melimpah dari orangutan jantan dewasa adalah 8422 kkalhari dan 7404 kkalhari untuk  betina  dewasa.  Saat  buah  langka,  orangutan  jantan  dewasa  menkonsumsi
3824  kkalhari  dan  1793  kkalhari  untuk  betina  dewasa.  Konsumsi  makanan dengan energi yang besar dari orangutan jantan digunakan dalam menjelajah dan
mempertahankan daerah
teritori, sedangkan
orangutan betina
dewasa mengkonsumsi makanan dengan kualitas lebih tinggi digunakan untuk kebutuhan
pada waktu hamil, menyusui dan merawat anak Knott, 1988. Mencari  makanan  seharusnya  merupakan  tantangan  berat  bagi  para
orangutan.  Di  hutan  telah  tersedia  banyak  tanaman  yang  beracun  atau  berserat tinggi yang mungkin saja bisa dimakan, akan tetapi makanan yang mudah dicerna
lagi pula bebas kandungan kimia yang dicari orangutan ini sangat sedikit tersedia. Para  orangutan  memakan  aneka  ragam  makanan  dan  menyantap  jajaran  luas
berbagai  macam  jenis,  hanya  akan  memakan  buah  yang  matang  dari  jenis  yang satu,  akan  tetapi  memakan  semua  tahap  kematangan  dari  jenis  buah  berikutnya.
Menyobek  hingga  lepas  kulit  dari  batang  pohon  dan  melumatkan  umbi  yang penuh  zat  makanan  dan  banyak  airnya  dari  epifit.  Kebanyakan  satwa
mengandalkan  rasa  dan  konsistensi  makanan  untuk  menentukan  apa  saja  yang layak dimakan, dan banyak pula diantaranya mungkin akan menghindar dari jenis
makanan  yang  telah  membuat  mereka  sakit  setelah  mereka  pernah  mencobanya van Schaik, 2006.
2.4. Daya Dukung Habitat
Hutan berfungsi bukan hanya sebagai sumber kehidupan bagi manusia, tetapi juga bagi  satwa  liar.  Hutan  telah  berperan  secara  ekologi  sebagai  sumber  air  dan
hidrologi,  penyimpan  sumberdaya  alam  lainnya,  pengatur  kesuburan  tanah  dan iklim,  serta  cadangan  karbon  yang  mampu  menyediakan  kebutuhan  manusia.
Begitu  pula,  beragam  jenis  satwa  liar  telah  memanfaatkan  hutan  sebagai  habitat untuk  mencari  makan,  berkembangbiak,  dan  kehidupan  sosial  lainnya.  Dengan
demikan,  terjadinya  kerusakan  hutan  tidak  saja  mengancam  kehidupan  manusia, lebih  jauh  lagi  akan  mengakibatkan  punahnya  beragam  jenis  satwa  liar  yang
kerugiannya sulit untuk dinilai secara nominal Kuswanda, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, orangutan membutuhkan persyaratan habitat kawasan hutan alam yang relatif utuh dan cukup  luas sebagai
tempat  mencari  makan,  beristirahat,  berlindung  dari  pemangsa  dan  pemenuhan kebutuhan sosial lainnya Perbatakusuma et al. 2007. Selain itu, hutan yang luas
diperlukan  orangutan  Sumatera  mengingat  areal  jelajah  individu  dapat  mencapai 1500-4000  hektar  untuk  individu  jantan  dewasa  dan  850-950  hektar  untuk
individu betina dewasa Singleton  van Schaik, 2001. Diperkirakan  total  luasan  bentang  alam  daya  dukung  habitat  yang  dapat
mendukung  kelangsungan  hidup  orangutan  orangutan  landscape  di  Ekosistem Batang  Toru  adalah  148.570  hektar  yang  terdiri  dari  Blok-blok  Hutan  di  Batang
Toru  Barat  dan  di  Batang  Toru  Timur  atau  Blok  Hutan  Sarulla  Conservation International,  2006.  Habitat  orangutan  di  kawasan  hutan  Batang  Toru  sebagian
berupa  hutan  sekunder  dan  hutan  bekas  tebangan  masyarakat.  Berdasarkan ketinggiannya  tipe  vegetasi  habitat  orangutan  meliputi  hutan  dataran  rendah,
hutan  campuran  dan  hutan  dataran  tinggi.  Habitat  orangutan  didominasi  oleh pohon  berdiameter  10-30  cm  75,6  dengan  tinggi  antara  10-30  m  80,4
Simorangkir et al.2009. Orangutan  sangat  peka  terhadap  perubahan  kondisi  hutan  tropis  yang
menjadi  habitatnya.  Dimana  hutan  tropis  yang  menjadi  habitatnya  harus menyediakan  beragam  tumbuhan  buah  yang  menjadi  sumber  pakan  utamanya
sehingga  primata  ini  dapat  bertahan  hidup.  Dengan  demikian  pembukaan  hutan tropis sangat berpengaruh terhadap perkembangan populasinya Supriatna  Edy,
2000. Fakta terkini mengenai habitat orangutan di Sabah dan Kalimantan Timur
menunjukkan orangutan dapat beradaptasi di hutan komersial dan hutan sekunder Ancrenaz  et  al.  2007,  walaupun  habitat  yang  demikian  berdampak  negatif
terhadap populasi orangutan di alam. Hutan sekunder atau komersil menyebabkan dampak negatif bagi populasi orangutan, karena pada daerah seperti ini orangutan
sering  berinteraksi  dengan  manusia.  Dengan  interaksi  yang  terjadi  maka perubahan perilaku dari  liar  menjadi  jinak  juga terjadi,  sehingga orangutan  lebih
mudah ditangkap Saphiro, 2004.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Kondisi dan Penurunan Habitat