masing-masing individu orangutan. Musim buah juga berpengaruh terhadap penggunaan kanopi. Menurut Kuncoro 2004 bahwa pada saat musim buah
datang orangutan cenderung lebih arboreal.
4.4. Perilaku Harian Orangutan Sumatera
Dari hasil penelitian perilaku makan orangutan yang telah dilakukan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Februari-April tahun 2013 terhadap betina dewasa, jantan
remaja dan betina remaja didapatkan 339,31 jam pengamatan. Orangutan betina dewasa Orangutan C yang diamati dalam keadaan mengasuh anak anak selalu
dalam gendongan, orangutan betina dewasa Beta mengasuh anak dan anak sudah mulai mandiri dan orangutan betina dewasa Inda tidak mengasuh anak.
Dua jantan remaja sudah mandiri dan terkadang masih mengikuti induknya Ipank dan tidak ikut dengan induk Lappet. Dua betina remaja sudah mulai
mandiri juga dan ada yang masih ikut induk Beti dan tidak ikut dengan induk Riti.
Perilaku harian orangutan dimulai dari keluar sarang kira-kira pukul 06.00 WIB sampai orangutan membuat sarang baru untuk tidur kira-kira pada pukul
17.30-18.30 WIB dan bahkan diatas pukul 19.00 WIB. Perilaku utama orangutan adalah, makan, bergerak, istirahat dan sosial. Orangutan bergerak untuk mencari
makan dan apabila telah menemukan pohon pakan, orangutan bisa berjam-jam lamanya berada di atas pohon pakan sampai orangutan merasa sudah puas makan.
Orangutan juga terkadang membangun sarang siang berada di dekat pohon pakan. Perilaku utama orangutan yang mendominasi adalah makan. Perilaku
makan merupakan perilaku orangutan secara aktif untuk makan, memproses makanan, mempersiapkan makanan, pergerakan saat makan, minum dan
penggunaan alat untuk makan. Dari hasil penelitian diperoleh perilaku harian orangutan Sumatera di Stasiun Penelitian Hutan Batang Toru Blok Barat seperti
pada Gambar 4.8 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.8 Perilaku Harian Orangutan Sumatera di Stasiun Penelitian Hutan Batang Toru Blok Barat
Perilaku harian orangutan Batang Toru dapat dilihat pada Gambar 4.8. Persentase perilaku harian orangutan Sumatera di Batang Toru yang paling tinggi
adalah perilaku makan, yaitu sebesar 71,3 betina dewasa, 65,7 jantan remaja dan 59,1 betina remaja. Perilaku tertinggi kedua adalah perilaku
bergerak, yaitu 25,6 betina remaja, 17,7 jantan remaja dan 16,9 betina dewasa. Perilaku selanjutnya adalah istirahat, yaitu sebesar 15,7 jantan
remaja, 9,8 betina dewasa dan 9,5 betina remaja. Perilaku sosial adalah perilaku paling sedikit, yaitu sebesar 5,8 betina remaja, 2 betina dewasa
dan 0,9 jantan remaja. Orangutan betina dewasa adalah orangutan dengan perilaku makan
tertinggi. Hal ini disebabkan orangutan tersebut masih dalam keadaan mengasuh anak sehingga membutuhkan energi yang lebih besar, ukuran tubuh juga lebih
besar dibandingkan orangutan remaja, dan juga dari segi faktor usia. Menurut Knott, 1988 bahwa orangutan betina dewasa mengkonsumsi makanan dengan
kualitas lebih tinggi untuk kebutuhan pada waktu hamil, menyusui dan merawat anak. Orangutan C diamati hanya satu hari saja selama penelitian dengan waktu 9
jam 38 menit. Selama pengamatan orangutan C mempunyai seorang anak yang belum bisa lepas dari gendongan dan asupan makanan utama adalah Air Susu Ibu
ASI sehingga induk membutuhkan asupan makanan yang banyak. Orangutan Beta juga mempunyai anak, akan tetapi anak sudah lebih mandiri. Anak sudah
bisa makan sendiri dan menyebrang sendiri walaupun sesekali dibantu induk dan
71.13
16.9 9.8
2 59.1
25.6 9.5
5.8 65.7
17.7 15.7
0.9 10
20 30
40 50
60 70
80
Makan Bergerak
Istirahat Sosial
Perilaku Harian
P er
se n
tas e
Betina Dewasa Betina Remaja
Jantan Remaja
Universitas Sumatera Utara
terkadang juga masih menyusui. Orangutan Inda ditemukan dalam keadaan anak sudah meninggal perkiraan umur anak 3 tahun. Selama penelitian, Inda tidak
ditemukan mengasuh anak. Akan tetapi, anaknya Ipank yang berumur 12 tahun terkadang masih mengikutinya. Dengan adanya anak, sehingga orangutan induk
membutuhkan makanan yang banyak untuk mencukupi kebutuhan energinya dan agar air susu yang dihasilkan juga lebih baik.
