Pengukuran Faktor Fisik Kimia Lingkungan Analisis Data

identifikasi karangan Borror et al., 1996; Ananda, 1997; Chynery, 1993; Hidayat et al., 2001 dan Suhara 2009.

3.5 Pengukuran Faktor Fisik Kimia Lingkungan

Faktor fisik kimia lingkungan yang diukur mencakup: a. Temperatur Udara Temperatur udara diukur dengan menggunakan termometer air raksa yang digantung selama lebih kurang 10 menit. Kemudian dibaca skala pada termometer tersebut. b. Temperatur Tanah Nilai temperatur tanah diukur menggunakan soil termometer dengan menancapkan pada tanah sampai pembacaan pada alat konstan kemudian dibaca angka yang tertera pada alat tersebut. c. pH Tanah Nilai pH diukur dengan menggunakan soil tester dengan cara menancapkan soil tester ke dalam tanah sampai pembacaan pada alat konstan dan dibaca angka yang tertera pada alat tersebut. d. Kelembaban Udara Nilai kelembaban udara diukur dengan menggunakan higrometer dengan memasukkan air mineral pada kantong yang terdapat pada bagian belakang alat dan dibiarkan beberapa saat kemudian dihitung nilai kelembaban udaranya. Universitas Sumatera Utara

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian dihitung nilai kepadatan populasi K, kepadatan relatif KR, frekuensi relatif FR, indeks keanekaragaman H’, dan indeks keseragamanE dengan rumus : a Kepadatan Populasi K m plot luas spesies suatu individu Jumlah K  b Kepadatan Relatif KR 100 N ni KR x   Keterangan: ni = kelimpahan individu famili i ∑N = total kelimpahan individu seluruh famili Brower et al., 1990 c Frekuensi F plot al Jumlah tot famili suatu ditempati yang plot Jumlah F  d Frekuensi Relatif 100 Famili seluruh Frekuensi Total famili suatu Frekuensi F x  Universitas Sumatera Utara Kriteria nilai Fr: 0 – 25 = Sangat jarang 25 – 50 = jarang 50 – 75 = sering 75 = sangat sering Krebs, 1985 e Indeks Keanekaragaman Shannon Wiener H’ Keterangan: Pi =  niN Perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan total jenis Ln = logaritma natural Nilai H’ berkisar antara 1 – 3 H’ 1 : keanekaragaman rendah H’ 1-3 : keanekaragaman sedang H’ 3 : keanekaragaman tinggi Michael, 1995. f Indeks Kemerataan E = Equitabilitas Indeks Kemerataan E =   Pi ln Pi - H max H H Keterangan: H’ = indeks diversitas Shannon-Wienner H maks = keanekaragaman famili maksimum = ln S S banyaknya famili dengan nilai E berkisar antara 0-1 Suin, 2002 g Analisis Korelasi Pearson Analisis korelasi digunakan untuk melihat hubungan antar faktor kimia-fisika dengan nilai indeks keanekaragaman Arthropoda. Analisis korelasi dihitung dengan menggunakan sistem komputerisasi SPSS ver. 18. Universitas Sumatera Utara Menurut Sarwono 2006, koefisien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 sd -1. Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan strength hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefisien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefisien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah dan sebaliknya. Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel dibuat kriteria sebagai berikut: a. Jika 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel b. Jika 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah c. Jika 0,25 – 0,5 : Korelasi cukup d. Jika 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat e. Jika 0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat f. Jika 1 : Korelasi sempurna Berdasarkan kriteria koefisien korelasi yang dibuat oleh Sarwono, intensitas cahaya berkorelasi sangat kuat dan secara keseluruhan faktor lingkungan yang diukur pada penelitian berkisar antara korelasi lemah hingga korelasi sangat kuat antara 0,07 hingga 0,900 Universitas Sumatera Utara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN