pada orangutan Kalimantan tidak ditemukan hal tersebut. Perbedaan ini bukan merupakan sifat yang mantap tetapi dapat digunakan sebagai penuntun kasar
Galdikas, 1986.
a b
c d
Gambar 2.1 Foto Orangutan dari Jenis a Pongo abelii betina Batang Toru, YEL- SOCP b Pongo abelii jantan Harahap, 2013 c Pongo abelii betina
Suaq, sumber Jeef Oonk d Pongo pygmaeus
2.3. Perilaku Makan Orangutan
Orangutan merupakan satwa diurnal dan arboreal. Orangutan dewasa pada umumnya menjalani perilaku yang diawali dari bangun tidur sekitar pukul 06.00
WIB dan tidur kembali sekitar pukul 18.00 WIB. Beberapa saat setelah bangun kegiatan hariannya dimulai dengan mengeluarkan kotoran di luar sarang. Jika di
sekitar sarang tercium bau khas kotoran dan urin berarti orangutan telah memulai perilaku hariannya, dan bila terjadi sebaliknya berarti orangutan masih berada di
sarangnya. Selanjutnya orangutan akan menuju sumber makanan yang terdekat. Jika pohon tempat bersarang tersebut juga merupakan pohon pakan, maka
Universitas Sumatera Utara
orangutan akan langsung makan di pohon tersebut. Setelah itu aktivitasnya berkisar antara makan, istirahat, bergerak dan sosial YEL, 2007.
Rodman 1979 menyatakan bahwa aktivitas utama orangutan didominasi oleh kegiatan makan kemudian aktivitas istirahat, bermain, berjalan-jalan di antara
pepohonan dan membuat sarang. Kegiatan membuat sarang ini umumnya dilakukan dalam persentase waktu yang relatif kecil. Menurut Fakhrurradhi
1998 di Suaq Balimbing, orangutan Sumatera rata-rata dalam satu hari menggunakan waktu 65 untuk melakukan aktivitas makan, 16 untuk bergerak
pindah, 17 untuk beristirahat, 1 untuk membuat sarang dan 0,5 untuk aktivitas sosial.
Orangutan merupakan hewan diurnal, yaitu hewan yang aktif di siang hari Galdikas, 1984; Rodman, 1977. Selanjutnya dijelaskan bahwa sebagian besar
waktu kehidupan orangutan di siang hari 57 dihabiskan untuk mencari makan sebesar 45.9 dan berpindah tempat sebesar 11,1 dan 43 digunakan untuk
istirahat pada malam hari. Menurut van Schaik 2006 bahwa kehidupan sehari-hari orangutan semua
mengenai makanan. Sebagian besar waktu aktif orangutan dilewati dengan menemukan, memproses, dan memakan makanan, sehingga jadwal kehidupan
mereka sehari-hari mudah disimpulkan: makan dan berjalan, berjalan dan makan. Selanjutnya Kuncoro et al. 2008 menyatakan bahwa orangutan merupakan satwa
arboreal. Fungsi lain kehidupan arboreal pada orangutan berhubungan dengan ketersediaan pakan yang sesuai. Saat musim buah orangutan banyak beraktivitas
pada kanopi tengah dan atas. Perubahan produksi buah sangat mempengaruhi perilaku makan orangutan
van Schaik, 2001; Morrogh-Bernard et al. 2009. Hal tersebut dikarenakan orangutan adalah primata frugivorus, yaitu hewan yang makanan utamanya adalah
buah Mackinnon, 1974; Rijksen, 1978; Galdikas, 1986; Rodman, 1999. Pada saat terjadi kelangkaan buah di Gunung Palung, orangutan memilih memakan
kambium dari kulit pohon atau liana sebagai makanan alternatif Knott, 1998. Di Sumatera, orangutan juga terlihat banyak makan daun saat buah langka Delgado
van Schaik, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Buah-buahan yang telah matang, apalagi kalau jumlahnya banyak, merupakan menu utama makanan orangutan. Buah-buahan merupakan sumber
energi yang baik, akan tetapi bukan merupakan sumber protein. Kebanyakan diantara para primata menemukan jalan tengah dengan menambah dedaunan muda
atau serangga yang dua-duanya kaya akan protein van Schaik, 2006. Perubahan musim hujan dan kemarau dapat mempengaruhi fenologi
tumbuhan, khususnya waktu terjadinya pertunasan, perbungaan dan perbuahan yang menggambarkan produktivitas dari tumbuhan. Perubahan waktu berbunga
dari tumbuhan tersebut juga dapat mempengaruhi produksi buah yang dimakan oleh orangutan Suhud Saleh, 2007.
Aktifitas harian orangutan dipengaruh oleh musim buah. Pada saat tidak musim buah, orangutan menghabiskan waktunya untuk berjalan dan waktu untuk
makan hanya sedikit MacKinnon, 1974 dalam Rijksen, 1978. MacKinnon juga menemukan perbedaan pola aktifitas harian orangutan sumatera pada saat hari
kering dan hari basah. Pada saat hari kering waktunya lebih banyak dihabiskan untuk beristirahat daripada aktifitas makan dan berjalan. Pada saat hari kering
orangutan menghabiskan waktunya untuk istirahat sampai tengah hari. Perilaku makan yang tinggi sepanjang hari, dan agak menurun pada siang
hari karena meningkatnya perilaku istirahat Kuncoro et al. 2008. Hal ini sedikit berbeda dengan yang di Sungai Wain, yaitu perilaku makannya tinggi, perilaku
istirahat sedikit dan perilaku pergerakan juga sedikit Frederiksson, 1995. Hal tersebut berbeda dengan perilaku orangutan liar di Ulu Segama Sabah dan Sungai
Ranun Sumatera MacKinnon, 1972, Ketambe Sumatera Rijksen, 1978 serta Mentoko Kutai Rodman, 1988, karena perilaku makan orangutan banyak terjadi
pada pagi dan sore hari, sedangkan siang hari yang banyak dilakukan adalah perilaku istirahat. Frederiksson 1995 menduga hal tersebut terjadi karena
perbedaan umur, penelitian pada orangutan liar umumnya umurnya sudah dewasa, sedangkan penelitian pada orangutan rehabilitan umumnya umurnya masih muda.
