Rata-Rata Hasil Pengukuran Faktor Lingkungan Pada Lokasi Pengamatan

4.3 Rata-Rata Hasil Pengukuran Faktor Lingkungan Pada Lokasi Pengamatan

Faktor-faktor lingkungan yang diukur di perkebunan kopi rakyat Kabupaten Pakpak Bharat meliputi Intensitas cahaya, Suhu tanah, Suhu udara, kelembaban dan curah hujan. Hasil pengukuran dari 5 ketinggian dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Pengukuran Faktor Lingkungan Parameter 700 m dpl 700-800 m dpl 800-900 m dpl 900-1000 m pl 1000 m dpl Cahaya Lux 590 – 685,7 345,7 – 453,3 761 – 1057,7 333- 633,3 328,3- 465 Suhu Tanah °C 24,3 - 24,7 25,0 23,7- 24,3 24,6 - 25,3 24,3 Suhu Udara Pagi °C 18,4 - 21,2 18,9 - 22,8 18,6 - 23,0 18,6 - 23,2 17,3 - 20,8 Suhu Udara Siang °C 31,0 – 31,2 30,2 – 30,3 27,9 – 30.7 30,5 – 30,7 29,3 - 29,8 Suhu Udara Sore °C 26,8 – 28,2 27,3 - 27,7 26,2 – 27,1 25,9 – 27,5 24,4 – 25,3 Kelembaban 92,0 82 - 84 89 88,3 - 89,0 86,7 - 89,3 Curah Hujan mmhari 7,0 3,8 5,6 8,1 7,3 a. Intensitas Cahaya Dari data yang diperoleh di lapangan intensitas cahaya berkisar antara 328,3- 1.057.7 lux. Ada perbedaan intensitas cahaya pada masing-masing ketinggian. Intensitas cahaya tertinggi terletak pada ketinggian 800 C ≤ 900 m dpl dengan intensitas cahaya 1.057,7 lux dan yang terendah terletak pada ketinggian  1000 m dpl dengan intensitas cahaya 328,3 lux. Hal ini disebabkan karena pada saat pengamatan adanya perbedaan jenis dan jumlah pohon pelindung pada masing- masing ketinggian. Jenis pohon pelindung yang ada di lokasi penelitian antara lain lamtoro, dadap, jengkol, petai dan durian. Seperti yang dikemukakan oleh Wachjar 1984 fungsi pohon pelindung bagi tanaman Universitas Sumatera Utara kopi antara lain untuk mengurangi penyinaran matahari langsung terhadap tanaman kopi dan tanah. Pengaruh cahaya terhadap perilaku serangga berbeda antara serangga yang aktif siang hari dengan yang aktif malam hari. Aktifitas serangga diurnal dipengaruhi oleh cahaya sehingga mempengaruhi aktifitas dan distribusi lokalnya. Serangga mengunjungi bunga, meletakkan telur atau makan dari bagian-bagian tanaman pada siang hari. Arthropoda nokturnal beraktifitas malam hari dan akan kembali ke sarangnya saat matahari mulai menampakkan dirinya. Perubahan intensitas cahaya di sekitar pertanaman akan mempengaruhi keaktifan pengambilan makanan dan perkembangan serangga Susniahti et al., 2005. Berdasarkan hasil penelitian , intensitas cahaya yang mempengaruhi aktivitas serangga nocturnal sebesar 909,4 lux pada ketinggian 800-900 m dpl dan untuk serangga diurnal sebesar 396,6 lux pada ketinggian 1000 m dpl. Hal ini dibuktikan dengan nilai indeks keanekaragaman pada ketinggian 800-900 m dpl lebih tinggi 2,706 untuk arthropoda nocturnal dan 2,528 untuk arthropoda diurnal pada ketinggian 1000 m dpl. b. Suhu Faktor yang berpengaruh terhadap serangga antara lain suhu, kisaran suhu, kelembaban udara, curah hujan dan cahaya. Setiap serangga mempunyai kisaran suhu tertentu, dimana pada suhu terendah ataupun suhu tertinggi serangga tersebut masih dapat bertahan hidup. Suhu udara diukur pada pagi hari, siang hari dan sore hari. Tabel 6 menunjukkan bahwa suhu udara terendah 17,3 ⁰C pada ketinggian E 1000 m dpl dan suhu tertinggi 31,2 ⁰C pada ketinggian A ≤ 700 m Universitas Sumatera Utara dpl. Secara umum suhu udara di lokasi penelitian berkisar antara 24,8 ⁰C–26,2 ⁰C. Perbedaan suhu udara pada masing–masing ketinggian sesuai dengan hasil penelitian Braak 1925 diacu dalam Van Steenis 1972 mengemukakan bahwa suhu udara menurun 0,61⁰C setiap bertambahnya ketinggian tempat 100 m sampai pada ketinggian 2000 m dpl, pada peningkatan ketinggian selanjutnya suhu udara menurun 0,52⁰C tiap kenaikan 100 m. Pada umumnya kisaran suhu minimum serangga 15ºC, optimum 25ºC dan maksimum 45ºC Jumar, 2000. Suhu tanah berkisar antara 23,7⁰C- 25,3⁰C. Arthropoda adalah hewan berdarah dingin poikilothermik yaitu suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Menurut . Suhara 2010, serangga dapat beraktivitas pada saat suhu tubuh 5 – 10⁰C di atas suhu lingkungan. c. Kelembaban Kelembaban udara di lokasi penelitian berkisar antara 82-92. Kelembaban tertinggi pada ketinggian 700 m dpl yaitu 92 dan terendah 82. Kelembaban adalah jumlah uap air pada volume tertentu, yang jumlah maksimumnya tergantung dari suhu udaranya. Secara umum kelembaban udara dapat mempengaruhi pembiakan, pertumbuhan, perkembangan dan keaktifan serangga baik langsung maupun tidak langsung. Kemampuan serangga bertahan terhadap kelembaban udara