proses metabolisme. Peranan vitamin C dalam menanggulangi flu telah banyak dilaporkan. Pada binatang percobaan ternyata bahwa kadar vitamin C yang tinggi
dapat meningkatkan sintesis vitamin B kompleks dalam intestin Poedjiadi, A., 1994.
2.2.5. Defisiensi Vitamin C
Beberapa akibat dari kekurangan konsumsi vitamin C :
1. Skorbut, pendarahan gusi, kulit mengelupas Poedjiadi, A., 1994.
2. Mudah terjadi luka dan infeksi tubuh, dan kalau sudah terjadi sukar
disembuhkan. 3.
Hambatan pertumbuhan pada bayi dan anak-anak.
Skorbut dalam bentuk berat sekarang jarang terjadi karena sudah diketahui cara mencegah dan mengobatinya. Tanda-tanda awal antara lain lelah, lemah, nafas
pendek, kejang otot, tulang otot persendian sakit serta kurang nafsu makan, kulit menjadi kering , kasar dan gatal, warna merah kebiruan di bawah kulit, perdarahan
gusi, kedudukan gigi menjadi longgar, mulut dan mata kering dan rambut rontok. Di samping itu luka sukar sembuh, terjadi anemia, kadang-kadang jumlah sel darah putih
menurun, serta depresi dan timbul gangguan saraf. Gangguan saraf dapat terjadi berupa histeria, depresi diikuti oleh gangguan psikomotor. Gejala skorbut terlihat bila
taraf asam askorbat dalam serum turun di bawah 0,20 mgdl Almatsier, S., 2001.
2.2.6. Sumber-Sumber Vitamin C
Vitamin C pada umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama yang asam, seperti jeruk, nenas, rambutan, pepaya, gandaria, dan tomat.
Vitamin C juga banyak terdapat di dalam sayuran daun-daunan dan jenis kol Almatsier, S., 2001.
Universitas Sumatera Utara
Sediaan yang banyak beredar di pasaran adalah sediaan 500 mg. kadang- kadang juga dijumpai sediaan 1000 mg. rasanya pun bermacam-macam. Ada rasa
jeruk, strawberi, anggur, dan lain-lain.
Kebutuhan vitamin C harian yang dianjurkan berbeda-beda untuk beberapa Negara. Di Inggris food Standard agency menganjurkan 40 mg sehari; di Kanada 60
mg sehari; di Amerika Serikat National Academy of Sciences 60-95 mg sehari. Sedangkan WHO menganjurkan konsumsi vitamin C 45 mg sehari. Batas tertinggi
konsumsi vitamin C yang masih bisa di toleransi oleh tubuh menurut National Academy of Science adalah 2000 mg www.wartamedika.com.
2.3. Pati
Pati merupakan cadangan makanan dari sel tanaman. Pati merupakan sumber terpenting pada bahan makanan manusia berupa karbohidrat. Beberapa makanan
pokok manusia seperti kentang, beras, jagung, dan gandum mengandung pati. Polisakarida yang terkandung di dalam pati yaitu amilosa dan amilopektin.
2.3.1. Amilosa
Amilosa memiliki struktur rantai panjang yang tidak bercabang yang tersusun atas monomer -
monomer glukosa dengan ikatan α 1,4 glikosida. Molekul amilum yang mengandung ribuan gugus glukosa, yang memiliki berat molekul dari 150.000 hingga
600.000 D. Struktur rantai polimer amilum lurus dan rapat, sehingga amilum dapat disimpan lama. Adanya enam unit glukosa perputaran heliks menyebabkan amilosa
berbentuk tabung dan kompleks. Hal ini disebabkan bermacam – macam molekul kecil dapat masuk ke dalam kumparannya. Bukti pembentukan kompleks tersebut adalah
warna biru tua yang dihasilkan oleh pati bila ditambahkan iod Fessenden, R.J. Fessenden J.S., 1992. Struktur amilosa dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3. Struktur Amilosa
2.3.2. Amilopektin
Amilopektin, suatu polisakarida yang jauh lebih besar daripada amilosa, mengandung 1000 satuan glukosa atau lebih per molekul. Rantai utama dalam amilopektin
mengandung 1,4- α-D-glukosa. Amilopektin memiliki percabangan, sehingga terdapat
satu glukosa ujung untuk kira – kira tiap 25 satuan glukosa. Ikatan pada titik percabangan ialah ikatan 1,6-
α-glikosida.
Gambar 2.4. Struktur Amilopektin
Pati dalam jaringan tanaman berbentuk granul butir yang berbeda – beda. Dengan mikroskop, jenis pati dapat dibedakan karena mempunyai bentuk, ukuran,
letak hilum yang unik dan juga dapat merefleksikan cahaya terpolarisasi.
Granul pati dapat dibuat membengkak luar biasa dan bersifat tidak dapat kembali lagi pada kondisi semula. Perubahan tersebut disebut dengan gelatinasi. Suhu
pada saat granula pati pecah disebut gelatinasi. Suhu gelatinasi dipengaruhi oleh
Universitas Sumatera Utara
konsentrasi pati dan pH. Jadi, gelatinasi juga dapat didefinisikan sebagai konversi dari keadaan kristalin, butir pati menjadi terdispersi dalam keadaan amorf Wurzburg,
1986.
2.3.4. Kegunaan Pati