terlebih dahulu kepada konsumen sedangkan faktur pajak dibuat setelah barang diserahkan. Hal
ini mengakibatkan terjadinya pencatatan dua kali di dalam pembukuannya, yaitu pada saat barang dan paada saat dikeluarkannya faktur pajak.
Berdasarkan data yang diperoleh, pada bulan Desember tahun 2009 dilakukan penjualan, ayat jurnal dibuat yaitu:
Pada saat Penyerahan Barang Penjualan Lokal : Piutang Dagang
Rp 39.134.150 Penjualan
Rp 35.576.500 PPN Keluaran
Rp 3.557.650 Pada saat dibuat faktur :
Pajak Keluaran yang belum difakturkan Rp 39.134.150
Pajak Keluaran Rp 3.557.650
Dengan ayat jurnal diatas, maka perkiraan Pajak Keluaran yang belum difakturkan akan bersaldo nol. Pada akhir bulan, pajak Keluaran akan dikurangi
dengan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan. Selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang masih harus disetor.
Pada saat Pembelian: Pembelian
Rp 35.001.750 Pajak Masukan
Rp 3.500.175
Universitas Sumatera Utara
Kas Rp 38.501.925
Pada saat Pengkreditan Pajak Masukan : Pajak Masukan
= Rp 3.500.175 Pajak Keluaran
= Rp 3.557.650 Kurang Bayar
= Rp 57.475 Berbedanya saat penyerahan barang dengan saat dibuatnya faktur pajak,
maka mengakibatkan Pajak Pertambahan Nilai belum terutang menurut pajak, karena belum nyata terjadi. Sedangkan dalam prinsip akuntansi, ada 2 saat
pengakuan baik pendapatan maupun beban yaitu prinsip kas dan prinsip akrual. Hal ini dalam prinsip akuntansi merupakan prinsip akrual, dimana akuntansi
berprinsip bahwa saat penyerahan barang tersebut merupakan saat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai hal ini belum secara nyata terjadi, sehingga
mengakibatkan terjadinya pencatatan dua kali di dalam akuntansi. Sedangkan menurut pajak, pencatatan hanya dilakukan satu kali saja yaitu pada saat
diterbitkannya faktur pajak karena tanggal yang tercantum pada faktur pajak tersebut menentukan masa pajaknya. Dalam penyajian PPN, perusahaan
menyajikan dengan metode gabungan, yaitu PPN Masukan dan PPN Keluaran dibukukan secara terpisah dan akhir tahun dibukukan pada satu perkiraan saja
yaitu PPN.
Universitas Sumatera Utara
B. Analisia Hasil Penelitian
Sering kali Wajib Pajak tidak memahami bahwa rekonsiliasi omzet penjualan menurut SPT Masa PPN dan SPT PPh Badan merupakan suatu hal yang sangat
penting. Padahal rekonsiliasi ini akan menjadi alat kontrol bagi manajemen untuk memastikan bahwa omzet penjualan sudah dilaporkan dan sudah di pungut PPN-
nya semua sesuai peraturan yang berlaku. Sementara itu di dalam pemeriksaan pajak, hampir dapat dipastikan bahwa
rekonsiliasi ini akan dilakukan oleh pemeriksa sebagai bagian dari prosedur pemeriksaan. Terlebih pemeriksaan pajak yang dilakukan terhadap perusahaan
besar yang unit bisnisnya banyak dan jumlah datanya pun sangat banyak dan beragam. Sehingga Wajib Pajak dapat memberikan penjelasan kepada pemeriksa
pajak atas perbedaan tersebut, kepentingan pemeriksa sebenarnya adalah untuk meyakini bahwa Wajib Pajak telah mentaati aturan perpajakan yang berkaitan
dengan PPh dan PPN, serta meyakini bahwa omzet yang dilaporkan sudah benar.
1. PT.Agung Sumatera Samudera Abadi Sebagai Pengusaha Kena Pajak
PT.Agung Sumatera Samudera Abadi merupakan perusahaan perdagangan ikan yang menangkap ikan melalui kapal-kapal nya dalam unit yang besar dan
juga membeli ikan-ikan dalam jumlah yang besar dan menjualnya secara langsung maupun tidak langsung kepada PKP maupun non PKP. Dengan melihat usaha
yang dilakukan, sudah jelas bahwa PT.Agung Sumatera Samudera Abadi
Universitas Sumatera Utara