sesuai dengan karakteristik termoplastik pada umumnya. Kita mengharapkan komposit kemasan plastik biodegradabel yang kita hasilkan memiliki sifat
termoplastik yang cukup baik dan juga memiliki kemampuan terurai di alam. Kondisi optimum komposit plastik biodegradabel yang dihasilkan dari PP-g-MA dan
mikrokristal selulosa ada pada perbandingan 80 : 20 dimana mempunyai sifat mekanis yang paling maksimum dimana harga kekuatan tarik 25,722 Nm
2
dan kemuluran 5,292. Sedangkan pada perbandingan 70 : 30 harga kekuatan tarik
15,753 Nm
2
dan kemuluran 3,760. Harga tersebut menurut SNI 7188.7 2011 tentang persyaratan komposit biodegradabel yang berbahan baku yang terdiri dari
campuran thermoplastik dan starch yang harga elongation et break kurang dari 5.
4.2.2 Kemugkinan Mekanisme Reaksi
Kemungkinan Mekanisme Reaksi Penguraian:
+ nH
2
O O
O C
C O
O C
C H
2
H C
C H
2
C H
3
C C
H
2
C H
3
C C
H
3
H C
C C
H
3
H C
H
2
C
C H
3
H
3
C C
H
2
C H
C H
2
C C
O O
O O
I k
a t
s i
l a
n g
Universita Sumatera Utara
4.2.3 Analisa Sifat Thermal dengan Uji DTA Differential Thermal Analysis
Analisa termal diferensial merupakan salah satu cara untuk menentukan sifat termal dari suatu sampel dengan mengukur perbedaan temperatur diantara sampel
dengan suatu bahan pembanding yang dalam penelitian ini digunakan Al
2
O
3
Analisa sifat termal dapat memberikan informasi – informasi tentang perbahan sifat fisik sampel, misalnya titik leleh dan penguapan, terjadinya proses
kimia yang mencakup polimerisasi, degradasi dan dekomposisi Wirjosentono, 1995. . Analisa
ini dilakukan untuk mengetahui perubahan sifat termal dari bahan yang digunakan dengan membandingkan perbedaan suhu dari bahan awal yakni polipropilena murni
dengan komposit biodegradabel yang dihasilkan.
Salah satu karakteristik penting dari polimer adalah perubahan yang terjadi selama transisi dari padat ke cair, pada saat suatu bahan polimer dipanaskan maka
energi kinetik dari molekul – molekulnya bertambah tetapi geraknya masih dibatasi sampai vibrasi dan rotasi daerah pendek sepanjang polimer tersebut dapat
mempertahankan struktur gelasnya. Apabila suhu dinaikkan lagi, maka muncul suatu batasan dimana terjadi suatu perubahan yang jelas, bahan – bahan polimer
melepaskan sifat – sifat gelas menjadi elastromer yang disebut dengan suhu transisi gelas T
g
lalu kemudian jika suhu dinaikkan kembali maka polimer tersebut akhirnya
Katalis Mikroba
H-O O-H
C-O-H COH
O O
C C
H
2
H C
C H
2
C H
3
C C
H
2
C H
3
C C
H
3
H C
C C
H
3
H C
H
2
C
C H
3
H
3
C C
H
2
C H
C H
2
COH C-O-H
O-H H-O
O O
Universita Sumatera Utara
akan melepaskan sifat – sifat elastromernya dan melebur menjadi cairan yang dapat mengalir Stevens, 2001.
Hasil analisis data termocouple dari polipropilena dan komposit biodegradabel dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.4 Hasil Uji DTA Sebelum Biodegradasi
No. Spesimen
Temperatur Leleh °C
Temperatur Dekomposisi
°C 1.
PP 165
350 2.
MCC 60
320 3.
4. PP-g-MA MCC 80:20
80:20 sebelum biodegradasi PP-g-MA MCC 70:30
70:30 sebelum biodegradasi 62.65
150 376.28
380
4.2.4 Analisa Sifat Morfologi dengan Uji SEM
Spectra Electro magnetic
Hasil dari analisis SEM dapat memberikan informasi tentang bentuk dan perubahan permukaan dari suatu bahan yang diuji. Pada prinsipnya bila terjadi
perubahan pada suatu bahan misalnya patahan, lekukan, dan perubahan struktur maka bahan tersebut cenderung mengalami perubahan energi. Energi yang berubah tersebut
dapat dipancarkan, dipantulkan, dan diserap serta diubah menjadi gelombang elektron yang dapat di tangkap dan dibaca hasilnya pada foto SEM
.
Gambar 4.3 adalah foto hasil SEM permukaan polipropilen yang diperbesar 1000 kali.
Universita Sumatera Utara
Gambar 4.8. Hasil Uji SEM dari Polipropilen Murni Pembesaran 1000 kali Berdasarkan Gambar 4.8 terlihat permukaan dari polipropilen yang rata dan tidak
tampak ada pori – pori.
Gambar 4.9. Hasil uji SEM PP : MCC 70 : 30 sebelum biodegradasi
Universita Sumatera Utara
Gambar 4.1.0 Hasil uji SEM PP : MCC 80 : 20 sebelum biodegradasi Dari kedua gambar diatas terlihat permukaan komposit biodegradabel yang
dihasilkan pada perbandingan PP : MCC 70 : 30 dan PP : MCC 80 : 20 terdapat pori yang tersebar merata. Dalam hal ini, pori yang terlihat tersebut berasal dari
mikrokristal selulosa yang ditambahkan pada PP-g-MA. Dari gambar hasil SEM dapat dilihat bahwa mikrokristal selulosa yang ditambahkan tersebar secara merata
pada permukaan komposit biodegradabel yang dihasilkan. Interaksi yang terjadi keduanya merupakan interaksi kimia dan fisika yaitu pencampuran dua bahan dan
interaksi kimia yaitu terjadinya ikatan struktur antara PP-g-MA dan mikrokristal selulosa.
Universita Sumatera Utara
4.2.5 Analisa Gugus Fungsi dengan Uji FTIR Fourier Transform Infrared