Perilaku makan orangutan berbeda-beda di setiap daerah yang dipengaruhi oleh tipe habitat, musim, umur serta jenis kelamin Mackinnon, 1974. Menurut
Rowe, 1996; Supriatna Wahyono, 2000 bahwa perbedaan ukuran tubuh orangutan jantan dewasa yang lebih besar daripada betina dewasa serta jarak
Universitas Sumatera Utara
jelajah harian dan luas daerah teritori orangutan jantan dewasa lebih besar bila dibandingkan dengan betina dewasa mengakibatkan perbedaan perilaku makan
antara orangutan jantan dan betina. Menurut Singleton 2000 bahwa pada orangutan betina dewasa, anak juga sangat mempengaruhi dalam perilaku makan,
karena kehidupan anak sangat bergantung pada induknya. Perubahan produksi buah akan direspon oleh orangutan dan kera besar
lainnya, yaitu dengan melakukan perubahan perilaku makan Meijaard et al. 2001; Yamagiwa, 2001. Perilaku makan termasuk perilaku yang cukup penting dalam
kehidupan orangutan karena sebagian besar aktivitas orangutan digunakan untuk mencari, memproses dan memakan makanan van Schaik, 2006. Dalam
pengamatan perilaku makan, orangutan terlihat memiliki daya ingat terhadap perubahan fenologi bunga dan buah yang dimakan Rijksen, 1978; Utami et al.
1997. Selain itu, orangutan juga memperlihatkan perilaku dalam memilih bagian yang dimakan dari makanannya van Schaik, 2003; Russon, 2009. Hasil
penelitian perilaku makan buah yang dilakukan di Gunung Palung terlihat bahwa orangutan hampir selalu memakan daging buah yang matang, sementara biji
biasanya dimakan dari buah yang mentah. Orangutan memilih makan kambium saat terjadi kelangkaan buah Knott, 1998.
Orangutan memiliki strategi dalam perilaku makan, yaitu dengan memilih makanan yang tersedia di alam dan menentukan bagian yang dimakan dari suatu
jenis makanan. Orangutan akan memilih makan daging buah yang matang dan makan biji yang mentah dari jenis tumbuhan yang sama van Schaik, 2006.
Penelitian perilaku makan orangutan di Tanjung Puting menunjukkan bahwa, orangutan jantan dewasa sering memakan rayap Galdikas, 1986. Penelitian lain
dari Utami van Hoof 1997 memperlihatkan bahwa orangutan betina dewasa di Ketambe dan Suaq Balimbing secara kebetulan memakan kukang Nycticebus
coucang. Hasil penelitian Harrison 2009 di Sebangau, Kalimantan Tengah
menunjukkan perbedaan perilaku makan orangutan jantan dan betina dewasa, disebabkan oleh perbedaan aktivitas harian yang dilakukan. Perbedaan tersebut
menurut Knott 1998 disebabkan karena orangutan jantan dewasa memerlukan energi yang lebih banyak daripada betina dewasa. Konsumsi kalori saat buah
Universitas Sumatera Utara
melimpah dari orangutan jantan dewasa adalah 8422 kkalhari dan 7404 kkalhari untuk betina dewasa. Saat buah langka, orangutan jantan dewasa menkonsumsi
3824 kkalhari dan 1793 kkalhari untuk betina dewasa. Konsumsi makanan dengan energi yang besar dari orangutan jantan digunakan dalam menjelajah dan
mempertahankan daerah
teritori, sedangkan
orangutan betina
dewasa mengkonsumsi makanan dengan kualitas lebih tinggi digunakan untuk kebutuhan
pada waktu hamil, menyusui dan merawat anak Knott, 1988. Mencari makanan seharusnya merupakan tantangan berat bagi para
orangutan. Di hutan telah tersedia banyak tanaman yang beracun atau berserat tinggi yang mungkin saja bisa dimakan, akan tetapi makanan yang mudah dicerna
lagi pula bebas kandungan kimia yang dicari orangutan ini sangat sedikit tersedia. Para orangutan memakan aneka ragam makanan dan menyantap jajaran luas
berbagai macam jenis, hanya akan memakan buah yang matang dari jenis yang satu, akan tetapi memakan semua tahap kematangan dari jenis buah berikutnya.
Menyobek hingga lepas kulit dari batang pohon dan melumatkan umbi yang penuh zat makanan dan banyak airnya dari epifit. Kebanyakan satwa
mengandalkan rasa dan konsistensi makanan untuk menentukan apa saja yang layak dimakan, dan banyak pula diantaranya mungkin akan menghindar dari jenis
makanan yang telah membuat mereka sakit setelah mereka pernah mencobanya van Schaik, 2006.
2.4. Daya Dukung Habitat