4.2.5 Analisa Gugus Fungsi dengan Uji FTIR Fourier Transform Infrared
Spectroscopy
Analisa dengan menggunakan spektrum infra merah ini dilakukan untuk menentukan perubahan gugus fungsi yang dialami oleh polipropilena murni dengan
komposit biodegradabel yang dihasilkan. Terjadinya perubahan gugus fungsi yang dialami polipropilena menandakan bahwa terjadinya interaksi kimia antara
polipropilena dengan pengisi komposit lainnya. Analisa dengan spectrum infra merah ini dilakukan dengan cara mengamati frekuensi-frekuenis yang khas dari gugus
fungsi spektra FTIR masing-masing sampel.
Tabel 4.5 Bilangan Gelombang Polipropilena Murni
Sampel Bilangan Gelombang cm
-1
Gugus Fungsi Polipropilena
Murni 2924,09
2862,36 2723,40
1458,18 1165,00
CH
3
CH bending
2
C-CH bending
3
C-H bending bending
-CH
2
-CH
2
- , CH
3
, CH
2
Bilangan gelombang 2924,09 cm
-1
merupakan uluran C-H dari gugus CH
3
poliporpilena dan bilangan gelombang 1165 cm
-1
merupakan pita serapan gugus - CH
2
-CH
2
- pada daerah sidik jari yang khas untuk polipropilena Yunus,2011.
Universita Sumatera Utara
Hasil spektrum FTIR PPMCC sebelum dan sesudah biodegradasi dapat dilihat pada gambar 4.1.1
4.2.5 4.2.6
4.2.7 4.2.8
4.2.9 4.2.10
Gambar 4.1.1 . Hasil spektrum FTIR PPMCC sebelum dan sesudah biodegradasi
Dari grafik terlihat adanya perubahan intensitas peak dari setiap perbandingan komposisi PP dan MCC yang divariasikan. Terutama pada hasil spektrum exposed
80:20 terlihat peak dengan intensitas yang sangat kuat pada bilangan gelombang 3445 cm
-1
pada gugus δO-H. Kenaikkan intensitas serapannya ini menandakan adanya mikroorganisme yang terlibat dalam proses biodegradasi komposit plastik
biodegradabel yang dihasilkan. Dan peak dengan intenitas sedang pada bilangan gelombang 1730 cm
-1
pada gugus δC=O.
1 2
3,4
5
1. 6040 2. 7030
3. 8020 4. 9010
5. Exposed 8020
3445 cm
-1
v
O-H 1730 cm
-1
δ
C=O
Universita Sumatera Utara
Tahap utama degradasi adalah pemutusan rantai utama membentuk fragmen- fragmen dengan berat molekul rendah oligomer yang dapat diasimilasi oleh
mikroba. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat degradasi secara penanaman lebih cepat karena semua faktor yang memicu terjadinya degradasi terdapat di lingkungan
luar. Penurunan berat molekul terutama disebabkan oleh pemutusan rantai secara hidrolisis atau oksidatif. Hidrolisis terjadi menggunakan lingkungan air dengan
penambahan enzim atau pada kondisi non-enzimatis. Dalam hal ini, autokatalisis, panas, atau logam katalis juga menyebabkan hidrolisis. Pemutusan oksidatif terutama
karena adanya oksigen, logam katalis, sinar UV, atau enzim.
4.2.6 Analisa Kristalinitas dengan Uji XRD X-Ray Diffraction
Hasil analisis difraksi Sinar – X dari PP:MCC 80:20 sebelum biodegradasi memberikan puncak-puncak yang tajam dari difraktogram yang dapat dilihat pada
Gambar. 4.1.2 dibawah ini
Gambar 4.1.2 Hasil Uji XRD PPMCC 80:20 Sebelum Biodegradasi Dari gambar difraktogram diatas diperoleh puncak yang tajam dan maksimum berada
pada angle ø2é : 18, 2620 d–value: à1 = 4,85405 dan 21,5868 d-value: à1 =
Universita Sumatera Utara
4,11339. Dan dari hasil XRD MCC menunjukkan puncak yang tajam dan maksimum berada pada angle ø2é : 19,880 d–value: à1 = 4,4625 dan à2 = 4,4735
dan 21,935 d-value: à1 = 4, 048 dan à2 = 4, 0588. Hal ini menyimpulkan bahwa puncak-puncak dari MCC dari spesimen komposit PP-g-MA MCC 100:0
mengalami penurunan .
4.3 Analisa Kemampuannya Terurai di Alam dengan Uji Biodegradasi