sangat berbeda menurut jenisnya. Kisaran toleransi terhadap kelembaban udara berubah untuk setiap spesies maupun stadia perkembangannya. Bagi serangga pada umumnya kisaran toleransi terhadap kelembaban udara yang optimum terletak di dalam titik maksimum 73-100 Susniahti et al., 2005. Universitas Sumatera Utara d. Curah Hujan Kabupaten Pakpak Bharat memiliki rata-rata curah hujan bulanan pada setiap tahunnya sebesar 311 mm, berarti termasuk curah hujan tinggi bulan basah. Bulan basah apabila curah hujan lebih dari 200 mm. Bulan lembab apabila curah hujannya 100 - 200 mm. Bulan kering apabila curah hujannya kurang dari 100 mm Pengaruh hujan pada kehidupan arthropoda bisa bersifat langsung atau secara tidak langsung. Secara langsung dapat mempengaruhi populasi serangga, apabila hujan besar serangga banyak yang mati, berpengaruh terutama pada pertumbuhan dan keaktifan serangga. Sebaran hujan disepanjang tahun di suatu tempat memiliki pola tertentu.sebaran tersebut menunjukkan panjang pendeknya periode hujan dengan curah hujan banyak bulan basah dan curah hujan sedikit bulan kering. 4.4 Nilai Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener H’ dan Indeks Kemerataan E Arthropoda pada Perkebunan Kopi Masyarakat di Kabupaten Pakpak Bharat Nilai Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Kemerataan E Arthropoda yang aktif di siang hari Diurnal dan Arthropoda yang aktif di malam hari Nocturnal pada perkebunan kopi rakyat Kabupaten Pakpak Bharat dari 5 ketinggian dapat dilihat pada Tabel 7. Nilai Indeks Keanekaragaman Shannon- Wiener H’ Arthropoda pada perkebunan kopi masyarakat di Kabupaten Pakpak Bharat berkisar antara 1,8-2,7 dan nilai indeks kemerataan E antara 0,6-0,8 seragam sehingga dapat diketahui hampir pada seluruh wilayah kebun kopi Universitas Sumatera Utara masyarakat di Kabupaten Pakpak Bharat dalam kondisi kesetimbangan dimana tidak ada famili Arthropoda yang mendominasi. Keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas dipengaruhi oleh hubungan fungsional tingkat-tingkat trofik, dalam agroekosistem misalnya jumlah dan jenis perumputan atau tinggi rendahnya pemangsaan sangat mempengaruhi keanekaragaman dari komunitas yang dimangsa. Komunitas dalam lingkungan yang stabil mempunyai jenis yang lebih tinggi dari pada komunitas yang dipengaruhi oleh gangguan-gangguan musiman atau secara periodik oleh manusia atau alam Odum, 1993. Untuk Arthropoda Nokturnal keanekaragaman tertinggi pada ketinggian 800-900 m dpl dengan nilai 2,7, sedangkan Arthropoda Diurnal pada ketinggian 1000m dpl dengan nilai 2,5. Hal ini disebabkan karena pada waktu pengamatan pada ketinggian 1000m dpl jenis tanaman lebih heterogen kebun kopi, kemenyan, karet, pohon jati, kayu putih, damar, beringin, bambu, lamtoro, dadap, jengkol, petai dan durian dibandingkan dengan ketinggian A,B,C,D yang didominasi oleh tanaman kopi, dengan demikian Arthropoda Diurnal mendapatkan makanan yang cukup seperti daun-daun, nectar dan serasah. Menurut Odum 1993 kehadiran populasi serangga di suatu lahan pertanian dan penyebarannya selalu berkaitan dengan habitat. Habitat suatu serangga adalah tempat serangga itu hidup atau tempat serangga untuk menemukan makanan. Selanjutnya Krebs 1978 menyatakan heterogenitas ruang, semakin heterogen lingkungan fisik maka semakin kompleks heterogenitas flora dan fauna di suatu tempat tersebar dan semakin tinggi keanekaragaman jenisnya. Universitas Sumatera Utara Arthropoda Nokturnal keanekaragaman lebih tinggi pada ketinggian 800- 900m dpl, disebabkan karena pada areal penelitian banyak terdapat gulma dan semak. Gulma dan semak memberikan tempat yang teduh, tempat berlindung dari cahaya matahari langsung dan serangan predator serta tempat menyediakan makanan. Tobing 2009 mengatakan gulma mempengaruhi keragaman dan keberadaan serangga herbivore dan musuh-musuh alaminya dalam ekosistem. Tabel 7. Nilai Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Kemerataan E Arthropoda pada Perkebunan Kopi Masyarakat di Kabupaten Pakpak Bharat Nocturnal Diurnal Ketinggian H Ket E Ket H Ket E Ket 700 m dpl 2,537 Sedang 0,761 Seragam 2,185 Sedang 0,718 Seragam 700-800 m dpl 2,430 Sedang 0,729 Seragam 1,867 Sedang 0,646 Seragam 800-900 m dpl 2,706 Sedang 0,774 Seragam 2,425 Sedang 0,824 Seragam 900-1000 m dpl 2,582 Sedang 0,767 Seragam 2,366 Sedang 0,744 Seragam 1000 m dpl 2,469 Sedang 0,767 Seragam 2,528 Sedang 0,796 Seragam

4.5 Hasil Uji Korelasi Pearson Antara Indeks Keanekaragaman dengan Faktor Fisik Kimia