Orangutan jantan remaja lebih banyak menggunakan perilaku makan daripada betina remaja. Hal ini dipengaruhi oleh jenis kelamin, faktor usia, dan
ukuran tubuh jantan remaja lebih besar. Perilaku makan yang tinggi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan atau metabolisme dari
orangutan. Selain itu, orangutan betina dan jantan remaja ini menggunakan perilaku bergerak yang lebih tinggi dibandingkan orangutan betina dewasa. Hal
ini disebabkan orangutan betina remaja dan jantan remaja ini adalah orangutan pengembara sehingga dibutuhkan makanan yang banyak.
Proporsi pemanfaatan waktu orangutan bergantung dengan ketersediaan buah. Hal ini didukung oleh pernyataan bahwa orangutan liar sebagian besar
waktunya digunakan untuk perilaku makan selama berada disekitar sumber pakan Rodman, 1977; OFI, 2004; Massicot, 2006. Orangutan sampai berjam-jam
lamanya di pohon pakan apabila buah sedang banyak. Menurut Galdikas, 1978 bahwa tingginya perilaku makan pada orangutan liar dimungkinkan karena ukuran
tubuh yang besar sehingga dibutuhkan energi yang lebih besar untuk mendukung aktifitas hariannya. Gambar 4.9 berikut ini menunjukkan rata-rata perilaku harian
orangutan Sumatera di Hutan Batang Toru Blok Barat.
Gambar 4.9 Rata-Rata Perilaku Harian Orangutan di Stasiun Penelitian Orangutan Sumatera Kawasan Hutan Batang
Toru Blok Barat
65
21 10.4
3.6 10
20 30
40 50
60 70
Makan Bergerak
Ist irahat Sosial
Perilaku Harian
P er
se n
tas e
Universitas Sumatera Utara
Dari Gambar 4.9 diperoleh rata-rata perilaku harian orangutan Sumatera di Kawasan Hutan Batang Toru Blok Bara. Persentase perilaku harian orangutan
yang paling besar adalah perilaku makan sebesar 65, selanjutnya adalah perilaku bergerak sebesar 21, istirahat sebesar 10,4 dan sosial sebesar 3,6.
Perilaku makan yang tinggi pada orangutan disebabkan karena dalam pergerakannya di pepohonan membutuhkan energi yang banyak. Perilaku harian
juga dipengaruhi oleh produktifitas buah. Apabila sedang musim buah, orangutan akan berada disekitar pohon yang berbuah berjam-jam lamanya. Membuat sarang
siang di dekat pohon buah dan bahkan sarang malam juga di dekat pohon buah. Mereka bermalas-malasan disekitar pohon pakan sampai pohon pakan tidak bisa
lagi menyediakan makanan. Apabila buah sedang tidak musim, strategi yang dilakukan oleh orangutan selain memakan makanan alternatif adalah berjalan
mencari makanan, mengitari hutan dan bergerak menuju sumber makanan yang letaknya sangat jauh. Dari pergerakan yang sangat melelahkan maka orangutan
butuh makan yang cukup. Selain itu, untuk menjaga keseimbangan tubuh yang tidak bisa berdiri tegak dibutuhkan lengan yang kuat membantu agar tidak mudah
jatuh. Perilaku istirahat, seperti membuat sarang siang atau sarang malam membutuhkan inteligensi yang baik dan diperoleh dari latihan yang sering semasa
remaja sehingga hal itu juga membutuhkan energi yang cukup banyak. Menurut MacKinnon 1974 bahwa perilaku harian orangutan dipengaruh
oleh musim buah. Pada saat tidak musim buah, orangutan menghabiskan waktunya untuk berjalan dan waktu untuk makan hanya sedikit. MacKinnon juga
menemukan perbedaan pola perilaku harian orangutan sumatera pada saat hari kering dan hari basah. Pada saat hari kering waktunya lebih banyak dihabiskan
untuk beristirahat daripada perilaku makan dan berjalan. Pada saat hari kering orangutan menghabiskan waktunya untuk istirahat sampai tengah hari.
Pada perbandingan perilaku harian utama makan, pergerakan, istirahat dan sosial antara orangutan sasaran dalam penelitian ini dengan beberapa studi
lainnya, terlihat kesamaannya dengan aktivitas harian orangutan liar di beberapa daerah habitat dari orangutan. Kesamaan ini tampak terutama pada aktivitas
pergerakan dan makan seperti pada gambar 4.10 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.10 Perilaku Harian Orangutan Sumatera dan Kalimantan Harahap 2013; Rijksen 1978; Galdikas 1988; estimasi Knott 1999; Mitani 1989; dan
Rodman 1988. 2 dan 6: sosial dan yang lain tidak ada data.
Dari Gambar 4.10 tersebut diketahui bahwa perilaku harian orangutan Sumatera dan Kalimantan. Secara umum orangutan Sumatera menggunakan
waktu makan lebih dari 50, istirahat 22-42, bergerak 9-19 Atmoko van Schaik, 2010. Tinggi proporsi makan buah setiap tahun lebih dari 50 dari
waktu aktif. Orangutan Sumatera juga istirahat dan bergerak lebih banyak di bandingkan orangutan Kalimantan Morrogh-Bernard et al. 2009.
Menurut Rodman 1977, orangutan liar menggunakan waktu siang harinya sebesar 45.9 untuk makan, 39.2 untuk beristirahat, 11.1 untuk
bergerak pindah, 1 untuk bersarang dan 2.7 untuk pamer. Dalam penelitian ini perilaku bersarang dimasukkan dalam kategori beristirahat dan perilaku pamer
dimasukkan dalam kategori pergerakan sehingga perbandingan pemanfaatan waktu orangutan liar adalah 45.9 untuk makan, 12.1 untuk bergerak pindah
dan 41.9 untuk istirahat. Menurut utami 1991 yang dilakukan selama delapan bulan di Pusat Penelitian Ketambe, Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh bahwa
perilaku harian orangutan liar betina dewasa bersama anak adalah bergerak 14, makan 56, sosial 1, istirahat 27 dan bersarang 2.
Orangutan Tanjung Puting, Kalimantan Tengah Galdikas, 1978 menyatakan bahwa perilaku makan juga yang paling besar yaitu 62,14, istirahat
18,26 dan bergerak 17,74. Tingginya perilaku makan pada orangutan liar
10 20
30 40
50 60
70
Batang Toru Suaq Belimbing
Ketambe Tanjung Puting
Kutai Sebangau
Tuanan
P er
se n
tas e
Lokasi Riset
Makan Bergerak
Istirahat Sosial
lain
Universitas Sumatera Utara
dimungkinkan karena ukuran tubuh yang besar sehingga dibutuhkan energi yang lebih besar untuk mendukung perilaku hariannya.
Orangutan Sumatera yang berada di Kawasan Hutan Batang Toru dari segi perilaku harian lebih mirip dengan orangutan yang berada di Kalimantan.
Persamaan itu dimungkinkan karena kondisi habitat yang sama. Berdasarkan Singleton et al. 2004; Ellis et al. 2006 menambahkan bahwa populasi orangutan
Sumatera bagian Selatan Danau Toba ini relatif mempunyai perbedaan genetik dan kehidupan sosial budaya dengan populasi orangutan Sumatera bagian Utara
Danau Toba. Menurut Nater et al. 2012 bahwa orangutan Batang Toru juga lebih mirip secara genetis dengan orangutan Kalimantan.
Hasil analisis statistik perilaku harian orangutan Sumatera Lampiran 6 di Stasiun Penelitian Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat dapat dilihat pada
tabel 4.4 berikut ini yang dilihat dari nilai asympro signifikansinya. Tabel 4.4 Analisis Statistik Perilaku Harian Orangutan Batang Toru
No Uji Statistik
Orangutan Nilai Signifikansi
1 Kruskal Wallis
Betina Dewasa Betina Remaja
Jantan Remaja 2
Mann Whitney Betina Dewasa
Betina Remaja 3
Mann Whitney Betina Dewasa
Jantan Remaja 4
Mann Whitney Jantan Remaja
Betina Remaja
Dari Tabel 4.4 diperoleh analisis statistik Kruskall-Wallis untuk perilaku harian ketiga kelompok orangutan diperoleh nilai signifikansi 0,00 artinya
terdapat perbedaan aktifitas harian yang signifikan antara orangutan betina dewasa, betina remaja dan jantan remaja. Selanjutnya adalah uji Mann-Whitney
antara orangutan betina dewasa dengan orangutan betina remaja dengan nilai signifikansi 0,00 yang memiliki tingkat perbedaan yang sangat nyata. Uji Mann-
Whitney antara orangutan betina dewasa dengan jantan remaja memiliki tingkat perbedaan yang sangat nyata dengan nilai signifikansi 0,00. Uji Mann-Whitney
antara orangutan betina remaja dengan jantan remaja memiliki tingkat perbedaan yang sangat nyata dengan nilai signifikansi 0,00.
Universitas Sumatera Utara
Perbedaan perilaku harian orangutan betina dewasa, orangutan betina remaja dan orangutan jantan remaja disebabkan perbedaan umur antara orangutan
dewasa dengan orangutan remaja yang cukup jauh. Jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktifitas pergerakan juga memungkinkan penyebab perbedaan aktifitas harian
di antara orangutan. Galdikas 1978 dan Meijaard et al. 2001 menjelaskan bahwa walaupun antara orangutan jantan dan betina terdapat perbedaan dalam
perilaku hariannya, namun sesungguhnya hal tersebut lebih merupakan variasi antar individu daripada ciri jenis kelamin. Selain itu, sedikit buah atau banyak
buah mempengaruhi perilaku harian orangutan. Menurut Oates 1987 bahwa primata frugivora saat musim sedikit buah biasanya justru akan meningkatkan
durasi perilaku makannya, karena waktu perilakunya dialokasikan untuk mencari dan memproses makanan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN